enam belas angka yang angkuh
sibuk bergulat lupa membasuh
sikut sana sikut sini: rusuh
dasar, aku dengan ego tumbuh penuhbagaimanalah enam belas
akan selaras
jangankan taman dengan bunga berorama khas
sedang kita terlalu mabuk dengan
yang datang, disambut penuh riang
yang pergi, dibuat pintu tanpa kunci
“silahkan, pintunya ada di sana”
tapi lupa untuk mencari apa-apa yang hilang dalam dirisebelum enam belas, aku
ada di perpustakaan, terminal, pasar pagi
memenuhi ruang, dengan kau
dan percakapan tentang masa depansabtu ini, kamar mandi menanti
jarang kukunjungi
merindu jadi kaki-kaki tanpa sepatu
lepas tanpa pernah dikupas
aku membasuh kaki, sabtu ini
dengan kau, dan percakapan tentang kehidupan setelah kematian.—para
YOU ARE READING
Di Bawah Kolong
Poetry[kumpulan puisi] ❛❛ sedari dulu aku selalu menjadi penonton. melihat semuanya dari luar pagar. entah siapapun pemilik rumahnya aku selalu terjebak dalam ketakutanku sendiri. atau mungkin, sudah seharus...