---o0o---
“Lo harus inget Ryn, dia ngetik pake jari bukan pake hati. Jadi kurang-kurangin deh gobloknya biar otak Lo waras lagi.”
---o0o---
“Kenapa tuh muka? Tumbenan pagi ini cerah banget kaya abis luluran pake minyak tanah campur karbit, glowing bercahaya.” Jeno menatap Jaeryn penuh curiga, menelisik dengan seksama seakan tengah mencari - cari satu kejanggalan pada diri teman satu kelasnya itu begitu dia baru saja melangkahkan kakinya masuk ke dalam kelas dengan raut wajah yang sumringah, berseri - seri.Jaeryn memutar bola matanya malas. Berdecak samar, lantas menatap pemuda Lee itu menukik. “Bacot sekali enggkau wahai saudara Lee Jeno,” sahutnya dengan nada gemas bercampur kesal. Ini masih pagi, namun makhluk astral berwajah blasteran surga itu sudah membuat harinya runyam saja. Untung saja Jeno tampan, coba kalo muka kentang? Sudah habis pemuda itu ia cincang lalu dijadikan bahan perkedel daging. “ ... glowing enggak, meledug iya! Di kira muka kembaran Bae Irene ini petasan lebaran apa? segala di lulurin minyak tanah sama karbit!”
Jeno menggaruk tengkuknya yang tidak gatal sama sekali, menunjukan seculas senyuman nyengir persis seperti kuda yang membuat mata sipitnya tenggelam entah kemana. “Sensi amat si ibunya.”
“Sinsi imit si ibinyi,” cibir Jaeryn menirukan ucapan Jeno dengan gaya yang di dramatiskan.
“BTW, kenapa lo? tuh muka semriwing banget perasaan?” Jeno berjalan mengekori Jaeryn dari belakang.
Sudah sekitar empat hari ini Jeno dan gadis itu jarang bertegur sapa dan berinteraksi seperti biasa. Lebih tepatnya Jaeryn yang sering menghindarinya, baik bersitatap secara sengaja ataupun tidak.
Jeno yakin jika Jaeryn marah kepadanya karena sudah memaksa dia untuk pindah tempat duduk bersama Sungchan—salah - satu murid yang memiliki hubungan pasang surut dengan gadis bersurai hitam panjang yang hobi mengikat rambut dengan kuncir dua atau Cepol kuda itu. Hubungan keduanya bisa di ibaratkan sebagai kucing dan anjingnya kelas 11-D yang memiliki hubungan antara cinta dan benci.
Kadang baik serta kompak, kadang pula saling menghujat bahkan saling mencela kekurangan satu sama lain tanpa melihat tempat dan kondisi.
Menghentikan langkah, lantas menolehkan kepala kearah belakang dengan iringan tatapan tajam mengintimidasi, akan tetapi bibir mungilnya mengembangkan seulas senyuman penuh arti. “Huwaa ... Jeno, hari ini gue bahagia pake banget ... banget ... banget ..., ” tutur Jaeryn antusias. Menyatukan telapak tangannya dengan telapak tangan milik Jeno, berjingkrak-jingkrak kegirangan bagaikan seorang anak TK yang baru saja mendapat kabar jika besok adalah hari libur panjang sebulan penuh.
Walaupun tidak tahu menahu kenapa dan alasan apa Jaeryn bisa sebahagia itu, Jeno ikut berjingkrak - jingkrak saja. Mengikuti gerakan energic gadis itu.
“Ehhh ... tapi lo bahagia kenapa? kok gue gak tahu, sih?” tanya Jeno kebingungan yang refleks membuat sorakan heboh dari Jaeryn terhenti menit itu juga.
Gadis Jung itu berdesis. “Jelas aja lo gak tahu, gue 'kan belum ngasih tahu lo bangke!”
“Ya udah, buruan kasih tahu gue kenapa lo bisa sebahagia ini? Penasaran gue, palingan lo bahagia karena dapet semvak emasnya punya Chenle.” Terka Jeno asal yang sukses mendapatkan tatapan sinis dari Jaeryn.

YOU ARE READING
BUCINNYA LEE MINHO [LINO] ON GOING
FanfictionSebelum membaca haraf Follow terlebih dahulu🥰 jangan lupa vote jejaknya juga🌹 "Lo tahu gak bedanya Lo sama Super Junior itu apa?" tanya Jaeryn tersenyum lebar. "Gak tahu, dan gak tertarik buat tahu." Lino menjawab ketus. "Oke, gue kasih jawabannya...