Sweet Punishment

12.9K 592 16
                                    

Aku terus meremas tanganku dan sesekali menengok kearah luar jendela mobil dengan gelisah, dari depan rumah mewah sudah terlihat megah dari sini memancarkan keangkuhannya, seolah-olah mengejekku yang sebentaar lagi masuk kedalam sana, sekali lagi aku menghembuskan nafas dengan gelisah.

Mbak dewi sebagai rekan kerjaku sepertinya biasa saja tidak sepertiku yang gelisah dengan apa yang akan kita hadapi nanti, ya tentu saja mbak Dewi tidak akan tau apa yang akan kita jumpai di rumah megah itu tapi aku dari sini saja sudah bisa menebak nasib apa yang sudah menantiku di depan sana.

Dan saat mobil yang kami tumpangi sudah terparkir dengan sempurnanya di depan rumah megah ini, kegelisahanku semakin meningkat dan tidak bisa ditahan lagi, aku turun mengikuti mbak Dewi dan pak Ikhsan yang malam ini menyupiri kami, aku membantu mereka membawa bermacam-macam makanan dan minuman yang akan kita hidangkan di dalam sana. Dari sini terlihat jelas banyak sekali mobil mewah yang terparkir di halaman rumah mewah ini yang semakin membuat nyaliku menciut.

“permisi kami dari Kafe Aroma, kami membawa pesanan dari Nona Alesia” kata mbak Dewi pada seorang pria dengan pakaian serba hitam seperti bodyguard yang berdiri tepat didepan pintu megah di depanku.

“oh iya mari silahkan masuk, nona Alesia sudah menunggu sejak tadi”

Kami dipersilahkan masuk kedalam, music yang menghentak dengan keras langsung terdengar begitu kita memasuki area rumah, meskipun kita masuk dari samping rumah tetapi tetap saja dari sini terdengar hingar binger keramaian pesta didalam, mengikuti orang yang tadi menyambut kita di depan kita aku terus berjalan dan sambil mencoba terus menenangkan degub jantungku yang semakin menggila.

Awalnya aku masih bisa bersyukur karena saat kita memasuki ruangan pesta itu semua orang didalamnya masih terlalu sibuk dengan kesenangan mereka sehingga tidak ada yang menyadari kehadiranku, aku bergegas menata makanan keatas meja panjang dan juga segala macam desert, saat aku sedang menata desert tiba-tiba saja music yang sedari tadi mengalun dengan kerasnya dari ruangan ini terhenti dan ruangan seketika senyap lalu tiba-tiba lampu sorot mengerah ke tempatku berdiri.

Dan saat itu juga aku tau kedatanganku kesini memanglah menjadi kesalahan terbesarku, tak berapa lama terdengar suara congkak dari arah belakangku, aku mendapati mbak Dewi bingung ketika music yang tiba-tiba terhenti, dia menengok kesekeliling, dan aku menyadari kalau sekarang hampir semua mata orang yang ada di dalam ruangan ini sedang mengarah padaku.

“wah sepertinya teman kita datang terlambat guys” suara menyebalkan Lesi terdengar memecah keheningan ruangan ini.

“gue gak nyangka gadis udik itu punya keberanian dateng kesini pake baju pelayan kafe lagi sebenarnya sangat cocok sih dengan penampilan dia, jadi memperlihatkan jati diri dia yang sebenarnya” sambung Lesi

“hey kalo orang diajak bicara itu ngadep kesini dong udik” kata Jessi sambil membalik badanku dengan kasar, aku bisa mendengar suara terkesiap dari mbak Dewi saat aku lihat mbak Dewi akan membantuku aku langsung memintanya untuk tidak ikut campur dengan isyaratku.

“maaf ada apa ya Nona? Apakah anda membutuhkan makanan?” tanyaku mencoba sopan, sementara teman-teman sekolahku yang tentu saja tapi bukan merupakan teman akrabku tertawa mendengar omonganku, tertawa mengejekku.

“wah boleh juga tuh, tolong ambilkan desert yang paling enak dari Kafe tempat lo kerja  PELAYAN” kata Lesi sambil menekan kata ‘pelayan’ dengan lantang yang kembali memicu galak tawa dari seluruh orang yang berada di dalam ruangan ini.

Aku menekan tanganku yang rasanya gatal sekali ingin melayang menampar muka Lesi yang mulus karena perawatan mahal itu, aku berjalan menuju deretan piring berisi desert yang sudah tertata rapi diatas meja lalu mengambil piring kecil tempat untuk mengambil kue lalu aku mengambil cheesecake yang juga tertata rapi diatas meja, cheesecake memang merupakan desert yang paling diminati dari kafe tempatku bekerja, aku menghampiri Lesi dan menyerahkan kue itu padanya.

My Short StoryWhere stories live. Discover now