7. Feeling

22 4 6
                                    

Enjoy!
Komen kesan kalian ya

"Ya begitu saja. Mia ssi mohon kerja samanya ya".

"Nee", Ucap Mia menanggapi Pdnim yang sudah menjelaskan panjang lebar tentang mengapa perusahaan ini membutuhkannya.

Dikepalanya hanya ada pulang dan pulang. Tapi orang tua didepannya itu terus saja menjelaskan semuanya, mungkin penting tapi Mia tidak peduli. Intinya kehadirannya saja sudah cukup membantukan.

"Tidak akan lama, mungkin sebulan atau setengah bulan saja kamu sudah boleh berhenti bekerja", ucap Pdnim lagi.

"Pdnim, kenapa tidak mengaku saja dia hanya fans yang tidak sengaja tau kondisiku lalu menolongku".

Jimin yang dari tadi duduk di samping Mia kini bersuara.

"Kau pikir aku tidak bisa berpikir seperti itu juga? Masalahnya perusahaan mereka juga punya rekeman bodyguard kalian sedang mendorongnya saat menolongmu. Ya bisa jadi makin parah isu yang beredar 'bodyguard mendorong fans berhati malaikat' aish kenapa aku jadi seperti ini didepan kalian berdua".

Bang sihyuk tak sengaja memeragakan pembawa berita yang ada di tv.

"Ck, kenapa dunia ini rumit sekali sih".

"Apa kau keberatan Jimin ssi? Harusnya dia yang keberatan, karena kau dia harus menolong perusahaan kita supaya tidak terjadi penurunan".

"Bukan begitu, aku seperti ini karena tidak mau menyusahkannya. Ah sudahlah, ayo kita pergi".

Jimin membawa Mia pergi setelah berpamitan dengan Pdnim. Dia akan mengantarkannya ke apartemen.

Tangan mereka saling bergandengan karena Jimin menariknya agar lebih cepat sebelum waktu makan siang tiba.

Sebentar lagi sebagian para staff akan keluaran mencari makan siang dan menjadi agak ramai di area parkiran.

Mia dengan jaket yang masih terikat di pinggangnya sedang berjalan dengan Jimin di area parkiran. Perutnya yang tiba-tiba keram karena sedang menstruasi membuatnya tak sengaja mencengkram tangan Jimin.

"Ah! Gwenchana?", Ucap Jimin merasa ada yang aneh dengan Mia karena tangannya digenggam dengan kuat, apa dia tidak suka di pegang?

Jimin langsung menoleh dan berhenti tapi Mia tetap berjalan mencoba mengabaikan rasa sakitnya, yang penting dia cepat sampai ke apartemen.

"Nee gwenchana, perutku sedikit sakit. Ayo cepatlah!".

Mereka berdua sudah berada di mobil menuju apartemen dengan suasana yang sangat awkward.

"Apa kau mau makan siang dulu?".

Jimin khawatir Mia mungkin telat makan makanya perutnya terasa sakit, dia terlihat seperti orang sakit maag.

"Tidak".

"Baiklah, sudah sampai. Kau tinggal disini sendirian?", Ucap Jimin basa basi.

Tidak ada jawaban. Mia tidak mampu menjawab karena sekarang benar benar sakit.

Bodoh, harusnya tinggal berlari keatas dulu baru ngerasain sakitnya. Bad cramp di waktu yang tidak tepat.

Jimin menoleh melihat Mia yang sedang menahan sakit dengan mencengkeram jok yang dia duduki sambil tertunduk dan memejamkan matanya.

"Apa kau baik-baik saja?".

"Ah? Nee gwenchana".

"Sepertinya kau tidak bisa jujur ya?".

Yang ada di dalam hati Mia hanya mengumpat untuk Jimin, dia bisa diam tidak sih.

Jimin keluar dari mobil lalu mengangkat Mia masuk ke dalam lift apartemen.

P E O N YTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang