Sakti 21

277 29 0
                                    

Jangan lupa vote, coment, and share 🖤

°°°

"Tama?"

"Iya, Ma?" jawab Sakti, melihat ibunya berdiri di pintu kamarnya.

"Turun, yuk. Mama sudah siapin makan malam," ajak Adhisty, kemudian pergi lebih dulu. Dia harus memanggil suaminya yang masih bergelut dengan berkas-berkas di ruangan kerja.

"Ck. Cika pasti," ucap cowok itu disaat sesuatu yang dia cari tidak ada. Sakti keluar dari kamarnya.

"Cika!" teriaknya, hingga suaranya membahana ke seluruh lorong lantai dua.

"Apaaa!" balas Cika tak kalah berteriak. Ish, anak kecil itu pasti sedang asyik menonton drakor di kamarnya.

Sakti melangkahkan kakinya menuju kamar Cika yang terletak di dekat ruang kerja ayahnya. Tetapi, saat dia ingin melangkah, dia mendengar sesuatu yang membuatnya terpaksa menghentikan langkah.

"Sebentar lagi, Ma."

"Pa, ini sudah bertahun-tahun. Papa yakin, mau memberitahu Sakti?" tanya Adhisty dengan lirihan pelan.

"Dia berhak tahu, Ma."

Sakti tidak tahu kedua orang tuanya sedang membahas apa. Dan, kenapa juga mereka menyebut namanya? Apa yang tidak dia ketahui dari kedua orang tuanya. Lagi, untuk pertama kalinya Sakti mendengar mamanya menyebut namanya Sakti, bukan Tama.

Dulu, Sakti heran kenapa dirinya dipanggil dengan Tama yang diambil dari nama Adhitama. Kata mereka, itu adalah panggilan kesayangan. Sakri percaya saja, tetapi tak menutup kemungkinan dia merasa aneh.

Baru saja ingin mendengar lebih banyak, dia dikagetkan oleh suara kunci yang diputar pada pintu kamar adiknya. Sontak saja cowok mengubah raut wajahnya, berpura-pura tidak terjadi apa-apa sebelumnya.

"Kenapa manggil?" tanya adiknya saat pintu itu terbuka, menampilkan wajah judes Cika.

Ck. Anak kecil ini, padahal dia yang salah.

"Mana earphone?" Sakti menagih. Dia tadi ingin bermain game, namun saat mencari benda kesayangannya itu malah tidak ada. Siapa lagi pelakunya kalau bukan Cika? Dia, kan, tidak punya. Ups!

"Pinjem dulu, pelit amat," cibir Cika, membuat Sakti mendelik. Sudah minjam, tapi tidak tahu diri!

"Gak usah minjem lagi kalau gitu. Mana, balikin sini!" pinta Sakti tak sabaran.

"Yah ... Cika belum selesai nonton!" Anak itu mencebik.

"Salah sendiri. Makanya, beli!" sinis Sakti.

"Eeh, kalian ini berantem terus," tegur Artama yang baru saja keluar dari ruangannya, diikuti Adhisty yang terlihat baik-baik saja. Tetapi, di dalam lubuk hatinya, Sakti masih menyimpan banyak tanya.

"Kak Tama pelit," adu Cika. Sakti hanya memutar bola matanya dengan malas.

"Kamu yang gak tau malu. Pinjem nggak ngomong, giliran ditanya malah ngatain," ujar Sakti. "Anak kecil, biasanya ngadu," ejeknya.

"Pa!" Cika merengek pada Artama yang menggeleng-gelengkan kepala.

"Kamu buat apa pinjem sama kakakmu, hm?"

"Cika mau---"

"Nonton drakor lah, Pa," sahut Sakti memotong.

"Sayang ... kan udah mau ujian, kenapa masih nonton-nonton gitu?" ujar Adhisty.

"Terakhir deh sebelum ujian, janji!" ucap Cika dengan yakin.

"Halah, paling php," cibir Sakti.

"Kak Tama!" teriak Cika dengan kesal.

SAKTIWhere stories live. Discover now