2. SI PALING NYEBELIN

15 5 0
                                    

"Tugas halaman 36, dikerjakan secara kelompok ya! Masing-masing kelompok enam orang, tapi ada satu kelompok yang berjumlah tujuh. Tugas dikumpulkan minggu depan. Jelas anak-anak?"

"Jelas Bu!"

"Sekarang bentuk kelompok dulu, abis itu baru ibu jelasin."

"Iya Bu!"

Semua murid kelas 11 IPS 1 mulai sibuk membentuk kelompok, kecuali Lana. Gadis itu kebingungan mencari kelompok, rasa sungkan masih saja menghantuinya meskipun sudah hampir dua bulan sejak kepindahannya kesekolah ini.

Dia melihat ke sisi kiri, terdapat Kahyang yang tengah menarik kursinya menuju meja kawan-kawannya yang berada dipojok belakang kelas. Lelaki itu tidak meliriknya walau sebentar saja. Dia tidak peduli. Gak bisa diharapin.

Lana mulai khawatir.

"Lana," seseorang menepuk pundak kanan nya. Lana menoleh, "Udah dapet kelompok?" Dia Mahesa, lelaki itu bertanya lembut sekali. Peka banget sih mas!

Lana menggeleng, wajahnya terlihat melas sekali. Kasian. Mahesa terkekeh, "Oke kalau gitu, kita bareng aja."

"Berdua?"

Mahesa menggeleng. Ia menunjuk kawan-kawannya dibelakang sana yang tengah menatap mereka berdua. "Sama mereka."

Lana mengangguk setuju membuat Mahesa menarik sudut bibirnya.

Gadis itu berdiri hendak membawa kursinya menuju teman kelompoknya namun dicegah, "Biar gue aja." lalu Mahesa mengangkat kursi milik Lana menuju kawan-kawannya diikuti gadis itu dari belakang.

Mahesa meletakkan kursi Lana diantara kedua cowok, disebelah kiri terdapat Kahyang yang tengah menatapnya, dan sebelah kanan ada Radar yang sedang berbincang dengan Mahaprana.

Setelah mengucapkan terima kasih ia pun duduk dikursinya.

"Kalau belum dapat kelompok harusnya ngomong. Kan punya mulut." Kahyang berkata sinis padanya.

"Harusnya kamu yang nawarin!" Lana membalas sedikit ketus.

"Kan yang butuh lo, kenapa gue yang repot mesti nawarin?"

"Emang kamunya aja yang gak peka!" ujar Lana membuat satu kelompok memberi atensi kepada mereka berdua.

"Gue peka kok! Tadi aja lo gue kasih liat buku tebal, padahal lo belum ngomong apa-apa." Kahyang tak terima dibilang tidak peka pada gadis didepannya. "Emang lo nya aja yang ribet."

"Kamu."

"Lo!"

"Kamu!"

"Lo!"

"Gak usah deket-deket, hush-hush!" Lana menyentuh dada bidang milik Kahyang dan mendorongnya pelan.

Lelaki itu terdiam sejenak karna sentuhan Lana, "Modus lo!"

"Selain galak, kamu tuh emang kepedean banget ya orangnya!" Lana menarik tangannya dari badan Kahyang dan meniup-niup telapaknya seakan-akan telah menyentuh sesuatu yang kotor. "Amit-amit."

"Amit-amit apa?"

"Amit-amit kalo dapet jodoh kaya kamu, ih serem!" sontak kawan-kawannya terbahak, terutama Radar dan Kuncoro dua anak itu tertawa paling keras sambil memukul-mukul meja, untung saja Bu Fani tengah keluar kelas.

Kahyang terdiam. Baru kali ini ia dikatai tepat didepan wajahnya oleh seorang perempuan.

"Ih serem."

"Ih serem."

"Ih serem."

Ucapan gadis mungil itu masih terngiang-ngiang. Wajah tampan begini dibilang seram? Kahyang shock berat!

G  A  N  Ē  S  Z  ITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang