32. Terjadi lagi

1.3K 208 24
                                    

Warning : Kiana, Stefan, tubir.





***
Setelah beberapa kali mengedipkan mata, ia baru menyadari jika langit langit ini, bukanlah langit langit kamarnya. Sekujur tubuhnya dilapisi selimut, namun bagian tangannya terasa lebih hangat.

Rasa pusing langsung mendera kepalanya, membuat sang empu meringis pelan. Seluruh badannya terasa kaku, hanya suara lirih yang bisa ia keluarkan. Kiana mencelos, semudah ini dirinya tumbang.

"Eungh."

Lenguhan itu membangunkan Stefan yang tertidur di sampingnya, terlihat penampilan Stefan yang lumayan berantakan. Rambut berantakan dan kaos hitam polos yang lumayan lecek. "Are you okay?"

"H-haus." Pintanya dengan susah payah.

Dengan cepat Stefan mengambil segelas air di atas nakas, kemudian membantu Kiana duduk di sandaran tempat tidur. "Pelan pelan."

Setelah Kiana selesai minum, cewek itu memandang tangannya yang digenggam erat. Dari situ Kiana tau, sejak tadi Stefanlah yang menjaganya. Namun tetap saja, batinnya bertanya tanya kenapa ia bisa ada disini. "Ceritain alasan kenapa gue bisa disini."



































Keadaan lapangan sesaat setelah Kiana pergi menimbulkan keributan yang teramat sangat di lapangan. Karina yang tak menyangka dirinya akan didorong seperti itu mengepalkan tangannya kuat.

Rencananya yang awalnya ingin membuat Kiana terlalu syok hingga pingsan tidak berhasil. Ternyata kakak kelasnya itu lebih pintar dari yang ia kira. Buktinya, ia bisa membalas semua aksinya tadi dengan nada datar. Tidak ada emosi sedikitpun di dalamnya. Justru ialah yang berhasil dikalahkan. Tangannya mengepal erat di tanah memikirkan egonya itu.

Dirinya ingin membalas, namun ia lebih memilih mendalami keadaan yang sudah ada. "Kaki aku.. sakit."

Kevin, murid kelas sepuluh yang membelanya tadi langsung membopongnya ke unit kesehatan. Sedangkan teman temannya ia minta untuk segera menyebarkan gosip seperti yang ia rencanakan.

Semuanya, termasuk Nashwa memilih mendengarkan dan melaksanakan suruhannya seperti rencana. Tidak susah membuat mereka patuh, cukup ancam saja dengan posisi orang tua mereka yang hanya sekedar pegawai perusahaan. Tanpa ragu mereka menundukkan kepala hormat padanya.

Pada akhirnya, teman temannya tetap memihaknya setelah tau dirinyalah yang sebenarnya berbohong. Mereka tidak punya pilihan, karena tidak ingin berakhir seperti anak buangan yang lain.

"Kaki lo sebelah mananya yang sakit? Gue panggilin perawat ya?"

Karina tersenyum kecil, "Gaperlu, lo keluar aja. Gue bisa sendiri."

"Tolong setelah lo keluar, jangan biarin orang masuk. Gue masih syok gara gara tadi didorong."

Tidak mungkin, mana pernah ia syok karena didorong. Ini hanya cara agar Kevin cepat pergi dari sini. Dirinya sudah kelabakan mengetahui rencananya tidak berjalan sempurna. Jangan sampai fokusnya terpecah hanya karena pengganggu ini.

"O-oke, kalau lo perlu apa apa panggil gue aja. Gue bakal nunggu lo diluar."

Setelah Kevin menutup tirai dan keluar dari uks, Karina langsung cepat cepat menelpon Jovan. Persetan nanti Kevin mendengar, ia terlalu emosi sekarang.

"Obat lo itu manjur ga sih!?"

"Ada yang salah?"

"Itu orang masih kuat ngedorong gue sampai jatoh! Jangan jangan obat lo palsu lagi."

MY FIANCE | SunghoonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang