Dua: Malam yang Menyulitkan

36 4 0
                                    

"Seungyoun ayo cepat!" Dua pemuda itu berlari masuk ke dalam sebuah klub malam dengan langkah cepat. Ralat. Hanya satu pemuda yang berlari karena pemuda yang lainnya hanya berpasrah diri ditarik oleh temannya.

"Kim Wooseok! Aku sedang bersedih dan kamu malah mengajakku ke sini? Aku belum selesai bercerita!!" Pemuda yang ditarik terus itu mengeluh walau ia masih terus ditarik oleh pemuda yang ia panggil Wooseok tadi.

"Kamu bisa melanjutkan ceritamu setelah aku menemukan Seya." Tanpa peduli dengan temannya yang mengaduh kesakitan, Wooseok berlari semakin dalam ke klub itu.

"Ya! Yoon Seya! Jauh-jauh kalian dari Seya!" Wooseok reflek berteriak ketika mendapati sekitar tiga orang laki-laki bergerombol di dekat Seya. Ia langsung mengusir mereka begitu sudah sampai di tempat Seya duduk.

"Song Hera! Kenapa kamu biarkan mereka dekat-dekat?" Wooseok mengomeli seorang perempuan dengan pakaian serba ketat di samping Seya.

"Mereka pelangganku Kim Wooseok! Tidak mungkin aku mengusir mereka hanya karena temanku yang sedang sedih ini." Wanita yang disebut bernama Hera itu mencibir Wooseok.

Wooseok berdecak dan beralih kepada Seya. "Seya! Seya! Masih sadar kan?!" Wooseok menepuk-nepuk pipi Seya yang sudah terlihat semburat merahnya walau klub itu minim pencahayaan.

"Yaaaaaaaa Kim Wooseok! Kau tahu? Aku baru saja dengar Seungwoo akan punya bayi!! Aku jadi Ibu?! Ah! Bukan bukan! Itu bukan bayiku, berarti aku jadi Bibi??" Seya menangkup wajah Wooseok dan mulai meracau seorang diri.

"Aku seorang Bibi??? Kenapa aku seorang Bibi?? Wooseok! Jawab aku, kenapa aku jadi seorang Bibi padahal itu bayinya Seungwoo???" Racauan Seya berubah menjadi tangisan, setelah puas menangkup wajah Wooseok, ia menjatuhkan kedua tangannya dan menumpukan kepalanya di atas meja.

"Bayi? Bayi apanya?" Wooseok kebingungan. Pasalnya Seya hanya memberikannya pesan pendek bahwa ia ada di klub tempat Hera bekerja dan tidak ada penjelasan apapun lagi, ia juga tidak bisa dihubungi setelahnya sehingga membuat Wooseok sangat khawatir.

"Hera kamu tau apa masalahnya?" Wooseok beralih kepada Hera. Setidaknya gadis itu pasti tahu apa penyebab teman mereka sampai seperti ini.

Hera hanya menghela nafas kemudian mengeluarkan ponselnya dan juga salah satu pelantang telinga nirkabel miliknya, membuka sesuatu pada ponselnya lalu memberikan pelantang telinga tersebut agar Wooseok dapat medengar dengan jelas di antara keramaian ini. "Itu rekaman percakapanku dengan Kak Seungwoo. Seya meracau karena hal ini."

Wooseok mencoba mendengarkan rekaman itu dengan seksama, tangan kanannya terkepal ketika mendengar suara yang ada. "Brengsek Han Seungwoo." Usai mendengarkan rekaman percakapan telepon Hera dan Seungwoo, Wooseok langsung mengeluarkan sumpah serapahnya.

Padahal sebelum bertemu dengan Seungwoo, Seya berkata dengan sangat gembira pada Wooseok bahwa ia akan memberikan kejutan kepada Seungwoo sebagai tanda syukur kenaikan pangkat Seya dan tanda syukur bahwa hubungan mereka bisa bertahan selama ini. Nyatanya, Seya sendirilah yang diberikan kejutan oleh Seungwoo.

"Baby Daniel katanya! Hahahahaha aneh, namanya sok kebarat-baratan!" Seya meracau lagi, kini bukan dengan Wooseok maupun Hera tapi dengan lelaki yang sedaritadi duduk berhadapan dengan Seya.

"Kebarat-baratan? Oh! Sejin juga menyebutkan bahwa gadis itu bernama Alexa. Hahahaha benar, sok kebarat-baratan!" Ia ikut meracau.

"Ya kan?! Hidup saja di barat sana kalau ingin nama kebarat-baratan seperti itu!" Seya menyahut lagi.

Wooseok hanya bisa menggelengkan kepalanya. Ia menengahi kedua temannya yang masih saling berhadapan itu.

"Cho Seungyoun, Yoon Seya. Ayo kita ke apartemenku, di sini terlalu bising," Wooseok mencoba membawa kedua temannya itu keluar dari sini. "Dan kau Song Hera. Ke apartemenku setelah pekerjaanmu selesai. Jangan terlambat karena aku tidak akan bisa mengurus dua orang yan sedang patah hati ini sendirian."

AtlasWhere stories live. Discover now