3. UJIAN HARIAN

13 4 1
                                    

saat ini kelas 11 ips 1 sedang melangsungkan ujian matematika yang di pimpin oleh guru senior paling galak sejagat. Pak Nelson namanya, menggelegar suaranya, tampan rupanya. Tapi ada tapinya.

Tapi pernyataan terakhir itu boong hahay.

pada hari ini memang hanya ujian harian biasa untuk pengambilan nilai. Tapi ya tetap saja para siswa kelas ips 1 ini gusar setengah mati karna ujian ini di adakan secara DADAKAN SEKALI seperti tahu bulat. Apalagi saat mereka melihat dengan seksama soal macam apa yang Pak Nelson sajikan pada pagi hari ini.

"Astaga beda dari yang minggu kemarin di pelajarin..."

"Affaan tuh!"

"ini sih pembunuhan berencana"

"beliau ini bukan sembarang beliau."

detik kemudian mereka semua menatap harap pada Abishakar Kahyang.


Sudah hampir dua puluh menit mereka berada di situasi antara hidup dan mati. peluh keringat memenuhi dahi mereka belum lagi jantung berdegup kencang kala manik mereka tak sengaja bertubruk dengan Pak Nelson.

"Aish!" gerutu Kuncoro yang kesekian kalinya.

"Napa sih Cor?!" sahut Radar agak kesal juga karna fokusnya terganggu.

"Gua jodoh sama dia kali ya Dar?"

"siapa?"tanyanya tanpa mengalihkan pandangan dari kertas ulangan yang terlihat sangat menarik dimatanya itu. Tumben...

"Si Beliau."

"Sinting!"

"Gak gitu maksudnya. Maksudnya kan bisa aja anaknya..." sahut Kuncoro.

"udah nomor berapa?" tanya Radar mengalihkan pembicaraan yang mungkin tiada akhirnya.

"ni mapel kelarnya kapan sih?" Kuncoro bertanya balik.

Radar menghela nafas dia menggeser kertas jawaban miliknya. "Cepat."

kuncoro mengangguk "Oh cepat yaa, berapa menit lagi kira-kira?"

Kali ini radar benar benar memberi atensi penuh pada Kuncoro. dia pikir kuncoro memang sudah hilang kewarasannya karna ujian dadakan seperti tahu bulat ala pak Nelson pagi ini.

"Cepat salin pea." ujarnya menahan diri agar tidak menabok bibir Kuncoro yang entah kenapa menurutnya hari ini terlihat lebih dower dari hari biasanya.

astaga dar...

Kuncoro mengangguk paham.

buru-buru dia menyalin jawaban yang Radar kerjakan dengan cepat.

"Jika angka tiga digit dibalik digit-digitnya, selisih dari dua bilangan tersebut adalah suatu kelipatan lima. Jika x dan y berturut-turut adalah digit pertama dan digit terakhir dari bilangan terbesar serta x tambah y samadengan sembilan."

Kuncoro menarik nafas lalu melanjutkan bacaannya.

"Persamaan matriks yang merepresentasikan masalah di atas adalah?"

"Adalah?" sambar Radar.

"Gak tau,"

"Hitung njir!"

"Apanya?"

"Ya soalnya nyet!"

"Ogah."

"Niat ngerjain gak sih lu?"

"Nggak."

"Pulang sono! Gak usah sekolah, jadi gelandangan sono lu!" cerca radar bagai ibu-ibu.

"Ett dah bawel banget lo pada dah." sahut mahaprana terganggu. Cowok itu duduk tepat di belakang Kuncoro sementara sebelahnya Mahesa tak memberi atensi sama sekali.

G  A  N  Ē  S  Z  ITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang