di dekat vas bunga
ada koran pagi yang belum dibaca
oleh tuannya yang sibuk menata
kata di buku tua milik kekasihnya yang mati tiga hari lalu.
tuannya lupa, tak ada masa
yang bisa membuatnya jeda
barang sebentar untuk menghela
nafas meski tak lega, tak juga ada.
yang ditata, tak kunjung selesai
entah kapan atau barangkali tak akan sampai
pada tahap di mana tutup buku dan usai
tersenyum lalu bersorak sorai (bukankah perpisahan juga layak dirayakan?)
tuannya masih lupa (atau pura-pura lupa?)
koran pagi terhitung tiga kali bertamu
sama seperti angka kematian kekasihnya
yang jasadnya tertumpuk dengan
baju-baju lama milik masa lalu
tuannya
: yang tak pernah selesai
ditata dan barangkali sudah habis pakai
terbengkalai.
menunduk, hening cipta mulai.
—para, ditulis ditemani dengan irama dangdut dari radio bapak.
YOU ARE READING
Di Bawah Kolong
Poetry[kumpulan puisi] ❛❛ sedari dulu aku selalu menjadi penonton. melihat semuanya dari luar pagar. entah siapapun pemilik rumahnya aku selalu terjebak dalam ketakutanku sendiri. atau mungkin, sudah seharus...
