#24 Lose

63 12 4
                                    

Bara menatap orang di hadapannya nyalang. Kedua tangan ia kepalkan guna menahan emosi yang sudah memuncak sejak di perjalanan tadi. Orang di hadapan Bara kini, tidak pernah membiarkan hidupnya tenang. Elandra selalu saja membayang-bayanginya setiap langkah Bara ke mana pun pria itu pergi. Elandra bahkan tidak membiarkan Bara menghirup udara dengan bebas. Semua pergerakan pria itu selalu diawasi, bahkan saat Elandra sangat jauh dari jangkauannya.

"Bara, akhirnya kau datang menemui Ayah, Nak," ucap Elandra begitu tenang. Bara ingin sekali meninju wajah Elandra tanpa basa-basi. "Kau terlalu lama bermain-main dengan janjimu. Aku sama sekali tidak melihat bagaimana wanita itu tersakiti karena ulahmu."

"Aku tidak akan menyakitinya karena Rana sedang mengandung darah dagingku. Bisakah kau hentikan ini, Ayah? " tanya Bara dengan nada yang terdengar cukup tinggi. Bicara dengan Elandra kini tidak lagi membutuhkan kelembutan.

"Tidak bisa, Bara. Kau sudah berjanji padaku, tetapi yang kau lakukan bukanlah yang kuinginkan." Elandra terlihat muak dengan sikap Bara yang tidak menunjukkan ketegasan. Dari semua janji yang telah dilontarkan anak itu padanya, tidak ada satu pun yang terealisasi. Bara seolah tidak menganggap perjanjian itu ada.

"Tanpa mengurangi rasa hormatku, aku menarik semua janji yang pernah aku ucapkan padamu dulu. Soal bisnismu yang kalah saing oleh ayah mertuaku, tidak ada hubungannya dengan Rana ataupun anakku. Aku harap kau bisa mengerti kali ini, Elandra."

Pria paruh baya itu tertawa renyah. Tidak lupa ia menepuk tangan atas apa yang baru saja Bara lontarkan.

"Aku—tidak salah dengar, 'kan?" tanya Elandra tidak percaya. Ia bahkan masih mempertahankan tawanya, hingga garis-garis halus di wajahnya sangat nyata terlihat. "Kau memanggilku demikian?"

"Kau bahkan tidak pantas disebut sebagai seorang ayah." Kedua obsidian Bara menatap Elandra penuh amarah. Ia tidak peduli jika setelah ini, hubungan ayah dan anak itu akan hancur berantakan. Bara hanya tak ingin melihat istri dan anaknya menderita hanya karena dendam konyol yang dilampiaskan kepada orang yang salah. Bara tidak ingin Rana dan calon bayinya menjadi korban.

Bruk!

Elandra menghantam meja kayu di hadapannya dengan keras. Kesabarannya sudah tidak dapat dibendung lagi. Kali ini ia benar-benar marah karena Bara yang semakin membantah dirinya.

"Tidak bisakah kau menuruti kemauanku?!" Elandra berteriak lantang hingga membuat semua mata pengunjung restoran tertuju padanya.

"Tidak bisa." Bara tersenyum sinis. Pria dengan surai berantakan itu menyeruput kopi hitam yang tadi dipesannya dengan tenang—berusaha mengumpulkan segala keberanian untuk menghadapi pria keparat di hadapannya ini.

"Anakmu." Suara Elandra kembali merendah. Tatapan pria paruh baya itu juga tampak melunak. "Aku tidak akan membiarkan anakmu hidup walaupun kau berjuang untuk menyelamatkannya." Kekehan nyaring yang keluar dari mulut Elandra berhasil membuat nyali Bara sedikit menciut. Baru saja ia ingin mengumpulkan keberanian, ayahnya itu malah menubruknya ke dalam jurang curam yang dipenuhi bebatuan tajam.

Bara mendorong meja hingga kopi yang tadi ia sesap tumpah. Pria itu bahkan tidak segan untuk menarik kerah baju Elandra dan berhasil membuat pria paruh baya itu tercekik. Namun, bukannya terlihat kesakitan, Elandra malah menampilkan wajah menjengkelkan miliknya di hadapan Bara.

"Jangan pernah menyentuh Rana ataupun anakku. Jika kau tidak mendengarkanku, aku bersumpah akan menghabisimu dengan tanganku sendiri!" Ucapan penuh penekanan itu seolah menjadi bukti bahwa Bara tidak lagi memakai kelembutan dalam untaian katanya. Ia sudah muak—terlebih pada ayahnya sendiri. Dalam hati Bara, ia berjanji bahwa setelah ini dirinya akan pergi jauh dari jangkauan pria itu. Elandra terlalu berbahaya.

Bad Alive | Byun Baekhyun [Terbit]Where stories live. Discover now