33

172 20 3
                                    


Jeri dari sehabis ngambil rapot gak berhenti senyum.

Iya rapot Jeri nilai nya bagus, jadi rencana kita buat ke Norwegia jadi.

Jeri masuk sepuluh besar. Emang kayaknya dia bener bener mau ke Norwegia.

Lihat aja sekarang dia lagi mandangin gue sambil senyum gak jelas. Gue bukannya ikutan seneng malahan takut. Kaya orang kesambet gini lagian.

Sekarang gue sama Jeri lagi ada di salah satu cafe. Jeri masih menopang dagunya dengan tangan.

Gue mendengus.

"Heh!"

"Hm?" Tuh kan senyum nya gak luntur sama sekali.

"Lo mau sampe kapan senyum senyum kaya gini?"

"Sampe pegel." Jeri memperlihatkan senyum lima jari nya.

"Udah dong. Dimakan tuh makanannya, dari tadi lo anggurin mulu senyum senyum."

Jeri menunduk. Memakan makananya dengan masih terus tersenyum.

"Lo jangan lupa siap siap ya Nay. Lusa kita berangkat loh." Gue mengangguk.

"Ah ini manis banget."

"Apaan sih Jer? Jer lo itu makan nasi goreng! Mana bisa rasanya manis."

"Bisa, beneran deh ini rasanya manis."

"Lo kesenengan mau ke Norwegia kayaknya sampe sampe nasi goreng aja lo bilang manis."

Jeri menggeleng.

"No no no."

"Ini bisa manis itu karena, gue makannya bareng sama lo." Jeri tersenyum lebar lagi.

Gue malah memalingkan wajah. Merasa panas menerpa wajah gue.

"Heh ini gua disini. Lo ngapain malah ngeliatin yang lain?"

"Paansih?!"

"Sewot aja lo Nay. Gak suka gue masuk sepuluh besar?"

Gue melotot. Ini tuh gue lagi malu bisa bisa nya malah dituduh.

Tapi... Kenapa gue malu ya?

Gue langsung berdiri.

"Udah selesai kan makannya? Ayo balik."

Jeri akhirnya mengikuti gue. Beranjak pergi dari cafe. Gue diam di belakang Jeri yang mengendarai motor.

"Heh ke lapangan dulu ya. Gue mau main bola."

Gue cuma mengangguk aja. Jeri malah diam diam ngambil tangan gue untuk melingkar di perutnya.

"Biarin gini aja. Kan gak lucu kalo lo tiba tiba jatuh dari motor gara gara gak pegangan."

"Hm."

Jeri terkekeh.

"Jangan salting Nay."

Dih. PD ni orang.

Gue menghela napas. Lampu merah di depan lama banget. Jeri malah sibuk menoleh kanan kiri.

Tiba tiba tangan kanan Jeri terangkat. Matanya menyipit.

"HALO PAK BAMBANG!"

Lah ni anak nyapa siapa?

Teriakan Jeri ngebuat hampir semua orang yang terjebak macet menoleh.

"Lo manggil siapa?"

"Gak tau." Jeri terkekeh bodoh dan langsung menggas motornya begitu lampu berganti hijau.

 Kanaya Story✓Where stories live. Discover now