NOTE 10

24K 3.5K 489
                                    

Semangat puasanya semua!
Putar lagunya biar makin uwu
Selamat membaca!
Enjoy!
🥰🛵🤍

NOTE 10

Sore ini setelah berlatih Pacu Kuda, Atlana berjalan cepat menuju ruang UKS. Gadis itu tidak tahu mengapa perasaannya menjadi gelisah dan sangat khawatir setelah mendengar kabar bahwa Artik berada di tempat itu.

Atlana tidak menguping karena saat berlatih tadi bersama dengan Lira, ia bertemu dengan Kawa yang sedang buru-buru dan mengatakan bahwa Artik sesak napas.

Knop pintu terbuka perlahan oleh Atlana dan menampilkan Artik bersama ke empat sahabatnya Kawa, Ganta, Baim, dan El serta tiga orang lagi yang tidak Atlana ketahui siapa namanya.

Delapan cowok tersebut kompak menoleh pada Atlana dengan tatapan terkejut dan bingung dengan keberadaan gadis itu yang tiba-tiba. Atlana gugup mendapati tatapan seperti itu membuat botol mineral yang ada digenggamannya sedikit diremasnya.

"Maaf, aku ganggu, ya?" kata Atlana tidak enak.

"Nggak, dong, nyonya." Baim menyahut. "Masuk aja sini. Pasti mau jengukin Mas Artik, kan?" tebak Baim dengan menaik-turunkan kedua alisnya.

"Yaudah, kalau gitu gue cabut duluan, Bang," ujar salah satu cowok yang merupakan adik kelas dengan dua kacing atasnya terbuka sehingga melihatkan sedikit kaos hitam di dalamnya.

Artik mengangguk. "Jangan ada yang ke Warung Biru dulu," pesan Artik yang diangguki ketiga adik kelasnya.

"Gue kabari di grub besar nanti lanjutan bahasan kita," kata Kawa selaku wakil ketua.

Setelah menerima pesan dan amanah dari kakak kelas mereka, tiga cowok yang merupakan anggota Pascal Inti kelas sepuluh itu berpamitan keluar UKS hingga menyisakkan Atlana bersama Artik dan sahabat-sahabatnya.

"Dududu... gue cabut duluan, ya. Sebelum jiwa jomblo ku meronta-ronta disini," kata El dengan terkekeh membuat Artik berdecak.

"Sialan!"

Kawa terkekeh melihatnya. "Gue juga. Lira udah nunggu di parkiran," tambah Kawa dengan bertos ria ala Pascal kepada Artik, Ganta, Baim, dan El.

"EH! TUNGGU KAW-KAW!" seru El cepat dengan menyambar tasnya dan melambaikan tangan berpamitan dengan teman-temannya.

Kini, tersisa Artik, Atlana, Ganta, dan Baim disana. Namun, tidak lama setelahnya Ganta beranjak dari duduknya dan berjalan menuju pintu keluar dengan salah satu tangan masuk dalam saku celananya.

"Cabut dulu," kata Ganta singkat, padat, dan jelas.

Baim yang menyadari teman-temannya sudah pergi lebih dulu pun kelabakan. Cowok humoris tersebut menyengir kepada Artik yang menaikkan kedua alisnya dan Atlana dengan wajah polosnya.

"Baim, jangan pergi dulu bisa?" pinta Atlana membuat Baim tersenyum dengan wajah sedikit cengo.

"Em... gini, jadi tuh-"

"Lo tau, kan, cowok sama cewek yang belum mahramnya dilarang berduaan?" sela Artik kepada Baim yang sudah memasang wajah melas.

"Tapi, nanti gue jadi setannya, dong," keluh Baim membuat Atlana menahan tawanya.

"Daripada lo dapat dosa biarin gue sama Atlana berduaan," balas Artik membuat Baim tidak memiliki alasan lain lagi untuk menolak.

"FINE!" Baim menyerah.

"Kenapa.gue.harus.selalu.jadi.saksi.keuwuan.orang.lain? Nggak ada yang mau sama gue gitu?" gerutu Baim dengan mengubah duduknya membelakangi Artik dan Atlana yang kompak tertawa mendengarnya.

SADAVIRWhere stories live. Discover now