── 🌺2

1K 164 78
                                    

Jaket kulit berwarna coklat dengan kerah yang berbulu lalu dilehernya terdapat kalung salib yang memberi kesan bahwa dirinya adalah seorang musisi. Ia menyikap lengan jaketnya asal menampilkan tangan dewasa yang dihiasi urat-urat menambah kesan sexy yang membuat dadaku kembang kempis.

Surai rambut abu-abu dengan diujungnya berwarna gelap dan berantakan itu, terlalu indah hingga membuat jantungku berdegup tak karuan sedari tadi.

Dan jangan lupakan keningnya yang terekpost akibat gaya poni belah tengah.

Satu petikan terselesaikan, sial! Kini lelaki itu menyampirkan tali gitarnya dipundaknya yang berarti bahwa dirinya telah selesai bernyanyi.

Aku diam membeku ketika lelaki itu melangkah bukannya menjauh dariku malah sebaliknya, membuatku menelan ludahku kasar.

Sepatu kats berwarna hitam dengan tali berwarna putih mengayun elegan menuju diriku. Detak jantungku semakin tak karuan mungkin keringatku sekarang sedang mengalir deras akibat dirinya

Senyumannya tak pernah luntur menambah rasa gugupku. Apakah, mungkin kini diriku seperti di kartun-kartun yang kalau gugup keringatnya sampai bercucuran kemana-mana?

Kedua tanganku kurematkan pada kain celanaku yang berada diatas paha. Tubuhku terasa kaku -karena tatapan hangat yang ia berikan.

Lelaki itu berjongkok dan Sentuhan halus sampai membelai tanganku, membuatku mengintip yang sedari tadi mencoba menunduk untuk menghindari tatapannya.

"Nona manis, kau kenapa?"

Suara baritonnya membuatku semakin bergetar. Aku hanya menggelengkan kepalaku dan diam sebagai jawabannya.

"Lalu, mengapa kau seperti orang ketakutan ketika aku mendekat?" Lelaki itu bertanya lagi tetapi jawabanku hanya menggelengkan kepala.

Astaga, aku benar-benar gugup hingga suaraku saja tidak mampuku keluarkan, seperti tercekat diantara tenggorokanku.

"Apa kau bisu?"

"T-Tidak!" Gejolak amarahku naik tak sampai batas sih. Hanya sedikit menaiki, mungkin karena lelaki itu mengira aku bisu.

Aku menaikkan wajahku menatap dirinya.

Alis hitamnya yang sangat kontras dengan rambut, menaut seperti orang terkejut. Apa sebegitu buruk rupa diriku?

"Astaga! Ternyata aku sedang berbicara dengan seorang bidadari!" Ujarnya dengan raut wajah menatapku terkejut.

Aku sangat yakin, kini kedua pipiku sudah bersarang semburat merah tomat matang karena kalimat bualannya yang baru ia ucapkan.

Aku mengalihkan wajahku agar dirinya tak dapat melihat wajah merahku, ternyata dia terkekeh hingga kedua sudut bibirnya terangkat. Lelaki bersurai abu-abu itu benar-benar seperti pahatan terindah, Itulah yang sedang ada dibenakku.

Tatapan teduh dan hangat secara bersamaan menatapku, secara harfiah membuatku bingung harus menanggapi bagaimana.

"Ano, a-apa kita saling mengenal?" Tanyaku.

Dalam hatiku, aku berharap jika kami saling mengenal. Jika benar, pasti betapa bahagianya diriku ditemani mahakarya tuhan yang indah ini.

"Tidak" jawabannya menanggapi.

Senyumnya masih setia disana namun kini tampak mengerut kecil seperti menahan tawa. Eh, Memangnya ada terlihat lucu? Apakah, pertanyaanku seperti lelucon baginya?

"Eum, asal kau tahu saja. Untuk hari ini, aku baru pertama kali melihat bidadari secara langsung." Ujarnya dengan senyuman yang selalu bersarang disana.

Aku terdiam.

Sangat aku yakini untuk kesekian kalinya, pipi ini kembali memerah. aku memukul bahunya pelan untuk menghilangkan rasa gugup dan mencoba sedikit tertawa agar tak dikira kebawa perasaan oleh bualannya.

"Hahaha, dasar aneh! mana bisa seorang bidadari sakit. Payah nih kau membuat lelucon" ucapku.

Dia ikut tertawa hingga menampilkan deretan giginya, sedikit samar aku melihat seperti ada lesung pipi dipipi kanannya, Ya Tuhan mengapa ciptaanmu yang ini sangat indah.

"Memang aku orang aneh karena telah jatuh hati dengan seorang Bidadari" katanya sambil mengelus pipiku lembut.

Aku speechless untuk kedua kalinya.

Iris kami berdua bertemu. Aku dengan keterkejutanku sendiri dan dirinya seperti tersenyum menatapku selayaknya orang yang benar-benar ia rindukan.

"Apakah, kau selalu melakukan hal ini kepada setiap perempuan?" Tanyaku yang benar-benar penasaran dengan tingkahnya.

Surai abu-abu itu menggoyang menandakan ia menolak pernyataanku, -"hanya kepada engkau aku melakukan ini, wahai bidadari"

"Cih! Gombal lagi, oh ya apa kau tidak lelah berjongkok seperti itu terus?"

"Tidak, kan aku berjongkok karena kemauanku. Karena hanya dari sini aku bisa melihat seorang bidadari cantik" ujarnya menanggapi.

Aku menghela nafasku dan menatap langit kemudian memejamkan mataku sebentar. Dirinya benar-benar membuat degub jantungku berdenyut tak karuan, Bagaimana bisa aku seperti ini padahal kami baru saja bertemu.

── To Be Continued.



Note;
Hey! Gimana? Baper ga? Kalau Alise sih udahಥ‿ಥ

Btw, chapter 1,2, sama 3 bakal nyambung mungkin sampai chapter 4 juga.

Kayak yang Alise kasih tahu kemarin, kalau kemarin dipotong sampai 200 kata, kalau chapter ini sampe 684 kata.

Hehehe,, semoga ga bosen ya baca cerita Alise :'))

©𝟐𝟎𝟐𝟎 𝐃𝐞𝐬𝐞𝐦𝐛𝐞𝐫 𝟐𝟓 ──𝐀𝐥𝐢𝐬𝐞

Rhythm Project | Semi EitaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang