Delapan: Acara Pernikahan

18 3 0
                                    

"Sudah selesai pemotretannya?" Sambil merapikan baju-baju yang sudah selesai ia setrika, Seya berbicara dengan Seungyoun lewat telepon.

"Iya baru selesai," jawab Seungyoun di sambungan seberang. "Aku tidak sempat kembali ke rumah. Aku menumpang mandi dan bersiap-siap di rumahmu ya?"

"Oke." Sedikit mengangguk Seya menjawab pertanyaan Seungyoun. "Undangannya masih ada di kamu, jangan lupa dibawa."

"Selalu ada di dalam mobil," Terdengar sedikit suara Seungyoun yang sedang merapikan barang-barangnya. "Tunggu ya, aku akan segera berangkat."

Sambungan telepon terputus, Seya meletakkan ponselnya di atas kasur. Ia sudah selesai merapikan baju-bajunya. Lebih baik ia mandi sebelum Seungyoun sampai di rumahnya.

- - - - -

"Wah ...." Sebuah komentar keluar dari mulut Seungyoun ketika melihat Seya keluar dari kamarnya lengkap dengan sebuah dress selutut berwarna cokelat muda berbahan satin dengan sambungan bahan sifon transparan tanpa lengan dari atas dada sampai ke kerah yang bermodel shanghai.

"Bagus kan?" Seya memutar tubuhnya sekali. Seungyoun mengangguk sambil mengacungkan kedua ibu jarinya. "Aku baru pernah pakai ini sekali di acara tahun baru dengan kantor tahun lalu." 

"Bukan orang yang suka dengan pesta formal huh?" tanya Seungyoun.

Seya menjawabnya dengan sedikit tawa lalu mengangguk. "Ayo berangkat." ajak Seya sambil mengambil tas tangannya.

"Haruskah aku pakai dasi?" Seungyoun mengangkat dasi hitam tanpa corak di tangannya meminta pendapat pada Seya.

Seya mengambil dasi itu dan mencoba untuk mencocokkannya dengan pakaian Seungyoun, beberapa detik ia memandang dasi dan pakaian Seungyoun secara bergantian kemudian menggeleng. "Tidak usah, terlalu formal jika pakai dasi."

"Oke, ayo kita berangkat."

- - - - -

"Kamu yakin tidak masalah jika datang?" Sekali lagi, Seungyoun memastikan sekali lagi keputusan Seya sebelum mereka benar-benar masuk ke dalam ruangan acara pernikahan Seungwoo.

"Iya, aku sudah yakin." jawab Seya sambil merapikan dressnya yang sedikit berantakan karena duduk di dalam mobil.

"Tidak akan ada teman-temanmu yang datang ke sini?" Seungyoun masih memberikan pertanyaan kepada Seya.

"Cho Seungyoun, hanya Wooseok dan Hera yang kenal dekat dengan Seungwoo dan aku sendiri tidak terlalu mengenal teman-teman Seungwoo. Jadi kurasa kejadian pada hubungan kami hanya diketahui oleh orang-orang terdekat." Secara detail Seya menjelaskan kepada Seungyoun agar lelaki itu berhenti khawatir.

"Wooseok dan Hera ke sini?"

"Iya, tapi tadi Wooseok bilang ia akan berangkat setelah Hera selesai shiftnya."

"Baiklah." Seungyoun akhirnya menyerah karena keputusan Seya sudah bulat.

"Ayo masuk." ajak Seya sambil menunjuk pintu masuk gedung acara Seungwoo.

Pada penerima tamu, Seungyoun menunjukkan kartu undangan mereka dan setelahnya dipersilahkan masuk. Langkah kaki mereka disambut dengan sebuah karpet panjang berwarna putih yang terhubung sampai ke altar pernikahan di ujungnya. Dekorasi bernuansa putih langsung memanjakan mata setiap tamu yang datang termasuk Seya dan Seungyoun.

"Aku tidak akan memakai warna putih sebagai dekorasi pernikahanku nanti." Seya bergumam namun masih dapat didengar oleh Seungyoun yang ada di sebelahnya.

Seungyoun menghela nafas, ia mengangkat lengannya dan menawarkannya kepada Seya. "Pegang lenganku, aku harus berjaga-jaga siapa tau nanti kamu jatuh pingsan." Dengan kalimat candaan Seungyoun berusaha membujuk Seya agar mau menurutinya.

AtlasWhere stories live. Discover now