\8\ Siraman rohani

20.1K 1.3K 16
                                    

Selamat  membaca!💊


"Udah mom bilang, kalau nggak ada makanan atau malas masak lebih baik beli makanan jadi, nggak usah makan mie instan. Kamu tahu sendiri kan kalau perut kamu itu alergi sama hal yang berbau mie, kamu mendadak lupa mengenai itu? Kalau kamu malas beli, telepon momy nanti biar mom masakin dan suruh bodyguard untuk mengantarnya kesana. Jangan diulangin lagi yah, kamu ini bikin momy jantungan aja karena denger kamu sakit!"

Cerocosan itu berasal dari mulut Trisil yang sedari tadi tak berhentinya mengoceh. Bahkan telinga Arvin sudah lelah mendengar siraman rohani dari mulut sang momy sejak beberapa menit yang lalu ia tiba dimansion. Ia lebih memilih menenggelamkan kepalanya pada bantal.

Entah sudah keberapa wejangan itu diutarakan, dan dirinya bahkan sudah hapal tabiat sang momy ketika anak-anak nya jatuh sakit. Bawel!

Arvin menyembulkan kepalanya saat momy-nya itu berhenti bersuara, dia menoleh kesekitaran ruangan kamarnya mencari keberadaan momy nya. Namun nihil, dan itu membuatnya bisa bernafas lega karena wejangannya sudah berakhir.

Dia menoleh kesal kearah selang infus yang terpasang ditangan kirinya, dirinya sudah menolak keras untuk dipakaikan infus pada dokter pribadi keluarga Wirawan, tapi dasarnya sang momy yang bersuara akhirnya dia kalah berdebat.

"Makan dulu Arvin, momy suapin yah" suara itu datang kembali dan ternyata momy nya tengah berjalan kearahnya dengan nampan yang dibawanya.

"Tadi kan udah makan mom, masa makan lagi" tolak Arvin sambil menarik selimutnya hingga keatas kepala.

"Tadi kan cuma makan apel, ini bubur. Ayo makan, momy udah buatin khusus buat kamu" paksa Trisil yang membuat wajah Arvin memberenggut.

Arvin menyenderkan tubuhnya kekepala ranjang dan mulai menerima suapan dari sang momy yang sangat ia rindukan. Berbulan-bulan dirinya tidak tinggal dimansion membuat dirinya rindu akan kehangatan disini, karena hari-harinya belakangan ini hanya ditemani dengan sepi.

"Istirahat yah Arv, momy keluar dulu. Oh yah, kamu udah momy cutikan dari rumah sakit untuk beberapa minggu. Jadi, jangan kemana-kemana sebelum kamu pulih total" ujar Trisil tegas

Sebelum Arvin melayangkan protesan, Trisil lebih dulu berlalu keluar yang membuat Arvin mengehela nafas kasar. Bagaimana bisa dirinya menghabiskan berminggu-minggu hanya diatas kasur? Itu sangat membosankan.

"PAMAN!" pintu kamar Arvin terbuka dengan kasar dan muncullah Bintang yang berlari dengan girang kearahnya.

"Ada apa hm?" Tanya Arvin sambil menggendong Bintang untuk naik kekasurnya dengan hati-hati karena tangan satunya tengah diinfus.

"Paman, tahu nggak kemarin Bintang ketemu kakak cantik lho" ujarnya antusias

"Oh yah? Kapan?" Tanya Arvin heran

"Sebelum keruangan paman, bunda nganterin dulu Bintang keruangan dokter cantik sedangkan ayah keruangan paman. Oh yah, Arvin juga udah punya nomornya kakak cantik lho" pamernya sambil tersenyum lebar memamerkan gigi kelincinya.

"Kok bisa punya?" Tanya Arvin

"Ya Bintang minta lah, beruntungnya kakak cantik itu ngasih. Ah baik banget kakak cantik, andai aja Bintang udah gede" keluhnya sambil berbaring disisi kasur milik Arvin.

"Emang kenapa kalau udah gede? Masih kecil juga"

"Ya jadiin kakak cantik istrinya Bintang lah paman. Paman ini kok kuno" celetuknya yang membuat wajah Arvin terkejut.

"Heh, belajar darimana kamu gitu? Masih kecil juga bukannya pokus belajar. Nanti bunda marah sama kamu"

"Nggak belajar paman, Bintang lihat orang pacaran di laptop bunda. Orang-orangnya pada bule paman, imut kayak Bintang" curhatnya yang membuat Arvin menepuk jidatnya.

Eh, bu Dokter (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang