#01 Nightmare

171 14 3
                                    

Jangan lupa vote dan comment, yaa. Karena dua poin itu penting banget buat aku:)

Happy Reading!

-

-

-

Gemerlap lampu warna-warni kerap memenuhi sebuah ruangan serba guna. Ruangan ini disulap menjadi tempat pesta bagi pemuda-pemudi yang sedang mencari jati diri.

Dentuman musik begitu keras mengalun di setiap penjuru. Banyak insan yang tengah asik menari atau sekadar menenggak alkohol yang ada di tangan mereka. Perempuan penyuka pakaian kurang bahan berjalan meliuk-liuk bagai model di atas pelataran pesta. Hingga tidak sedikit dari mata para kaum adam yang terpana memandang setiap leluk tubuh mereka.

Acara ini hanyalah sebuah reuni yang diadakan oleh SMA Tunas Bangsa angkatan dua puluh tujuh. Akan tetapi, suasananya malah terkesan seperti tempat hiburan malam yang berada di tengah kota besar. Pesta semacam ini adalah hal yang biasa, mengingat betapa tajir siswa-siswi yang bersekolah di sana. Satu bulan SPP, sama seperti membayar uang muka sebuah properti mewah di Jakarta.

"Long time no see." Seorang perempuan dengan gaun selutut berwarna merah menyala menghampiri salah satu pria yang tengah berada di mini bar. Di genggamannya terdapat seloki yang berisi minuman beralkohol rendah.

"Wah, kau telah berubah banyak, Friend!" ucap pria itu dengan senyuman yang menggoda.

"See? Apa kau menyesal karena dulu telah menolakku, Dude?" Sang pembicara tertawa mengejek, merasa bahwa dirinya jauh lebih baik jika dibanding dahulu.

Sebenarnya, pemilik bibir ranum itu sangat cantik walau tanpa riasan, hanya saja pria yang bersematkan buaya di hadapannya memang tidak pernah puas dengan satu wanita.

"Apa kau bilang? Menyesal? Pantang bagiku untuk berkata demikian." Pria jangkung dengan bola mata besar itu berdiri dan mendekatkan wajahnya ke telinga sang wanita. Jarak mereka terlampau dekat hingga insan di hadapannya dapat merasakan helaan napas hangat nan segar. "Kau lihat orang itu?" Ia menunjuk ke salah satu wanita yang tengah berdiri di tengah gemuruh pesta, diikuti dengan sepasang mata yang seakan terhipnotis mengikuti ke mana telunjuk itu mengarah. "Kekasihku ... dan akan selalu menjadi kekasihku."

Kedua sudut bibir perempuan itu tertarik, membuat seringaian kecil yang terkesan mencemooh lawan bicaranya.

"Sedang berusaha bertahan pada satu wanita, huh?" tanyanya kemudian menyesap minuman di tangannya.

"She's the only one. Yang lain hanya pemanis."

Kekehan terdengar bersamaan dengan diletakannya seloki di atas meja. Gadis itu lalu melipat kedua tangannya di depan dada dan menatap pria di hadapannya dengan angkuh. Ia bahkan tidak dapat mempercayai bahwa dahulu pernah menyukai replika Don Juan berengsek seperti ini.

"Kau memang bajingan yang tampan," ucapnya tenang. Mereka berdua kemudian tertawa renyah seakan yang dikatakan perempuan itu hanyalah sebuah lelucon murahan.

"Aku anggap itu sebuah pujian." Pria itu menepuk pelan pundak polos milik sang gadis. "Omong-omong, di mana kekasihmu? Setelah aku tolak dulu, kau tidak menutup hatimu untuk semua pria, 'kan?"

Perempuan itu tidak menjawab. Ia justru malah menatap lelaki yang menjulang tersebut dengan tajam.

"Rana ... jangan bilang kau—"

"Apa begitu penting bagimu sampai kau harus menanyakan itu? Lagi pula, apa gunanya mempunyai kekasih jika semua pria sama berengseknya sepertimu."

Pria itu bertepuk tangan sebagai bentuk apresiasi terhadap Rana karena perempuan itu berani menilai dirinya secara gamblang.

Bad Alive | Byun Baekhyun [Terbit]Onde as histórias ganham vida. Descobre agora