Sakti 18

279 34 0
                                    

Jangan lupa vote, coment, and share 🖤

***

Malam ini Dito mengendarai motornya menuju kawasan kompleks yang baru sekali dia datangi, namun tetap teringat sampai sekarang. Bersama ninja merah yang selalu menemaninya, cowok itu berhenti di depan sebuah pagar yang tertutup.

"Cari siapa, Mas?" tanya Pak Juju, selaku security dadakan di rumah itu karena sang majikan sedang dinas keluar kota.

"Aletta ada?" tanya Dito dengan ramah, berbanding terbalik dengan sikapnya saat di sekolah.

"Ada. Temennya, ya?" Dito mengangguk. Ketika pintu pagar itu terbuka bersama ucapan Pak Juju yang menyilakan dia masuk, Dito mendorong motornya.

Membenahi letak rambutnya yang sedikit acak-acakan karena memakai helm, cowok itu melangkah menuju pintu rumah lalu menekan bel sekali. Bisa dia dengar, suara langkah kaki menuju ke pintu.

"Assalamualaikum, tante," ucap Dito pada wanita yang dia ketahui adalah ibundanya Aletta.

"Waalaikumsalam. Dito tumben kesini?" tanya Anjani tak menutupi wajah herannya.

"Hehe, mau ketemu Aletta," jawab Dito. Tak ada takut apalagi gugup, cowok itu terlihat santai-santai saja.

"Oh ... Mau ngobrol masalah sekolah?" Karena dia sendiri masih bingung dengan tujuannya datang kemari, alhasil cowok dengan jaket denim itu mengangguk saja.

Dia menunggu Anjani yang tengah memanggil putrinya di kursi teras. Sebenarnya, Anjani sudah menawarkan di dalam. Tetapi cowok itu menolak, mengatakan lebih enak duduk di luar karena udara sedang sejuk malam ini.

Mengetuk pintu kamar itu, Anjani memanggil putrinya. "Ta, bunda masuk, ya?"

Saat ada sahutan dari dalam, Anjani membuka pintu kamarnya. Putrinya itu sedang rebahan di ranjang sembari menggumamkan sebuah lagu barat jaman now. Entahlah, setahu Anjani, lagunya sering muncul di tiktok.

"Ada Dito di bawah," ujar Anjani, duduk di tepi kasur.

Karena volume yang lumayan besar, Aletta jadi tak mendengar jelas apa yang ibunya katakan. Terbukti karena keningnya mengernyit saat ini. Menghela napasnya, Anjani menunjuk earphone yang sedang Aletta pakai. Cewek itu melepaskannya, lalu berubah posisi menjadi duduk.

"Apa bun?" tanyanya.

"Ada Dito di bawah, katanya mau ketemu kamu." Awalnya, Aletta sedikit tak nyambung. Namun berapa detik setelahnya, dia melebarkan mata.

"Dito!?" Anjani mengangguk. Sedikit heran melihat ekspresi putrinya yang tengah ... entahlah, dia sendiri tidak tahu.

"Bun, kenapa nggak di suruh pulang aja? Atau enggak bilang Letta udah tidur," seru Aletta setengah frustrasi.

"Kenapa, sih? Kalau kamu ada masalah sama dia, ya, selesain dong. Dia datang kesini baik-baik loh, Ta." Anjani menggelengkan kepalanya, lalu beranjak keluar dari kamar Aletta.

"Duh, salah kan. Lagian, kenapa juga Dito kesini." Berdecak kesal, Aletta keluar dari kamarnya.

Dari tangga yang dia tapak, tidak ada siluet Dito duduk di ruang tamu. Tetapi, pintu rumahnya yang terbuka menjadi jawaban. Di mana cowok itu sedang duduk di kursi teras sembari bermain ponsel.

"Ngapain kesini?" tanya Aletta tanpa basa-basi. Bahkan dia tidak duduk di kursi yang ada.

"Nggak banget sambutannya, Ta," kekeh Dito, menyimpan ponselnya di saku celana. Dia menepuk kursi di sebelahnya. "Duduk sini," pintanya.

Aletta memicingkan mata, heran akan sikap Dito. "Jawab aja," desaknya. Dito jadi tertawa.

"Serem banget, sih, calon pacar."

SAKTIWhere stories live. Discover now