7. RUN!.

31 21 3
                                    

Happy reading💜

Jari kecil Hanzel memasukan selembar kartu pada vending machine, dua kaleng coklat dingin mengelinding disambut kedua telapak tangan cantik.

Dengan segera Hanzel berlari kecil, kakinya melangkah dengan pasti hingga tiba pada satu titik yang membuatnya berhenti sejenak memandang sosok yang tengah tertunduk menatap genangan air, tanpa rasa ragu Hanzel memposisikan dirinya duduk diujung lain bangku taman berwarna putih.

Dihembuskan nafas panjang dengan kasar mencoba mengusik kehusyuan sosok disampingnya namun tak membuahkan hasil, sura dehem pun telahdi serukan tapi lelaki itu masih diam pada posisisnya. Kedua manik Hazel menatap kaleng choklat favoritnya, tanganya terulur menempelkan kaleng dingin itu pada pipi lelaki disebelahnya.

Sesuai perkiraanya kini sosoknya mengerakan kepala memandanhnya dalam sekelibatan lalu dengan cepat merampas kaleng dalam gengaman.

Hanzel yang melihat tingkahnya sontak merasa geram, dirinya merasa sudah berlaku semanis mungkin namun bukanya ucapan maksih atau hanya sekedar menatapnya, lelaki tak memiliki rasa malu itu langsung merebut dan membuka kaleng coklat.

'Ck, tidak tau terimakasih' batinnya penuh kesal sambil memalingkan wajah.

Cess..
Tersa dingin namun menyejukan di pipinya, refleks tubuhnya menghadap kearah lelaki yang tengah mencopy tindakanya tadi bedanya kini kaleng itu telah terbuka.

"Dasar bodoh, itu untukmu. Aku bahkan bisa membuka tengkorak kepalamu" Ucap Hanzel dengan bibir mengerucut sambil berlalu meninggalkan lelaki itu sendiri

lelaki itu hanya menatap punggung Hanzel yang berlahan menghilang, meninggalkan tandatanya namun hatinya tak berniat tuk menghentikan langkahnya. Atau bahkan merasa bersalah barang secuilpun.
Baginya sosok Hanzel adalah mahluk teranaeh yang pernah ditemuinya, sikapnya tak terduga dengan segala tingkah laku uniknya. Menyebalkan namun tidak bisa dibohongi ada setitik perasaan lain turut ikut serta saat memikirkanya.

"Dasar wanita aneh" ucap Fran

Ditenguknya minuman choklat dingin hingga bersih tak tersisa, Matanya kembali tertuju pada sekaleng coklat yang masih tertutup rapat. Sepasang manik hitamnya memandang sekeliling memastika tidak ada seorangpun, dengan cepat tangannya meraih kaleng, membuka tutup talu meminumnya dalam sekali tengak.
Enatah mengapa tenggorokanya sangat kering, lidahnya terasa kaku mungkin karena teriknya cahaya mentari atau mungkin pedihnya luka hati ikut memengaruhi hawa tenggorokan?

Entahlah itu semua tidak penting karena kini hawa sejuk dan dingin telah menyeliputi tengorokanya. Matanya akembali memandang sekeling, nampak sepi sejauh matanya memandang. Diletakanya kaleng kosong itu diatas tanah kedua kakinya melangkah mudur.

Dalam benaknya menghitung mundur selaras dengan gerak tubuh semakin mendekati kaleng 'Tiga...Dua...satu"

"Duakkk..!"
kaleng kosong itu melayang

Takdir telah tertulis, itu sebabnya Fran mendapat hal sial.

Fran terlalu kesal, Marah hingga tendangan kerasnya membawa kaleng kosong itu terbang tinggi dan hal siapun kembali menerjangnya entah bagaimna kaleng kosongnya mengenai kepala sorang pria bertubuh kekar dengan otot mengumpal tercetak jelas dari kaos tipis. Berbagai umpatan kasar terdengar nyaring dari bibir hitam berhias kumis tebal, padahal sejak tadi pandanganya tak mendapati sosok itu. Sontak dengan sekonyong-konyonya Fran mengeluarkan juruas andalanya.

Iya, apalagi kalo bukan langkah seribu.
RUN! Run! RUN!

Fran lari secepat yang dia bisa.
Tanpa memeperdulikan apapun yang ada didepanya kedua kaki panjangnya terus berlari baginya hal ini lebih mengerikan dibanding kejaran seekor anjing. Sesuai dugaan, tidak bisa dihindari tubuhnya menabrak beberapa orang membuat mereka mengupat penuh kesal.

HeaAin Problem (REVISI)Where stories live. Discover now