09. Sudah Sah?

24.4K 1.8K 34
                                    

Galih memberi tahu Airin bahwa akad nikah Airin dengan Tuan Sakha akan dilaksanakan pada pagi hari. Airin pun mandi seperti biasa, luluran, dan tidak lupa juga menggunakan serangkaian perawatan kulit yang dia bawa dari rumah. Semenjak semalam, makanan selalu dibawakan ke ruangannya, entah kenapa. Airin merasa belum apa-apa dia sudah tersisihkan.

Tapi bukankah itu bagus?

Ya, karenanya Airin tidak perlu berhadapan dengan ketiga istri Sakha yang lain.

Pukul tujuh, selesai sarapan dan meminum jamu yang ibunya titipkan pada pembantu di rumah ini dan dibawa beserta sarapannya, Airin bingung kenapa tidak ada satu pun orang yang datang menemuinya. Pagi yang dimaksud Galih itu sekarang, kan?

Airin pun hanya duduk di atas ranjang, menatap pintu kamarnya yang tertutup rapat, menunggu seseorang untuk datang mengetuk dan memberitahunya bahwa sudah saatnya untuk bersiap-siap.

Tapi tidak ada.

Selama satu jam lebih Airin menunggu, tidak ada yang datang. Rumah ini juga terasa sunyi. Tidak ada suara keributan apapun di luar. Bahkan ketika Airin membuka jendela dan melihat halaman di luar, hanya lahan taman tidak terawat berisi bebungaan dan rumput liar.

Kamar Airin ini letaknya terpisah dengan rumah utama, seperti paviliun yang memang dikhususkan untuk dirinya seorang. Bentuknya seperti rumah panggung yang telah direnovasi menjadi sedikit modern. Hanya ada satu kamar, ruang tamu, dan teras. Kemarin Airin bertanya pada Galih ketika Galih mengantarnya ke sini, kenapa Airin malah tinggal di sana bukannya bergabung dengan Sakha dan istrinya di rumah utama. Galih malah menatap Airin tidak enak dan berkata bahwa dia hanya menuruti perintah dari Tuan Sakha, itu saja.

Padahal, tinggal di paviliun ini adalah harapan besar bagi Airin. Karena dengan begini, dia bisa jadi lebih leluasa. Iya 'kan?

Matahari semakin naik ke langit, teriknya mulai terasa menyengat, Airin pun menghindar dari jendela dan menoleh pada pintu yang masih tertutup rapat.

Mungkin pernikahannya dibatalkan? pikir Airin menghibur diri sembari menjatuhkan tubuhnya ke atas ranjang.

"Terserah deh, aku ngantuk," ucapnya pada diri sendiri dengan mata yang mulai terpejam. Kemarin malam, Airin sama sekali tidak bisa tidur. Kalau sekarang sudah siang, berarti besar kemungkinan dia akan terbangun saat malam, bagiamana pun tubuhnya butuh istirahat sekalipun ini adalah hari pernikahannya. Airin tidak peduli. Cepat atau lambat pasti akan ada yang membangunkannya juga.

Maka tidak lama kemudian, Airin pun jatuh tertidur.

***

Kemudian saat Airin bangun, beberapa orang mendatanginya ke kamar. Dan karena kedatangan mereka lah makanya Airin terbangun dari tidur nyenyaknya.

Ada tiga orang, masing-masing membawa tas berisi perlengkapan; satunya baju kebayak, makeup, dan aksesori.

Airin duduk di atas ranjang menunggu mereka selesai bersiap-siap.

"Apa acaranya sudah dimulai?" tanya Airin.

Mereka semua menoleh ke arahnya, lalu menatap satu sama lain dengan tatapan heran.

"Airin, bukan?" tanya salah seorang dari mereka.

Airin mengangguk.

"Istrinya Tuan Sakha?"

Airin mengangguk lagi. Apa tukang rias ini harus mengenal kliennya sampai sejauh itu? Dan apa katanya tadi? Istri?

"Saya calon istri Tuan Sakha," sanggah Airin kemudian.

Mereka bertiga lagi-lagi saling berpandangan.

"Apa kita salah kamar?" gumam salah seorang.

"Coba kamu cek! Cari Bibi yang tadi antar kita ke sini!"

ISTRI KEEMPATWhere stories live. Discover now