Sakti 26

320 37 4
                                    

Selamat membaca 🖤

Jangan lupa vote dan komen sebanyak-banyaknya biar ramee 🖤

°°°

"Hai," sapa Sakti, duduk di bangku sebelah Aletta.

Cewek itu menoleh sinis. Mengabaikan kehadiran Sakti dengan terus menulis di buku catatannya. Sakti yang merasa diabaikan hanya memasang senyum tipis.

"Masih banyak, Al?" tanyanya. Aletta diam.

"Mau gue bantuin nggak? Tulisan gue rapi juga," ucapnya, namun Aletta masih saja diam.

Sakti menghela napasnya. Cowok itu bersandar pada bangku. Memerhatikan Aletta yang terus menyalin catatan dari papan tulis ke dalam lembar bukunya. Apa dia tidak lapar? Bel istirahat sudah berbunyi sejak lima menit yang lalu.

Sakti asyik memandangi setiap pergerakan Aletta dari samping. Saat jemari lentik itu menyelipkan helai rambutnya ke belakang telinga. Atau di saat mata dengan netra kecoklatan itu bergantian melihat antara papan tulis dan buku tulisnya.

Nikmat tuhan mana lagi yang kau dustakan?

Sakti tidak pernah merasa kalau jatuh cinta akan semenyenangkan ini. Dia tidak tahu, kalau hanya dengan melihatnya saja sudah membuat hati berdebar tak karuan. Perasaan menghangat, meskipun dibalik semua itu ... Kita harus siap merasakan patah hati.

Seperti namanya, jatuh cinta. Kalau sudah cinta, ya jangan pikir akan senang saja. Sudah jelas kita akan merasakan yang namanya jatuh. Jatuh saat melihat dia dengan yang lain, atau ditinggalkan ketika lagi sayang-sayangnya. Miris sekali.

"Betah banget lu duduk di situ," tegur salah satu anak IPA 1 yang bernama Daniel.

"Iyalah." Sakti menjawab dengan tertawa. Namun atensinya beralih ketika Aletta menyimpan semua alat tulisnya ke dalam tas.

"Lo masih mau di sini?" Ditanya seperti itu saja Sakti rasanya ingin jingkrak-jingkrak. Heh, ke mana sikapnya yang dulu acuh tak acuh kepada perempuan?

"Iya. Kenapa, lo nggak suka?" Sakti bertanya, karena takut Aletta bertambah kesal padanya. Cowok itu melihat Aletta menghembuskan napasnya dengan berat.

"Terserah." Hanya itu, namun mampu menerbangkan Sakti sampai langit ke tujuh. Dia merasa Aletta menerimanya di sini meskipun terlihat ogah-ogahan.

Baru saja hendak mengajak Aletta ke kantin, mulutnya langsung terkatup rapat ketika Aletta membuka kotak bekalnya. Sakti bisa melihat ada nasi goreng bersama susu kotak rasa strawberry di sana.

"Lo nggak ke kantin?" tanya Aletta.

Se-tidaksukanya dia terhadap Sakti, namun dia masih memikirkan cowok itu. Jangan hanya karena ingin dekat dengannya cowok itu mengabaikan rasa laparnya. Kalau Aletta sih tidak masalah, toh yang punya perut si Sakti. Tetapi, dia juga manusia yang punya hati.

"Nanti aja," jawab Sakti.

"Yakin? Gue lagi nggak mau berbagi." Sakti melihat Aletta yang mengerucutkan bibirnya ketika berucap barusan.

'Gue lagi nggak mau berbagi.' Apa nasi goreng adalah makanan kesukaan Aletta?

"Nggak apa-apa, makan aja. Gue nggak akan minta," tukas Sakti dengan yakin. Lagian, sebelum ke sini dia sudah merecoki bekal Elang yang membawa roti selai cokelat kesukaannya.

Aletta mengangguk singkat. Dia membaca doa dan mulai memasukkan satu suap nasi goreng ke dalam mulutnya. Pipinya terlihat gembul karena tengah mengunyah. Sakti yang melihatnya menjadi gemas sendiri.

"Kapan sih gue jadian sama Aletta?" Batinnya bertanya dengan gemas.

Aletta sibuk mengunyah, lalu memasukkan kembali suap demi suapan. Kadang dia melihat ponselnya yang terdapat balasan pesan dari Lana.

SAKTITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang