#27 Thank You, Cakra!

49 6 0
                                    

Cakra mengarahkan tungkai kakinya menjauh dari pelataran gedung tempat di mana Bara berada. Setelah mengetahui informasi bahwa Rana disekap Elandra di sana, ia berlari sekencang mungkin ke arah mobil. Cakra memang tidak begitu dekat dengan Rana, mengingat kejadian terakhir yang menimpa mereka. Akan tetapi, Cakra mengenal Bara dengan baik. Pria itu telah menjadi sahabatnya sejak kecil, hingga Cakra tidak mungkin membiarkan Bara berada di tingkat kesulitan sendirian.

Suara rumput yang bergesekan dengan alas kaki menjadi musik pengiring Cakra untuk sampai ke mobil. Entah kenapa waktu terasa begitu lambat ketika suasana sedang berada di detik-detik paling krusial. Kecepatan berlari milik Cakra juga tidak terlalu mencolok ketimbang kecemasan yang kini menggelora di dalam dada.

"Ayolah!" gumam Cakra. Pria itu sedikit merasa lega ketika mobil miliknya sudah tampak di ujung jalan.

Namun, di tengah usahanya untuk sampai ke mobil, ada lima orang yang mencegah jalannya. Otomatis pria itu harus menghentikan larinya dan memandang bingung kepada kelima orang asing tersebut.

"Siapa kalian?" Suara Cakra tidak terdengar takut. Pria itu malah memajukan langkahnya agar mengetahu wajah-wajah pria sialan yang berusaha menghentikan aksinya. "Berani sekali mengahalau jalanku."

"Kau telah mengetahui keberadaan kami. Jadi, kami tidak akan membiarkanmu lolos dengan mulut terbuka," ucap salah satu pria berpakaian serba hitam itu. Sedangkan Cakra hanya berdecih sinis mendengar ucapan bernada ancaman tersebut.

"Kalian sedang mengancamku? Kalian benar-benar tidak mengetahui dengan siapa kalian berhadapan?" Suara Cakra masih terdengar tenang. Tidak ada rasa gentar yang bersarang di dalam dirinya.

"Masa bodoh dengan asal-usulmu. Yang jelas, kau tidak akan keluar dari tempat ini dengan perasaan tenang." Tiga dari orang berpakaian hitam itu mengeluarkan pisau dari dalam sakunya. "Habislah kau!"

Sret!

Cakra menggeram kesal ketika pisau itu mengenai jaket kesayangannya.

"Kau benar-benar ingin bermain dengan keluarga Sanjaya?!" ucap Cakra sebelum melayangkan bogeman keras kepada wajah salah satu penjahat itu.

Tikaman demi tikaman berusaha disarangkan pada tubuh Cakra, tetapi tak ada satu pun pisau yang tertancap di sasaran. Salah satu pria yang sepertinya memimpin orang-orang tersebut pun mendengus—tidak terima kelihaian Cakra dalam berkelahi.

Satu pria berambut tandus berusaha menikam wajah Cakra dengan benda tajam itu, tetapi dengan cepat Cakra menangkap tangan tersebut dan memelintir tangan pria itu hingga pisau terjatuh. Pria botak itu sontak meringis kesakitan karena tenaga Cakra yang teramat besar.

Tak sampai di situ, pria lain yang berambut ikal turut melakukan penyerangan terhadap Cakra. Pria itu melemparkan pisau ke arah perut Cakra. Beruntung, pria bertelinga Yoda itu bisa menghindarinya, sehingga pisau yang tadi mengincarnya jatuh ke arah semak-semak yang gelap.

Masih ada satu pria bersenjata lagi yang harus Cakra hadapi, yaitu pria yang menggunakan topi berwarna hitam. Tampang pria itu sepertinya sangat seram ketimbang empat orang lain. Cakra sendiri pun sempat meringis karena tidak tahan melihat wajah kriminalnya yang sangat kental. Pria itu tampak seperti seorang pembunuh bayaran yang handal.

"Hebat juga kemampuan bela dirimu," ucap pria bertopi itu dengan angkuh. Cakra bersumpah ingin memuntahkan isi perutnya sekarang juga, sebab kedua matanya harus menyaksikan raut wajah konyol yang menjijikan itu. Wajahnya yang tidak simetris membuat perawakan pria itu terlihat sangat buruk.

"Kau ingin bernasib sama seperti temanmu?" Cakra dan pria itu berhadapan. Tinggi badan mereka terpaut sangat jauh. Cakra terlihat seperti sebuah menara di antara pohon cabai.

Bad Alive | Byun Baekhyun [Terbit]Where stories live. Discover now