0. Intro

220 72 91
                                    

============================

Saat manusia tertarik dengan suatu hal, akan terbesit kata dalam otak "Berkenalan dengannya saja sudah cukup"

Namun sejak mengenal namanya timbul akan harap tuk bisa berteman.

Seiring berjalanya waktu mulai melakukan berbagai pendekatan,hingga terjalin suatu hubungan sepesial sebagai seorang Teman Akrab, Sahabat.

Yakin status itu sudah cukup?

nyatanya perasaan yang terus menumpuk tak sanggup lagi dibendung.
tersadar kini telah berada di fase jatuh cinta.

Rasa cinta tak lagi bisa diminimalisir. hati yang bermekaran membuat keinginan untuk menjadikanya kekasih semakin menjadi-jadi.

lalu apakah saat semua usaha dalam menjadikanya kekasih hati sukses manusia akan puas?

TIDAK!
Tidak ada hal yang sesimpel itu!

Hakikat manusia sebagai makhluk yang tak pernah merasa puas!

kontrol dirimu!
jangan sampai sifat serakah menghancurkan segalanya.

Serakah tak hanya soal materi namun kau bisa jadi serakah soal hati!
============================

Serakah tak hanya soal materi namun kau bisa jadi serakah soal hati!============================

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Mentari nampak eksis, sinarnya terasa teramat panas menyengat kulit. Angin berembus bukanya membawa hawa sejuk justru membuat hawa panas semakin menjadi-jadi, ditambah dengan serpihan debu halus yang ikut dihembuskannya.

Musim kemarau dikota metropolitan memang sangat menyiksa. Teriknya mentari beradu dengan polusi udara, ditambah lagi minimnya pepohonan juga jalan raya yang tak pernah sepi akan hadirnya berbagai jenis kendaraan ditumpangi oleh manusia dengan minim rasa sabar pada hati mereka. Lengkap sudah membuat suasana semakin tak karuan.

Disalah satu Gedung Universitas ternama, bangun tinggi menjulang dengan dinding kaca nampak begitu mengagumkan.
Ku letakan setumpuk dokumen dimeja salah satu dosen. Mataku melirik jam yang terpaku pada dinding berwarna grey, jarum jamnya menunjukan pukul 13.45.

'Ah.. Pantas saja diluar terasa panas sekali'

Kuseka keringat yang mengalir di kening dengan punggung tangan, kukibas-kibaskan kerah kemeja agar menimbulkan angin pada area tubuhku. Niat hati masuk kantor dosen sekalian meneduh ternyata AC di rungan ini mati, bukanya udara sejuk yang kudapat justru keringat sebiji jagung mengalir deras.

Oh ya sampai lupa, perkenalkan aku Franza Barli Abdinegoro,
Lebih akrab dipanggil Fran. Anak Fakultas seni prodi seni musik semester 5.

Kurasa cukup perkenalanku, karena kini perutku tak bisa lagi diajak berkompromi. Rasanya cacing-cacing dalam perut seolah Demo, karena belum mendapat asupan apapun selain air putih sejak kemarin malam.

Maklum, namanya juga anak kos yang sibuk dengan berbagai tugas kuliah telat bahkan tidak makan adalah hal yang lumrah.

Kakiku melangkah dengan sedikit tergesa-gesa, di atas koridor suara sepatu berwarna Nafy berderit. Mataku memandang sekeliling nampak asing. Lingkungan Fakultas Hukum nampak asri banyak pohonan rindang dan ada banyak pula tanaman hias walaupun beberapa nampak layu, mungkin akibat musim kemarau saat ini.

Seluas mata memandang terdapat beberapa mahasiswa lalu lalang, ada pula yang tengah bercengkeraman entah apa yang mereka bahas.
kufokuskan kembali pandangan pada Kantin fakultas Hukum.

'Ah bodoh amat, kantin fakultas Hukum yang paling dekat dibandingkan dengan kantin fakultas Seni'. Tak bisa dipungkiri Aku tak punya banyak tenaga untuk berjalan jauh, ditambah sinar matahari yang enggan diajak bersahabat membuatku merasa malas bila harus berjalan menuju gedung lain.Toh, tak akan ada yang perduli dengan kehadiran orang asing sepertiku.

