Bagian 2

279 12 0
                                    

Enjoy the story...

Dhea pov.

Aku berjalan keluar kelas. Ini adalah hari senin diminggu kedua dimana pak rey mulai mengajar.
Astaga.
Dia pandai banget ngejelasinnya. Hampir semua materi yang biasanya sulit untuk dijelaskan tapi begitu ia yang menyampaikan langsung masuk dan ngembang diotakku.
Aku salut.
Meskipun ia memberi kami semua pekerjaan rumah yang relatif banyak tapi sebanding dengan cara penjelasannya yang logis dan langsung bisa diterima oleh akal kami- sekelas.

Hanya saja ini adalah hari bimbel ku untuk persiapan OSN mapel matematika. Aku takut jika harus bertemu dengannya langsung dan hanya bertiga bersama yura dan adam saja.
Yura zhafya adalah salah satu murid kelas xll IPA 1 yang terpilih untuk ikut OSN dan juga Adam Shonu murid kelas xll IPS 1 juga terpilih.
Kami semua berada dimapel yang sama pula.

Aku takut ia akan marah marah saat bimbel nanti. Terlebih ia seperti memiliki dendam denganku. Sering kulihat saat ia menyuruh kami mengerjakan kuis darinya, ia melirikku dengan tatapan tajamnya.
Ah aku takut sekali.
Ia pasti sangat membenciku karena mungkin menurutnya aku pasti akan menyusahkannya karena bimbel ini. Lagipula mana ada sih orang setampan pak rey yang suka dengan gadis seudik diriku.
Jauh sekali angan anganmu de...
Maka dari itu aku jadi takut melihat matanya yang tajam seperti elang yang mengintai mangsanya.

Aku tiba di ruangan perpustakaan, ruang yang akan jadi tempat bimbel kami bertiga - aku, adam dan juga yura setelah pulang sekolah.

"Selamat siang anak anak...
Sekarang kerjakan kuis ini dan tanyakan bila ada sesuatu yang tak kalian mengerti...!"
Pak rey yang memang sudah ada diruangan itu, langsung berdiri begitu melihat kedatanganku.
Kurasa aku yang paling terakhir datang ke sana. Buktinya adam dan juga yura sudah stand by di sana.
Adam duduk di samping pak rey sedangkan yura, kurasa ia menyukai pak rey. Ia memilih duduk di depan guru matematika yang baru 2 minggu mengajar itu.
Aku sendiri memilih duduk di bangku yang berbeda dengan mereka bertiga. Aku takut tidak fokus saat mengerjakan tugas di dekat orang lain.

"Baik pak..."
Aku, adam dan yura menjawab perintah pak rey bersamaan.

Kriieet...
Suara kursi berderit disampingku saat aku mulai fokus membuka dan memahami soal dari kuis yang di berikan pak rey.
Aku menoleh dan mendapati adam duduk di dekatku. Lebih tepatnya di sampingku.
Astaga pemuda ini.
Lihatlah rambutnya yang berwarna hitam keunguan itu tampak bergerak gerak saat ia menggeleng geleng kan kepalanya.
Dia selalu saja menjahiliku saat bimbel. Dan kurasa ia tak berubah meski guru bimbel kami diganti pak rey.

"Hey...
Mau kubantu, dhe...?"
Adam menatapku sambil memainkan minuman kaleng yang ada di tangan kanannya sedangkan tangan kirinya merangkul kursiku.
Astaga bagaimana ia bisa bertingkah seperti itu?

"Ah tidak perlu...
Sebaiknya kita tidak sedekat ini..
Maaf aku tidak nyaman..."
Aku mencoba mengusir adam dengan halus.

"Oh baiklah...
Tapi bisa bantu aku mengerjakan soalan ini... Sepertinya agak sulit...
Tapi kurasa kau tadi bisa menjawabnya dengan mudah.."
Adam menunjuk soal nomer 2 yang mengenai logaritma matematika yang cukup membingungkan.

"Oh baiklah...
Ini memang agak membingungkan tapi mudah kok jika kamu faham mengenai permasalahannya..
Begini..."
Saat aku hendak menjelaskan sebuah suara dibelakang adam menginterupsi perkataanku.

"Bukankah sudah kukatakan kalau ada kesulitan silahkan tanyakan pada saya...
Kenapa kau bertanya pada temanmu...?
Kamu tak menghargai keberadaan saya...?"
Duh..
Nada dingin itu.
Pak rey pasti marah karena aku yang terlalu sok sok an mengajari adam tadi.

Aku menoleh dan mendapati pak rey tengah membaca sebuah buku, entah buku apa tapi yang jelas tebal banget.
Kacamata baca yang tipis itu juga bertengger dihidungnya yang mancung.

My Hubby is My TeacherWhere stories live. Discover now