── 4 🌺

636 133 24
                                    

Hari kedua.

Menyesap secangkir teh hijau di pagi hari benar-benar membuatku merasakan apa itu ketenangan.

Bau harum teh hijau dan segarnya dari gugurnya bunga sakura yang bertebaran menambah suasana menjadi lebih tenang.

Kamar dengan nuansa putih yang nampak begitu bersih seolah menjadi tempat yang sunyi. Namun, hangat dalam satu waktu.

Bersama dengan turunnya sebuah kelopak sakura yang jatuhnya menghampiri, dalam sejenak terbesit kembali bagaimana rupanya.

Tampan dan juga manis.

Ya Tuhan, kenapa pagi-pagi begini aku tiba-tiba memikirkan lelaki itu kembali?

Aku masih berharap, jika pintu putih susu itu kembali terbuka dengan atensinya menyapaku.

Mungkin, kini semburat kemerahan sedang bersarang di kedua pipiku. Mengharapkan ia kembali dengan gombalan recehnya itu.

Aku menatap ke arah keluar jendela yang menampilkan bunga sakura yang mulai berterbangan mengotori jalan, namun tak membuat terlihat kotor malah sebaliknya bunga sakura itu memperindah segala.

seperti dirinya.

Atensinya mengusik pikiranku, bukankah kala itu seharusnya aku merasa risih dengan tatapannya saat itu? Namun, yang terjadi adalah aku benar-benar dibuat tersipu dengan kehadirannya.

-sraak!-

Kini, sepenuhnya atensiku menatap pintu itu terbuka, menampilkan sosok yang sejak tadi ku tunggu kehadirannya.

"Semi-san" Ujarku menyambut.

Senyumnya mengembang, layaknya rasa gula yang terecap di mulut, Manis.

langkahnya mendekat, membuat Derby shoes miliknya berbunyi mengisi ruang ini. Ku perhatikan lebih lekat, kini dirinya tak menggunakan style yang seperti kemarin.

Saat ini dirinya nampak menggunakan pakaian lebih formal. Dengan kemeja putih polos yang bagian lengannya disikap hingga siku menampilkan lengannya yang kekar dengan tanda kartu pengenal bertengger dilehernya dan jangan lupakan celana bahan berwarna hitam.

Kupikir-pikir, jika dia menggunakan jas hitam polos juga mungkin ia akan terlihat seperti ceo muda. Eh? siapa tahu bahwa ia merupakan Ceo muda? karena aku sendiri tak tahu menahu apa pekerjaannya sebenarnya.

"Selamat pagi, bidadari" Sapanya manis.

Aku hanya tersenyum sebagai sambutan, kemudian menatap sesuatu yang ia sembunyikan dibalik tubuh bidangnya itu.

"Kau membawa apa?" tanyaku penasaran.

Ia tersentak mungkin karena melupakan sesuatu, kemudian ia mengeluarkan sebuah boutique yang berisikan bunga camelia berwarna pink.

"Aku membawa pesan dari surga untuk memberikan bunga ini, kepada bidadari yang cantik ini" Katanya sambil menyerahkan boutiquenya kepadaku.

Tangan mungil ini mengambil bunga tersebut, Aroma semerbak menguar melesak kedalam indra penciumanku. Aku tersenyum senang dengan apa yang ia bawa.

"Uhm, Apa kau menyukai bunga itu, (Name)-chan?" tanya penasaran.

"Eh?" aku terkejut dengan suffix yang ia pakai, - "I-iya, aku sangat menyukainya semi-san" Ujarku sambil menatap keindahan dari bunga camelia, -Atau lebih tepat menghindari tatapannya.

"Syukurlah, kamu masih menyukainya"

Aku menoleh ke arahnya, menatapnya bingung dengan ucapannya tadi. Namun yang kudapati adalah ia tersenyum hangat seperti dibelakangnya memancarkan sinar matahari.

"Mau aku taruh bunganya di dalam vas, (Name)-chan?" tawarnya.

Tangannya terulur menampilkan urat-urat yang menonjol menjadikannya seperti lelaki pekerja keras, Entah mengapa melihatnya rasanya aku ingin menggenggam tangannya. Pasti rasanya nyaman sekali.

"(Name)-Chan? kau kenapa? apa ada yang salah dengan tanganku?" tanya membuatku terbuyar dalam pikir.

"Ah, maafkan aku semi-san" ujarku, sekilas ia tersenyum dan aku langsung memberikan boutique itu kepadanya.

Awalnya, aku memandangi bagaimana ia telaten melepaskan setiap tali yang terikat dalam Boutique dan setiap tangkai camelia itu kedalam vas. Namun, tiba-tiba manik ini pindah objek. Memandang sebuah ciptaan tuhan yang begitu indah.

Surai dwi warna yang kontras tak membuatnya terlihat aneh, namun sebaliknya. Iris coklat yang jernih membuatku dapat melihat pantulan camelia yang sedang ditaruh. jangan lupakan Jawlinenya yang sedikit menggoda untuk disentuh.

aku...

"Sudah puas memandangiku, tuan putri?"

Aku tersentak kaget ketika kepergok sedang memandanginya, Kini rasanya aku ingin menenggelamkan diri ke sungai saja.

"maaf" cicitku

Nampaknya ia mendekatiku. kemudian, meraih kedua tanganku untuk ditaruh ke dua pipinya. Aku menatapnya terkejut dan sangat aku yakini bahwa kini seluruh wajahku memerah.

"Kenapa meminta maaf? seharusnya aku bahagia ditatap oleh bidadari cantik sepertimu, Terimakasih" Ujarnya dengan kedua ujung bibirnya menaik bahkan matanya kini terlihat menyipit menyerupai bulan sabit karena senyumnya itu.

Dan yang terjadi adalah aku hanya bengong, bingung harus merespon apa. lantas, aku langsung menarik kedua tanganku dari kedua pipinya.

"Lucu banget sih, gemas aku" apakah orang ini, tak menyadari apa yang telah ia lakukan? dengan seenaknya mengusak-usak puncuk kepalaku. Apakah ia tak sadar tak hanya rambutku yang berantakan namun hatiku juga.

"Geh! lepaskan tanganmu dari rambutku" Astaga, apakah aku kini terlihat tsundere?

Ia malah tertawa, kemudian mengambil sebuah kursi untuk duduk lebih dekat denganku. Pada hari itu, kami sedikit berbincang-bincang. Topik pembicaraannya kala itu nampak mengasikan walaupun dia yang lebih mendominan.

──To be continued.

Maaf ya kalau cringe ataupun Semi-nya ooc.

Ataupun kalo ceritanya aneh, aku bener-bener minta maaf ya(〒﹏〒)
©𝟐𝟎𝟐𝟏 𝐉𝐚𝐧𝐮𝐚𝐫𝐢 24 ──𝐀𝐥𝐢𝐬𝐞

Rhythm Project | Semi EitaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang