SATU

553 143 30
                                    

Titt... Titt... Tititt..
Titt... Titt...
Titt...

Suara alarm menggema disebuah kamar bernuansa abu abu berhasil mengusik pemuda tampan yang berbaring di kasur, hingga membuat kedua netra pemuda tampan sang pemilik kamar itu terbuka.

Sorot matanya yang tajam menatap sekeliling kamar, ia mencoba menerawang kejadian yang membuatnya berakhir di kamar yang sudah terasa asing baginya.

Kening pemuda itu pun berkerut merasakan pusing, tangannya reflek memegang bagian kepalanya yang terasa sakit

"Ah, sial. Kenapa ada darah?" pemuda itu berdesis pelan dengan suara serak khas bangun tidur, tak lama kemudian matanya membulat sempurna.

Bagaimana bisa ia lupa?! Tadi malam ia dan kedua temannya mengendap-endap keluar dari asrama dan sialnya lagi mobil yang mereka kendarai tidak sengaja menabrak pembatas jalan hingga ringsek.

"Tapi lumayan juga, untuk pengalaman." Pemuda itu terkekeh mengingat kejadian tadi malam, kalau saja ia tak bersikeras untuk menyetir ia dan kedua temannya tidak akan mengalami kecelakaan.

Walau luka yang mereka terima lumayan parah, mereka tetap melanjutkan perjalanan dengan berjalan kaki meninggalkan mobil yang terlihat penyok sendirian. Mobil yang malang...

Bukan tanpa alasan mereka kabur seperti ini, Jendral Hendry menyuruh mereka untuk pulang diam-diam di malam hari untuk menjalankan misi rahasia lusa. Mereka diminta mempersiapkan diri.

Bahkan jendral juga yang menyiapkan kendaraan dan menyarankan agar Miftah saja yang mengendarai, karena memang hanya Miftah yang bisa mengemudikan mobil di antara ketiga pemuda itu. Tapi rasa keingintahuan pemuda yang menjadi tersangka utama atas kecelakaan ini, begitu besar. Hingga kedua temannya mau tidak mau mengiyakan, dan akhirnya kecelakaan pun terjadi.

Pemuda itu terbangun dan duduk di pinggir tempat tidurnya menatap kaca yang berada tepat di depannya, "Wajah tampanku yang malang," gumamnya sambil menyentuh bagian yang terdapat darah yang sudah mengering.

"Apa mereka berdua baik baik saja?" tanyanya. Lantas ia mengambil ponsel yang tergeletak di atas kasurnya, mencoba menghubungi kedua temannya.

Tutt...
Tutt..ttuut..

"Sshh.. ya halo V, ada apa?"

"Apa kalian berdua sampai dengan selamat?"

•••

28 Jam yang lalu
📍Markas Utama Militer AD

Indonesia saat ini sedang marak terjadinya Korupsi, banyak kasus yang sangat sulit di pecahkan. Bahkan KPK pun sudah mulai kelimpungan dengan kasus yang terjadi 2 tahun belakangan ini. Uang negara semakin berkurang hari demi harinya!

Sudah lebih dari dua tahun mereka berusaha melacak dan menyelidiki siapa dalangnya namun hanya mendapatkan hasil yang samar. Bahkan anggota penyelidik mengalami hal-hal aneh saat penyelidikan berlangsung.

Petinggi KPK --Adi Wiguna-- mencurigai adanya pihak lain atau mungkin ada pengkhianat KPK yang membantu para koruptor dengan melindungi, menutup-nutupi, dan menghapus jejak Si Koruptor ini agar tidak terlacak.

Saat ini Adi sedang berada di satu ruangan dengan dua pimpinan Militer yang merupakan teman dekatnya dulu saat SMA, untuk meminta solusi mengenai kasus ini. Mungkin saja setelah berdiskusi ada jalan keluarnya.

"Jadi bagimana menurutmu?" tanya Hendry kepada Wishnu, setelah mendengar penjelasan dari Adi.

"Lebih baik kalian tetap melanjutkan penyelidikan ini," saran Jendral Wishnu tenang menoleh ke arah Adi yang seketika mengernyitkan dahinya tidak setuju.

"Kau gila?! Banyak Anggotaku yang menyelidiki kasus ini hilang secara misterius dan akhirnya ditemukan dalam keadaan meninggal!. Bagaimana mungkin kau bisa berpikir untuk terus melanjutkan penyelidikan ini?!" protes Adi dengan amarahnya.

"Lalu kau mau bagaimana lagi?!"

Jendral Hendry menghela nafas dan memijit pelan pelipisnya, menatap kedua temannya yang saling berteriak.

Benar juga, jika KPK tidak ingin menyelidiki kasus ini lagi, lalu siapa yang akan menyelidikinya? Bahkan berita tentang Kasus korupsi di Indonesia sudah tersebar luas di negara lainnya, Tidak mungkin jika dibiarkan begitu saja bukan?

Ketiga orang yang berada di ruangan itu kembali terdiam memikirkan jalan keluar yang terbaik untuk permasalahan ini.

Jendral Hendry berdecak kesal, ia berdiri dan berjalan mendekati Jendela melihat pemandangan di sore hari.

"Hey, pak tua!"

Suara yang tak asing tiba-tiba terngiang di pikirannya. Seketika senyuman mulai terbit di wajahnya.

Ia teringat dengan saran dari pemuda tampan yang selama ini menganggu ketenangannya itu. Hendry berbalik menoleh ke arah kedua temannya itu.

"Bagaimana kalau kita membuat Tim Khusus untuk menyelesaikan ini?" ucapan Hendry membuat atensi Wishnu dan Adi mengarah kepadanya.

"Apa maksudmu?" tanya Adi, sedangkan Wishnu mengangguk membenarkan pertanyaan Adi.

"Kita menggabungkan anggota militer, KPK dan kepolisian yang terbaik dari yang terbaik, yang sudah sangat terlatih untuk menindaklanjuti kasus ini. Bukankah ini terlihat cukup kuat?"

Wishnu mengangguk paham maksud dari ucapan Hendry dan tak lama kemudian seringai kecil terbit di wajahnya. Sedangkan Adi masih terdiam mencerna ucapan Hendry.

"Sepertinya aku tau siapa yang mempunyai ide brilian seperti itu, V 'kan?" Jendral Wishnu terkekeh.

Bukan hanya Hendry saja yang dekat dengan ketiga curut kecil itu, Wishnu juga dekat. Bahkan sepertinya ia yang lebih dulu di beritahu oleh bayi singa itu ketimbang Hendry.

"Benarkah? Ah sialan, tapi jika aku tidak mengatakannya, kau pasti tak akan menggunakan ide ini 'kan?" tanya Hendry yang awalnya berdecak kini tersenyum menyebalkan, menaiki turunkan alisnya menatap Wishnu sombong.

"Mau bagaimana pun idenya bukan darimu, jadi jangan terlalu sombong. Apa kau tidak malu?"

"Apa?! Som ...."

"Tunggu, itu ide bagus! Mari kita buat tim khusus itu!" ucap petinggi KPK itu dengan raut wajah bahagianya

Hendry dan Wishnu yang sedang berdebat itu pun seketika menolehkan kepalanya ke arah Adi dan ikut tersenyum.

"Baiklah, besok kita adakan pertemuan dengan pimpinan yang lain."

•••

Swipe for next!

BLUXZEIR Where stories live. Discover now