Meja kantin nampak lengah hanya ada beberapa anak basket dan mahasiswa lain tengah duduk sambil bercengkrama. Mungkin karena sekarang sudah jam pulang jadi tak heran keadaan kantin jadi sepi atau mungkin kantin fakultas ini memang sepi tak seperti di fakultas seni? Ah masa bodoh, yang terpenting sekarang adalah mengisi perut. mataku langsung tertuju pada penjual mie ayam.

"Bu, mie ayam satu sama es teh"

"Ngeh mas" jawab Ibu kantin ramah.

Aku duduk disalah satu kursi merah dengan meja bulat, tak ada seorangpun disini kecuali aku. Metatap sekeliling mataku menangkap seorang wanita dengan rambut hitam panjang menutupi wajahnya, seketika aku teringat dengan sosok kunti. Ah.. Bikin merinding saja.
Suara langkah kaki terdengar keras pandanganku kini teralih pada Ibu kantin tadi dengan membawa semangkuk mie ayam dengan segelas Teh.

"Wah cepat juga ya"

aku kagum dengan gesitnya Ibu kantin, baru beberapa menit pesana sudah langsung jadi. Tanpa kupikir panjang langsung kuambil mangkok dan teh itu dari nampan, aku mulai ritual mengisi perut agar cacing-cacing tidak lagi berdemo.

"Ehem.."
Suara dehem terdengar menggangu kenikmatan.

Apa aku harus membayarnya sekarang? Huh memangnya mereka kira aku cowok tak bertanggung jawab yang meninggalkan mangkuk mie tanpa membayarnya. Tangan merogoh saku celana cino hitam menyodorkan selembar uang berwarna biru.

"Ehem..ehem"

Sura dehem yang tertangkap telingaku kini lebih keras dibanding tadi, kenapa? Apa Uang tadi masih kurang? Gila! Memangnya seberapa mahal harga satu mangkok mie ayam, gerutu ku dalam hati.
Tanganku kembali merogoh saku celana kini mengeluarkan uang berikutnya, selembar uang seratus ribu. Namun hingga tanganku pegal uang itu tak lekas diambilnya, apa maunya ibu kantin ini, sialan.

"Segini masih kurang? Memangnya berapa harga mie ibu?"

Mulutku menggerutu kesal, sambil menyodorkan kembali uang tersebut. namun pandanganku tak teralihkan dari semangkuk mie ayam, gigiku tetap sibuk menguyah.

"Brak..!"

Suara meja dipukul dengan sangat keras berhasil membuatku kaget setengah mati, untung saja mienya tidak membuatku tersendat kan tidak lucu besok muncul berita duka seorang mahasiswa bernama Fran dikabarkan mati tersendat mie ayam. Mati dengan cara konyol, jelas tidak ada yang mau.

Dengan wajah kesal ku arahkan wajahku pada asal suara. Namun pada detik itu pula jantungku berasa mau copot, bukanya ibu kantin yang berdiri didepan sana, namun sepasang bola mataku justru menangkap wajah wanita dengan tatapan tajam mengintimidasi.

Matanya seolah berkata 'matilah kau!'. Dengan susah payah menelan air liurku.

"habiskan saja itu!"
Wanita itu berjalan keluar kantin dengan wajah berapi-api.

Suaran wanita itu terdengar begitu tegas, tidak! suaranya terdengar seperti seorang lelaki dari angkatan militer. Aku baru pertamakali mendengar suara wanita setegas ini.
Benar-benar Mengerikan.

============================

Franza Barli Abdinegoro (Song kang)

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Franza Barli Abdinegoro
(Song kang)

############################

Hai hai hai..

Ini aku DeniV.

Gima cerita ini?

Ngomong-ngomong karena aku masih pemula jadi butuh banget saran dan Kritikan dari kalian...

ayo jangan ragu buat komen tentang cerita ini ya.
Selama komentar dengan bahasa dan niat yang baik aku welcome kok 😘

HeaAin Problem (REVISI)Where stories live. Discover now