24. Coffee

1.3K 156 22
                                    

"WOE GUE MAU PESEN PIZZA,LO MAU TOPPINGNYA APA!?"

Merasa tidak ada jawaban,Kiano terpaksa turun ke ruang tengah. Kesal karena suara emasnya tidak terdengar. Seketika otaknya berpikir macam macam,masa iya saudaranya sebudeg itu sampai ga denger teriakannya,apa jangan jangan Kiana sama Javier lagi melakukan sesuatu yang ekstrim? Tidak bisa dibiarkan, Kiano berlari ke bawah untuk memastikan,"HEH LO BERDUA NGA–pain?"

Ia bingung,seruannya berubah menjadi bisikan pelan di akhir. Perasaan tadi yang duduk di sofa Javier,tapi sekarang sudah berganti. Masih satu famili orang cakep,tapi spesiesnya beda. Yang satu brengsek terang terangan,yang satu diem diem menghanyutkan.

Pas banget waktu dia turun kedua orang itu langsung kompak menoleh ke arahnya. Seketika tubuhnya hanya berdiri membatu di tangga,
suasananya suram banget kaya di kuburan. Hanya dengan melihat tatapan keduanya Kiano langsung tau jika mereka sedang terlibat pergumulan batin. Kalau kaya gini situasinya,lebih aman kalau engga nawarin. Bisa bahaya kalau moodnya Kiana lagi jelek terus Kiano yang kena getahnya. Gausah cari masalah,rasa jambakan tempo hari saja masih berasa di kepalanya.

"Ngokhey,kalian lanjutin aja. Anggep gue ga ada." Habis itu Kiano balik kanan bubar jalan,gamau berurusan sama dua orang di bawah.

"Gue udah gapunya urusan sama lo,terserah lo mau tetep disini atau enggak." Kiana bangkit,lalu pergi keluar dari arena pertandingan. Kiano yang mendengar perkataan saudaranya jadi berhenti melangkah. Kiana nyudahin pembicaraannya karena gue ganggu? Mampus,
kasihanilah rambut gue yaampun.

Melihat arah Kiana yang menuju taman belakang,mungkin ia ingin sendiri. Kiano udah ngelus dada lega karena Kiana ternyata tidak bermaksud mengeksekusi dirinya. Tapi karena itu,menemuinya sekarang dan meminta pendapat tentang topping pizza bukan ide bagus jika diamati berdasarkan situasi. Dan Kiano sendiri sedikit penasaran tentang topik yang mereka bahas tadi,siapa tau Stefan habis minta maaf sambil sujud sujud. Lumayan buat bahan ejekan baru.

Stefan tengah bersiap pulang,ia sudah pamit kepada pembantu pembantu yang lain. Tapi sebelum tubuhnya keluar dari rumah itu,"Mau kemana lo?"

Dengan cepat Kiano menahan lengannya Stefan tidak membiarkannya pergi,enak saja. Masa dia doang yang engga tau apa apa!? Gabisa gitu dong. Tapi masalahnya,Kiano tidak tau harus bertanya darimana. Rasa ingin taunya kalah besar dengan keinginan tangannya untuk mencengkeram leher Stefan sekarang juga. Main kabur aja tanpa kasih penjelasan,Kiano ini masih terhitung penguni rumah loh.

Namun Stefan membuka mulutnya lebih dulu,membuat niat Kiano barusan tidak jadi. "Gue minta maaf."

"Gue emang bukan tunangan yang sempurna buat saudara lo,gue akuin itu. Gue minta maaf karena engga cerita ke lo kalau Jinyoung sebenernya alasan kenapa gue jauh jauh pindah ke Jakarta."

"Kenapa lo ga cerita dari awal? Kalau lo cerita,gue bisa bantu bujuk Kiana karena dia gatau apa apa." Kiano paham sekarang alasan Stefan tiba tiba menerobos masuk ke rumahnya. Kiano sendiri sudah menebak nebak alasan Jinyoung ke rumahnya kemarin,makanya ia berencana untuk  ngedeketin Jinyoung,siapa tau bakal keceplosan. Tapi sebelum rencananya terealisasi,Stefan datang dan mengacak ngacak rencananya.

"Sorry,gue bukan tipe yang terbuka sama orang lain. Ternyata gue menyesali keputusan gue untuk tutup mulut sampai akhir." Maaf,masalah Karina kayanya mending engga gue ekspos.

"Ya-ya terserah lo,gue sih ga masalah. Tapi lo udah terlanjur bikin Kiana kehilangan rasa percayanya ke lo. Bakal susah untuk balikin dia jadi Kiana yang dulu lagi."

Sudah lama sejak Kiano mengetahui alasan Stefan beserta teman temannya datang ke sini,papanya ini aneh. Udah tau bakal ada orang jahat yang mengincar anak temannya,eh putri kandung satu satunya malah ditunangin sama anak temennya. Pas ditanya jawaban papa Jordan juga nyeleneh,"Kalau hidup engga ada naik turunnya,mau kapan lagi? Di akhirat gaada Dufan."

MY FIANCE | SunghoonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang