BAB 37

28 9 0
                                    

Pedoman pelafalan :
Heule : He-ul

❄❄❄

"Bagaimana mungkin peri terkuat bisa mati begitu saja?!" Ucapku sedikit menaikkan nada bicaraku karena tak percaya dengan ucapan Seohyun.

"Intinya, peri yang memakan Silver Rose itu sudah mati 400 tahun lalu."

"Apa yang kau tutupi?" Selidikku. "Tidak mungkin peri terkuat mati. Peri adalah makhluk abadi dan peri terkuat pasti bisa menjaga dirinya dengan sangat baik. Tidak mungkin dia sudah mati."

Seohyun meletakkan kertas-kertas ringkasanku sambil menghela napas kasar. "Peri yang memakan Silver Rose itu memang sudah mati."

"Kenapa kau menyembunyikannya dariku?" Tanyaku yang masih tidak percaya kalau peri itu sudah mati.

"Aku tidak menyembunyikan apapun darimu." Seohyun berdiri dan meraih nampan bekas sarapanku. "Aku akan mengembalikan ini. Panggil aku kalau kau butuh sesuatu."

Dia hendak berbalik. Namun, aku mencegahnya dengan bertanya, "benarkah kau tidak menyembunyikan apapun dariku?"

Dia menoleh kearahku. "Tentu saja. Kau selalu bertanya, dan aku selalu menjawab pertanyaanmu bukan?"

Ya, itu benar. Tapi semua jawaban yang ia berikan padaku terasa masih menyimpan banyak teka-teki. "Kalau aku bertanya lagi padamu, apa kau akan menjawabnya tanpa menutupi apapun?"

"Memangnya apa yang ingin kau ketahui?"

"Semua yang membuatku bingung." Aku melangkah mendekatinya. "Aku ingin tahu semuanya."

Dia menghadapku sepenuhnya. "Kita dari dunia yang berbeda. Kau dari dunia manusia dan aku dari dunia peri. Dunia kita memiliki rahasia masing-masing. Aku memang selalu menjawab pertanyaanmu dengan kebenaran. Namun kebenaran itu hanyalah kebenaran yang pantas kau tahu sebagai manusia. Selebihnya, aku tidak bisa mengatakan kebenaran lain yang bersifat rahasia bagi kami para peri. Apa kau mengerti?"

"Kalau begitu, kau hanya menjawabku setengah-setengah." Aku diam sejenak, menahan kekesalanku terhadap pola pikir para peri ini. "Aku harus tahu apa alasan kalian membawaku kesini. Aku harus tahu apa yang harus kulakukan selama disini. Aku harus tahu semuanya. Walau aku manusia, tapi kalian sudah membawaku ke dunia kalian. Sudah seharusnya kalian memberitahuku semuanya." Aku menarik napas panjang. "Aku juga tidak mungkin memberitahu manusia lain tentang rahasia kalian. Lihatlah aku sekarang. Aku berada disini dan diluar sedang ada wabah es mematikan. Tidak mungkin aku bisa kembali pulang sendiri bukan?"

"Eunbi," kutatap Seohyun dalam diam. "Jangan berusaha membujukku." Tubuhku terasa gemetar mendengar ucapannya. "Percuma saja kau membujukku. Aku dan peri lainnya tidak akan memberitahumu semua kebenarannya. Kami hanya akan memberi kebenaran yang cukup kau ketahui." Dia berbalik lagi. "Kami memberimu fasilitas ruang baca. Manfaatkan itu sebaik mungkin kalau kau ingin tahu semua tentang peri."

"Kenapa kau memperbolehkanku menggunakan ruang baca semauku untuk mengetahui semua yang ingin kuketahui, padahal kau berusaha merahasiakannya?" Seohyun berhenti. "Bukankah lebih mudah kalau kau mengatakannya?"

"Itu karena.." Seohyun menjeda kalimatnya, "aku tidak bisa-"

"Seohyun," aku mengalihkan pandanganku kearah pintu yang tertutup. "Kau didalam?"

"Ya," jawab Seohyun. Dia sedikit menoleh kebelakang, kearahku. "Minhyun mencariku. Aku harus pergi." Lalu dia berjalan menuju pintu kamar dan membukanya. Aku bisa melihat Minhyun yang berdiri didepan pintu sambil melihat kearah kamarku, kearahku. Seohyun melirikku sebentar sebelum keluar dan menutup pintunya kembali.

AZECTHIAN : The Wolf, The Fairy, and The IceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang