Enjoy the story...!
Dhea pov.
Matahari sudah tenggelam baru aku terbangun dan aku sudah berada diatas ranjang?
Padahal seingatku aku sedang fokus membaca di meja belajarku.
Langit diluar jendela kamarku terlihat sangat gelap. Hanya berhiaskan kerlip kerlip kecil bintang dilangit.
Tak ada siapapun dalam kamar.
Hanya ada aku dan juga...
Bayiku?
Aku ingat.
Aku sedang mengandung saat ini dan aku belum makan sejak kepulangan ibu tadi siang. Apa tidak apa apa ya?
Aku takut bayiku kelaparan dalam tubuhku.
Aku segera menyingkap selimut yang menutupi tubuhku dan beralih duduk di tepi ranjang berukuran king size."Lebih baik aku segera makan sebelum rasa mualnya kembali kambuh..."
Setelah mencuci wajahku di wastafel kamar mandi. Aku membuka pintu kamar kami - maksudku kamarku dan kak rey tentu saja.Cklek...
Aku pergi ke dapur. Kulihat angka yang ditunjuk oleh jarum jam dinding yang berada didepanku
Cukup terkejut."Jam 10 malam?
Sudah selarut ini...
Ada dimana kak rey..?
Apa ia pergi dengan wanita itu...?"
Yah kalian pasti tau wanita mana yang kumaksud.
Jelas si feyya feyya itulah.
Pemikiran buruk mulai merasuki otakku. Rasa cemburu yang terlalu ini bisa saja membunuhku secara perlahan.
Tapi suara perutku membuatku tersadar dan segera mengambil makanan dari dalam mesin pendingin.
Kuambil apa yang ada didalam sana.
Yang jelas aku harus segera makan sebelum perutku kembali menolaknya.
Lagipula aku tak ingin anakku kelaparan didalam sini.
Aku sudah sangat menyayanginya meski pun kehadirannya belum terlihat jelas diperutku.Aku mengambil segelas susu coklat, dan salad sayuran yang masih tersisa di dalam freezer.
Aku segera menyantapnya begitu duduk di meja makan. Ah syukurlah.
Aku bisa memasukkan sepiring salad dihadapanku kedalam perutku dan bahkan aku bisa menghabiskan susu coklat hingga tandas.
Rasa mual yang tadi kurasakan sudah agak menghilang. Masih terasa sedikit tapi sudah agak mendingan dari kemarin."Sebenarnya dimana kak rey?"
Kenapa selarut ini tak pulang pulang juga sih?"
Aku berjalan mondar mandir diruang tamu menunggu kedatangan kak rey tentu saja. Entahlah rasanya campur aduk, aku khawatir, bingung sekaligus cemburu juga.
Bahkan pikiranku sudah mengembara kemana mana. Padahal tadinya kupikir yang memindahkanku ke atas ranjang adalah kak rey, tapi aku salah rupanya adalah pak joko yang diminta bik inah untuk menggendongku.
Ya aku sempat berpapasan dengan pak joko setelah mencuci piring bekas salad yang tadi kumakan.Ding dong...
(Anggap suara bel rumah ini ya...)
Suara bel rumah membuatku menoleh ke arah pintu utama rumah ini."Pasti itu kak rey..."
Dengan senyum mengembang, aku membuka pintu kayu berwarna putih yang berukuran cukup besar di depanku.Cklek..
Begitu membuka pintu besar itu, senyuman diwajahku seketika pudar. Hatiku rasanya runtuh. Jiwaku seakan telah diambil dari tubuhku.
Aku lemas."Kau..
Pembantu..
Cepat bantu majikanmu...
Berat tau...!"
Ya kak rey.
Dia memang ada dihadapanku saat ini.
Tapi seseorang yang membopongnya lah yang membuatku terkejut setengah mati.
Bukan pak joko satpam rumah ini, melainkan sosok wanita yang kucurigai.
Ya dia adalah feyya.
Dengan tangan kak rey yang setengah sadar berada di bahunya. Ia sedang membopong kak rey yang kurasa sedang mabuk.
Aku sadari hal itu sebab dari tubuh kak rey tercium aroma yang agak aneh dan menyengat. Membuatku mual berada di dekatnya.
Aku membantunya membopong kak rey yang sedang mabuk agar berbaring di sofa ruang tamu.
Biarlah ia berbaring disini.
Aku tak kuat lagi untuk membantunya berjalan. Maklum tubuhku lebih pendek dari kak rey, tinggiku hanya sebatas dadanya."Ada apa lagi?
Bukankah dia sudah ada dirumahnya...?"
Aku agak risih melihat kehadiran feyya dirumah ini. Kurasa aku berbicara dengan nada yang cukup kurang enak didengar.

YOU ARE READING
My Hubby is My Teacher
FantasySaat aku bertemu dengannya, ada rasa aneh yang baru kali pertama kurasakan. Rasa ini membuatku menjadi gadis possessive akan dirinya. Aku tak berani mengatakan hal ini pada siapapun termasuk pada kedua orang tuaku ataupun sahabatku... Kuakui ia sang...