B.L.M 38 : Tragedi Patah Hati

170 49 51
                                    

———o0o———

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.


———o0o———

“Diterbangkan oleh harapan, dijatuhkan oleh kekecewaan, lalu disadarkan oleh kenyataan.”

———o0o———





***






                Sepanjang perjalanan pulang, Jaeryn tidak bisa lagi menyembunyikan kebahagiaannya. Sembari memeluk erat sebuah boneka panda berukuran besar—jauh lebih besar dari boneka yang Sungchan berikan kepadanya—Jaeryn tersenyum senang.

               Walaupun masih semu, belum terbukti akan kebenarannya, prospek. Jaeryn percaya jika boneka, gaun dan kalung yang Lino beli dari Mall tadi itu untuk dirinya. Semoga—ahh tidak, harus. Jaeryn benar-benar menaruh sebuah harapan besar. Sebab, ini adalah kali pertamanya Lino bersikap baik. Tak hanya itu, Lino juga mengingat hari ulang tahunnya tanpa harus susah-susah diberi kode terlebih dahulu. Hanya sebatas ucapan juga biasa, tapi ber-impact luar biasa bagi mood Jaeryn hari ini.

               “Bubu, makasih buat kadonya.” Sebab suara bising knalpot bertabrakan dengan desiran angin, belum lagi suara klakson pengendara lain, Lino tidak bisa mendengar jelas apa yang baru saja Jaeryn katakan. Pemuda itu hanya mengangguk singkat sebagai jawaban. Tidak banyak bicara. Seperti biasa.

               Tepat pukul 18.04 petang, Lino dan Jaeryn sampai di depan gerbang rumah si Jung. Kurva ranum berwarna merah cherry itu tak kunjung melunturkan senyuman. Bahkan saat Lino mencibir jikalau giginya bisa saja kering karena terlalu lama tersenyum, Jaeryn tetap geming.

              “Thanks, udah mau nemenin gue buat beli kado.” Lino membantu Jaeryn melepaskan helm dari kepalanya.

              Jaeryn hanya menganggukan kepala singkat. Kemudian berlalu tanpa mengucapkan sepatah kata. Dalam hati, Jaeryn berharap Lino menyuruhnya untuk berhenti. Lalu memberikan semua kado itu sebagai kejutan. Jika hal itu sampai terjadi, Jaeryn bersumpah ia akan menjadi manusia paling bahagia yang pernah ada di dunia ini. Sungguh.

              “Ryn, tunggu!” suara berat Lino mengalun, menghentikan langkah Jaeryn yang hampir memasuki gerbang rumah. Dalam hati, gadis itu sudah misuh-misuh.

              ‘Bu, kalo mau ngasih kejutan kenapa gak nanti malem aja sih? Gue ‘kan jadi deg-degan!’ Jaeryn bergumam. Dengan gerakan yang sengaja di slowmotion, Jaeryn membalikan badan. Hatinya sudah berteriak histeris, beranggapan jika apa yang ia bayangkan itu akan segera terjadi. Lino memberikannya sebuah kejutan.

BUCINNYA LEE MINHO [LINO] ON GOINGWhere stories live. Discover now