BAB 20

51 8 0
                                    

Piring Seongwoo melayang sendiri dan menghantam wajahnya cukup keras. Aku sedikit terlonjak melihat hal itu. Sihir lainnya.

"Jaga ucapanmu. Kalau Minhyun disini, dia pasti sudah mencabik-cabikmu." Peringatan tegas dari Seohyun.

Seongwoo meringis sambil menggosok-gosok hidungnya. "Apa yang kau lakukan?! Aku hanya bercanda tadi."

Seohyun memutar bola matanya kearahku. "Jangan terlalu ditanggapi serius apapun kata-kata yang keluar dari mulutnya itu." Katanya padaku. "Dia memang sangat kurang ajar." Lanjutnya sambil melirik tajam Seongwoo.

Aku menelan ludah. Tempat ini memang bukan tempatku. Aku harus segera kabur dari sini.

"Kau bertanya apa yang harus kau lakukan sekarang?" Aku tak menjawab. Tak menggangguk atau menggeleng. Hanya kutatap wajah cantik Seohyun. "Lakukan apapun yang kau sukai. Asalkan jangan buat masalah."

Aku mengerutkan keningku. Mataku menyipit. "Kalian tidak mengurungku dan menetapkan larangan-larangan? Tidak menyuruhku untuk menjadi pelayan kalian?"

"Pelayan kami lebih cekatan dan lebih bagus kualitasnya dari pada kau, manusia." Sahut Seongwoo sambil membersihkan remah-remah makanan yang menempel diwajah dan pakaiannya. "Mengurungmu pun juga tidak ada gunanya."

Aku menarik napas. "Aku tidak melihat ada pelayan disini."

"Belum." Jawab Seohyun sambil meminum anggurnya dengan anggun.

Belum. Kenapa dia menjawab belum? Apakah mereka sedang menyembunyikan pelayan mereka dari manusia rendahan sepertiku? Atau ada alasan lain? Entahlah. Entahlah, aku tidak tahu. Terserah mereka mau melakukan apa. Aku sudah pasrah.

Kuletakkan kedua telapak tanganku diatas meja dan berdiri. "Kalau begitu, aku ingin jalan-jalan."

"Bagus," kualihkan pandanganku pada Seongwoo. "Tapi jangan keluar rumah."

Aku menautkan alisku. "Kalian bilang aku boleh melakukan apapun selain membuat masalah. Kurasa hanya jalan-jalan tidak akan membuat masalah." Sekarang tidak ada rasa takut lagi menyerang diriku. Aku sudah pasrah. Jika para peri ini mencabik-cabikku, membunuhku, atau memakanku hidup-hidup, aku tidak apa-apa. Akan aku terima apapun nasibku disini.

"Memang tidak akan menimbulkan masalah, kecuali kalau kau keluar tanpa ada yang mendampingi." Jawab Seohyun. Dia berdiri dari kursinya. "Kutemani kau jalan-jalan." Dia berjalan memutari meja dan mengarah kepadaku. Aku sedikit kaget saat tangan halusnya memegang tangan kecilku yang kasar, lalu dia menarikku keluar dari ruangan itu.

"Aku bisa jalan-jalan sendiri." Ucapku saat kami sudah berada diluar.

Seohyun melepas tangannya dari tanganku dan berbalik kearahku. "Kurasa sekarang kau sudah tidak takut lagi."

"Ya," aku berjalan mendahuluinya. "Aku tidak takut lagi."

"Tidak takut kalau kami membunuhmu disini?"

Aku menuruni tangga batu. "Sudah bertahun-tahun aku bertaruh nyawa mencari hewan buas di hutan dan aku tidak pernah takut sedikit pun." Kakiku menginjak lantai batu alam yang dipoles halus. Kuamati ruangan tempatku menginjakkan kaki.

"Jadi, kau menganggap kami seperti hewan buas?"

Aku melangkah maju sambil mengamati setiap inci ruangan. "Bukankah memang kalian tidak ada bedanya dengan hewan buas?" Tanganku menyentuh sebuah lukisan air terjun dengan bunga-bunga disekitarnya juga kupu-kupu berbagai warna. Indah.

"Kalau memang itu legenda yang selalu kalian percayai. Tapi, kuberi tahu kau, kami memang bisa menjadi buas. Tapi, kami juga tidak sebrutal binatang buas tak berotak. Kami akan berpikir dulu sebelum menyerang sesuatu."

AZECTHIAN : The Wolf, The Fairy, and The IceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang