Selamat membaca...
Dhea pov.
Semalaman aku menunggui kak rey, tapi ia tak kunjung siuman. Kuharap kak rey segera sadar dan bisa kembali mengingatku dalam hatinya.
Aku sungguh tak ingin kak rey meninggalkanku dan kembali bersama feyya.
Wanita itu sama sekali tak memikirkan hati kak rey.
Ia hanya memanfaatkan kak rey.
Aku rela jika ia masih belum bisa mengingatku, asalkan kak rey tak lagi bersama dengan feyya.Matahari sudah mulai naik. Ku putuskan untuk membersihkan diri sebelum menyiapkan sarapan untuk kak rey dan ayah. Siapa tau kak rey akan segera siuman?
Cklek..
Kubuka pintu kamar kak rey setelah selesai membersihkan diri dan ini waktunya, membawakan roti sandwich untuk kak rey.
Tapi seketika mataku langsung terbuka lebar saat kulihat pemandangan apa yang ada didalamnya.Kapan ia datang...?
Bagaimana ia bisa masuk me kamar kak rey...?
Feyya, wanita itu sudah ada di samping ranjang kak rey sambil membawa kotak makanan ditangannya.
Ia terlihat hendak menyuapi kak rey.
Dan kak rey, dia sudah sadar rupanya. Dia bahkan saat ini telah duduk bersandar di kepala ranjang."Kak rey...?"
Panggilanku sama sekali tak digubris olehnya. Ia justru memalingkan wajahnya dariku.
Apa yang ia pikirkan tentangku?"Ayo sayang, sarapan dulu dan minum obat ya...!"
Feyya menyuapi kak rey dengan bubur. Kak rey menerimanya dengan memakan suapan bubur yang disodorkan oleh feyya.Kuletakkan nampan yang kubawa, hanya berisi sandwich dan juga segelas air di atas nakas.
Kudekati kak rey dengan duduk diranjang dekat kakinya.
Saat hendak kupijat, sengatan kata kata kak rey membuat tanganku berhenti bergerak."Kenapa kau berbohong...?
Kau sedang mengandung anakku kan?
Pasti kau telah menjebakku..."
Kak rey begitu tega ia menuduhku serendah itu."Maaf kak...
Aku hanya tidak ingin kakak syok dan sakit lagi..."
Lirihku menunduk.
Aku tak berani melihat wajahnya. Matanya menatapku tajam seakan akulah tersangkanya, pelaku kejahatan."Kau...?!
Heergggg..."
Kak rey semakin geram saat melihatku menuduk.
Kak rey, tak kusangka ia bisa berubah 180 derajat.
Ia semakin tempramen, mudah sekali marah."Ah sudah lah dia memang bocah pembohong...
Biasalah sayang...
Ia pasti hanya menginginkan harta keluarga raffy saja...
Menyedihkan...
Lebih baik habiskan sarapanmu dan minum obatmu ya sayang...!"
Kak rey menatap feyya penuh perhatian. Ia menuruti semua ucapan feyya.
Sedangkan aku, ia terlihat semakin membenciku.Cklek...
"Kau..?
Pergilah dari sini...!
Siapa yang mengijinkanmu masuk ke dalam rumah ini...?"
Tiba tiba saja ayah sony masuk ke dalam kamar kak rey dan terkejut mendapati seseorang yang sangat tidak ingin ia lihat. Justru tengah menyuapi kak rey dengan sarapan paginya."Ayah...?!
Jangan bersikap kasar pada feyya...! Dia kekasihku...
Lebih baik ayah suruh dia keluar...
Aku muak melihat wajah pembohong sepertinya..."
Kak rey marah mendengar perkataan ayah.
Ia justru menunjukku untuk ia usir keluar.
Kak rey, aku tau kau tidaklah berniat melakukan ini semua padaku. Tapi tetap saja rasanya begitu menyakitkan saat suamiku sendiri mengusirku dari sisinya.Ayah sony reflek mengangkat tangan kanannya di depan wajah kak rey. Tapi ku sentuh tangan kiri ayah sehingga tangan kanan beliau masih menggantung diudara.
"Ayah...
Lebih baik kita keluar...
Biarkan kak rey menikmati sarapan dulu...!
Kumohon..."
Ayah sony menatapku dengan wajah kesal pada kak rey.
Tapi hanya sedetik, lalu wajah kaku itu berubah menjadi sendu dan penuh kasih terhadapku."Kau...!
Kau keterlaluan rey...
Dia sedang mengandung anakmu tapi kau malah memilih bersama dengan wanita ular itu...
Aku kecewa padamu..."
Ayah sony menerima tarikan tanganku pada beliau.
Beliau mengikutiku yang mengajak beliau turun kembali ke ruang makan.

KAMU SEDANG MEMBACA
My Hubby is My Teacher
FantasiSaat aku bertemu dengannya, ada rasa aneh yang baru kali pertama kurasakan. Rasa ini membuatku menjadi gadis possessive akan dirinya. Aku tak berani mengatakan hal ini pada siapapun termasuk pada kedua orang tuaku ataupun sahabatku... Kuakui ia sang...