Sakti 09

329 46 13
                                    

"Pak, berhenti di depan ya?"

"Oh, iya mbak."

Motor matic dengan pengendara yang memakai jaket berwarna hijau itu menepikan motornya di pinggir jalan. Aletta segera turun sembari melepas helm yang melekat di kepalanya. Dia mengeluarkan selembar uang yang langsung diberi kembalian dan ucapan terima kasih dari abang gojek.

Aletta membalikkan badan, kedua bola mata coklatnya berpendar hangat kala papan nama dengan tulisan Salma Bakery itu menyambut penglihatannya. Belum lagi aroma kue yang menguar dari dalam membuat dirinya atau pejalan kaki lainnya merasa tergugah, ingin mencoba.

Cewek itu berjalan mendekat dan ketika membuka pintu, dia langsung disambut oleh salah satu pegawai perempuan di sana yang bernama Rini.

"Eh, Aletta datang ke mari?" sapa Rini. Sering datang ke sini, membuat semua pegawai hapal betul dengan dirinya.

Denga senyum lebar, Aletta menganggukkan kepala. "Tante Salma ada, kan?" tanyanya.

"Ada kok, di belakang. Langsung ke sana aja kayak biasa," titah Rini pada Aletta.

Usai mengucapkan kata oke, Aletta bergegas menuju dapur di mana seorang perempuan seumuran ibunya sedang fokus menyelesaikan  hiasan pada kue black forest.

"Tante...." sapa Aletta dengan riang. Tak lupa memberi pelukan hangat dari belakang, menyebabkan perempuan bernama Salma itu tersentak kemudian tertawa pelan.

"Aletta suka benget ngagetin tante," tegur Salma.

Cewek itu terkekeh pelan sembari melepaskan pelukannya, beralih berdiri di sebelah Salma yang menatapnya dengan senyum seperti biasa. Hangat. Seperti tatapan bundanya.

"Aletta kangen, udah lama nggak ke sini," cibir Aletta.

"Ih, kayak udah berbulan-bulan nggak ke sini aja kamu," ujar Salma tertawa.

"Aletta mau bantu, boleh kan?" tanya Aletta setelah diam selama dua menit, melihat Salma yang fokus menyelesaikan pekerjaannya.

"Boleh dong," balas Salma.

Dengan senyum lebar Aletta berjalan menuju ruangan Salma untuk menaruh tas ranselnya. Setelah itu dia kembali mendekat untuk membantu Salma.

"Gimana sekolah Ta, lancar?" Salma bertanya.

Aletta mengangguk, tapi setelahnya cewek itu memasang wajah kesal. "Baik sih, cuma ada yang ganggu selama beberapa hari ini." ucapnya, jujur.

Kening Salma mengerut. "Siapa yang ganggu, cewek atau cowok? Dia ngapain kamu? Bully?" tanya Salma beruntun.

"Bukan bully, Tan, cuma yang Aletta tau dia mau deketin aku. Tapi aku 'kan nggak mau," keluhnya.

"Loh, kenapa? Anaknya nakal sampe kamu nggak mau?" Aletta menggelengkan kepala.

"Terus kenapa? Coba cerita," ajak Salma, Aletta pun menurut. Keduanya langsung berhenti menghias kue dan terpaksa dilanjutkan oleh salah satu pegawai Salma.

"Tolong lanjutin ya, Mir, saya mau ngobrol sama Aletta."

"Iya, Bu."

Sesampainya di ruangan pribadi Salma, Aletta langsung duduk di sofa dengan Salma yang duduk di sebelahnya.

"Coba cerita, kayaknya ganggu pikiran kamu deh," kata Salma.

Aletta menghela napasnya. Siap untuk menceritakan apa yang dia rasakan kepada wanita di sampingnya itu.

"Jadi, ada cowok di SMA Merpati, dia itu ketua angkatan 14 tapi bukan anak osis. Waktu itu, Letta sama Lana lagi nonton ..." Dan mengalirlah cerita itu. Dari pengakuan Sakti yang akan membuatnya jatuh cinta, pun dengan Dito yang mendekatinya lagi. Tapi Aletta sengaja tidak menyebutkan nama, entah apa alasannya.

SAKTIOpowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz