\7\ Sakit

21.4K 1.3K 18
                                    

Selamat  membaca!💊

Arvin mengerjapkan matanya guna mengahalau  cahaya yang masuk ke retinanya. Bau obat-obatan menyeruak masuk kedalam indera penciumannya yang membuat otaknya bertanya-tanya apa yang terjadi.

Ia mencoba menoleh kesekitaran ruangan, dan dia baru menyadarinya bahwa sekarang dirinya tengah berbaring diranjang rumah sakit dengan selang infus ditangan kirinya.

"Syukur kamu udah sadar Arvin!"

Ucapan itu refleks membuat kepalanya menoleh kesebelah kanan dimana suara itu berasal. Dan ternyata, disana terdapat Elina yang tengah membereskan peralatan medisnya yang kemudian menyerahkan tas itu kepada suster yang kebetulan berada disana.

"Eh, bu dokter. Kenapa saya bisa disini?" Tanya Arvin sambil memijit kepalanya yang terasa pening.

"Tadi kamu pingsan ditoilet perempuan. Karena dokter umumnya kebetulan sedang keluar, jadi yah. Saya yang gantiin buat periksa kamu" jelas Elina

Arvin meringis kecil ketika Elina memberitahukannya pingsan ditoilet perempuan. Malu lah dirinya.

"Oh yah, usahakan ketika memakan mie perut sudah terisi yah. Karena mie tidak baik dikonsumsi ketika perut belum terisi apapun. Jika tidak dengan nasi, setidaknya makanlah roti terlebih dahulu"

"Terimakasih bu dokter" ujar Arvin tulus sambil tersenyum kecil.

"Sama-sama, saya permisi dulu yah Arv. Pasien saya masih banyak" pamit Elina yang diangguki oleh Arvin dan tak lama kemudian, Elina sudah berlalu keluar menyisakan kesunyian yang melanda ruang rawat inapnya.

Arvin mengembuskan nafasnya, ruangan ini sangat sunyi dan ia tidak menyukai hal ini. Dia berusaha meraih telpon genggamnya dan mencoba menghubungi keluarganya dimansion.

Namun baru saja hal itu akan dilalukan, ia tiba-tiba mengurungkan niatnya dan menyimpan kembali ponsel itu diatas nakas. Dia tidak ingin merepotkan keluarganya. Sudah pasti ia akan dikenai omelan oleh momy nya karena tidak bisa menjaga diri. Itu pasti akan terjadi.

Dia membenarkan posisi tidurnya, dan mulai menyelam kealam mimpi karena kepalanya masih terasa agak pusing.

¤¤¤

Elina kini tengah duduk ditaman belakang sambil mengawasi kelincinya yang tengah memakan rerumputan segar yang senantiasa terurus oleh tukang kebun rumahnya. Sesekali dia memperingati kelincinya agar tidak merusak kebun bunga milik maminya. Bisa-bisa kelincinya sudah berakhir dipenggorengan.

"Udah El bilang, jangan makan bunga peliharaan mami. Nanti hidup kamu kelar sampe sini" gerutu Elina kesal sambil mengangkat kelincinya dan memindahkan ketempat lain.

"Lihat tuh Cimo, dia anteng-anteng aja makan. Kok Cimi bandel sih" kesal Elina yang sudah seperti orang gila berbicara pada hewan yang bahkan sama sekali tidak menanggapi ucapannya.

"Gila lo kak, masa ngomong sama kelinci iwh" cibir Aris yang baru datang dengan segelas jus ditangannya.

"Hari libur bukannya olahraga, kok malah santai-santai sih Ris?" Ujar Elina yang ikut duduk disebelah Aris dibangku taman yang tersedia disana.

"Malas kak, udah panas juga. Aris bangunnya kesiangan" jawabnya acuh sambil meminum segelas jus yang dibawanya.

Baru saja Elina ingin menanggapi ucapan Aris, niatnya itu ia urungkan karena terdapat sebuah pesan dari Fera yang mengatakan bahwa hari ini akan diadakan rapat entah membahas permasalahan apa.

Eh, bu Dokter (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang