\4\ Bintang

23.7K 1.6K 17
                                    

Selamat membaca 💊

Arvin mematung diambang pintu masuk saat netranya melihat kearah depan yang disana tengah terbaring seorang bocah laki-laki yang dimana dia adalah keponakannya dengan kakak iparnya yang berada disebelah bocah itu.

"Kamu kenal dia Arvin?" Tanya Elina bingung begitu juga dengan Fera. Bagaimana seorang OB bisa kenal dengan cucu dari pemilik rumah sakit ini? Begitulah kira-kira pikir Fera dan juga Elina.

"A-ah nggak kok, saya nggak kenal mereka bu dokter" kilah Arvin sambil sesekali melirik kakak iparnya untuk mendiamkan bocah laki-laki itu.

"Sayang, dia bukan paman kamu. Paman kamu kan masih dijalan sebentar lagi pasti datang" kilah Trixie pada anaknya-Bintang.

"Tapi bun, dia paman Arv-"

"Tuh kan ada bekas coklat dimulut kamu. Sini bunda bersihin" potong Trixie cepat beruntung Bintang langsung terdiam dan menurut ketika sang bunda mulai membersihkan mulutnya dari sisa-sisa coklat yang dia makan.

"Hai boy, gimana keadaan kamu?" Tanya Elina sambil membetulkan laju infusan Bintang.

"Baik dok, oh yah. Bu dokter cantik, makasih yah udah nolongin Bintang" ujarnya riang.

Elina tersenyum dan menyuruh Bintang untuk berbaring sebentar karena akan ia periksa luka-luka yang terdapat dalam tubuhnya.

"Kondisi kamu sudah mulai membaik, nanti memarnya kasih salep yang dokter resepkan yah. Awas kalo nggak sampai diobatin" ujarnya sambil mengusap kepala Bintang.

"Siap bu dokter, bu dokter cantik deh" ujar Bintang polos yang dibalas kekehan oleh Elina.

Sedangkan disisi lain Arvin menghela nafasnya lega, dia buru-buru mengelap kaca itu agar bisa keluar dari ruangan ini dan semua rahasianya tidak terbongkar.

Arvin mengkode pada kakak iparnya jika dia akan kembali nanti setelah Elina dan asistennya pergi. Ah mengenai Elina, Arvin tidak tahu mengenai pikiran dokter itu. Semoga saja Elina tidak curiga padanya.

"Bu dokter, saya keluar duluan yah!" Pamit Arvin dan menghentikan obrolan Elina dan Bintang.

"Yaudah Arvin, silakan" ujar Elina

Baru saja mulut Bintang ingin bersuara, namun terhenti ketika sang ibu malah memasukan potongan buah apel kesukaan anak itu yang membuat Bintang mendelik karena terkejut.

"Makan yang banyak sayang, habis itu kita pulang" ujar Trixie sambil tersenyum lebar.

"Kami permisi dulu kalau begitu bu, dan mengenai kepulangan Bintang dia boleh pulang besok pagi. Permisi selamat siang" pamit Elina yang diikuti oleh Fera dibelakangnya.

"Oh yah, terimakasih bu dokter. Mari" jawab Trixie ramah.

"Dah bu dokter baik" pekik Bintang yang melambaikan tangan kearah Elina. Elina tersenyum dan mengangguk sebagai balasan dan membuka gagang pintu untuk keluar dan memeriksa para pasiennya yang lain.

¤¤¤

Arvin mengendap-ngendap pergi keruangan Bintang, dimana keponakannya itu dirawat disini. Dia celingukan dan sesekali berpura-pura tengah menyapu lantai saat orang-orang menatapnya.

Eh, bu Dokter (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang