-48-

58 28 6
                                    

Di kediaman Aya dan Oki,

Memeluk dan mencium Aya "hai sayang, gimana rasanya menjadi calon ibu?." Tanya mama Oki"

"Masih belum percaya aja sih ma, jika ternyata selama beberapa minggu ini Aya ternyata sedang hamil. Ternyata menjadi ibu hamil harus mual dan muntah seperti ini ya ma?"

"Sebenarnya nggak semua ibu hamil harus merasakan mual dan muntah, ada beberapa ibu hamil yang nggak sama sekali mengalami hal seperti itu nak. Kamu harus jaga calon bayi kamu ini ya" mengelus-elus perut Aya "di dalam ini ada dua calon bayi kamu yang akan kamu bawa kemana-mana selama sembilan bulan, makanan dan minuman yang akan kamu konsumsi juga harus dijaga, jangan asal makan saja, harus yang bergizi dan bernutrisi ya nak, lalu kamu jangan terlalu capek deh sampai trimester kedua, urusan perusahaan serahkan ke Oki saja"

"Tapi ma, Aya-kan punya toko souvenir yang harus Aya kelola dan pantau"

"Percayakan saja kepada staf dan karyawan kamu dulu, atau nanti sesekali kamu berkunjung jika diperlukan"

"Wah, bakalan bosan dong Aya jika di rumah terus"

"Ya, nggak mesti di rumah juga, nanti sesekali kamu minta dong suami kamu untuk ajak kamu jalan-jalan keluar, tapi jangan malam-malam ya, karena nanti bisa masuk angin kamu"

Siang itu kedua orang tua Oki dan keluarga Aya sudah tiba di rumah Aya dan Oki, mereka begitu bahagia ketika mendapat kabar bahwa Aya sedang hamil.

"Pak Ilham, sebentar lagi kita akan memiliki cucu kembar nih." Ucap papa Oki.

"Ia pak, saya begitu bersyukur dan bahagia sekali ketika mengetahui Aya sedang hamil anak kembar"

"Bu Sarah kenapa nggak ikut pak?"

"Yah, kalau beliau sih nggak mesti kita bahas di forum ini ya pak, kan bapak sudah tahu sendiri istri saya bagaimana terhadap Aya"

"Yang sabar ya pak, kita doain saja bu Sarah lekas dipulihkan hati dan pikirannya mengenai Aya, terlebih sebentar lagi cucu keluarga bapa akan bertambah. Oh iya, gimana untuk merayakan rasa bahagia kita, siang ini kita makan bersama di sini delivery online saja pak?"

"Saya setuju pak, kita pilih-pilih makanan dan minumannya, lalu kita pesan delivery. Laura, Bryan dan Dian bagaimana menurut kalian nak?" melihat ke arah kedua anaknya dan menantunya.

"Bryan dan Laura setuju pa. Sahut Bryan yang sedang menggendong putrinya yang masih berusia dua bulan"

"Dian juga setuju"

Kedua keluarga tersebut pun mulai melihat-lihat menu makanan dan minuman yang akan mereka pesan melalui online. Laura yang begitu antusias melihat Aya sedang mengandung, langsung menghampiri Aya yang sedang istirahat di kamarnya, terlihat di kamar mama Oki sedang bercerita dengan Aya, sementara Oki disibukkan oleh mamanya untuk pergi membeli susu dan keperluan ibu hamil lainnya yang akan digunakan Aya.

"Ma, ya kali Oki pergi sendiri membelinya. Oki-kan nggak ngerti dan belum berpengalaman sama sekali. Bareng dong ma" ucap Oki merayu mamanya.

"Ya ampun mama lupa, ya manalah mungkin kamu tahu apa yang akan dibeli ya?. Kalau gitu mama ikut nemanin kamu, nanti kamu sekalian belajar juga." Beranjak dari kasur tempat mama duduk "Laura, tante tinggal dulu ya, kamu temanin Aya dulu"

"Baik tante, hati-hati ya"

"Ia nak. Aya... mama dan Oki pergi sebentar ya" mengelus tangan Aya.

"Ia ma"

Mengecup kening Aya "sayang aku pergi sebentar ya"

"Iya sayang"

"Ciee... yang sedang mengandung." Memperlihatkan Aya ke putrinya Naura, "ini aunty Aya lagi ngandung dedek kembar loh, nanti Naura bakalan ada teman main. Masih ingatkan sama aunty Aya? yang datang ke rumah sakit jenguk kamu" ucap Laura yang bercerita kepada putrinya.

"Ya, kali kak si Naura ingat sama gue, usianya juga masih dua bulan, apa lagi pertama kali dia lihat gue waktu dia masih berumur satu hari hahahaha"

"Hahahahaha ia sih, mana mungkin si Naura ingat. Ehh, kita selfi bareng yuk, mengabadikan bumil yang sedang menjalani trimester pertamanya" mengambil handphone dari dalam tasnya.

Mereka pun selfi bersama, Laura melihat hasil fotonya dan memilih satu foto untuk di upload di media sosialnya. setelah selesai selfi, Laura lanjut bercerita dengan adik iparnya itu.

***

Sementara itu di kamar yang berbeda, mama Aya melihat album foto keluarganya yang tersimpan rapi di laci meja, di dalam laci tersusun rapi berbagai album yang sudah ada tulisannya, mama mengambil album yang bertuliskan Ayana Davira. Dibukanya album tersebut dimulai dari lembaran pertama, ternyata album tersebut berisikan momen-momen Aya sejak bayi. Masih di lembaran pertama, air matanya menetes dan jatuh tepat di foto Aya. Sepatah katapun tak keluar dalam hati dan dari mulutnya, setelah selesai melihat semua foto Aya yang ada di dalam album, mama langsung menyimpannya kembali ke dalam laci.

Mengambil hanphone-nya dan melihat media seosialnya "Laura? dia sedang bersama Aya? dan siapa bayi yang sedang bersama mereka itu? apakah itu anak Bryan dan Laura? apakah itu cucu saya?. Bahkan Laura melahirkan saja, saya tidak tahu kapan dan di mana. Saya memang bukanlah orang tua yang baik. Ternyata cucu saya perempuan? Siapa ya namanya ya?" me-roll profil media sosial Laura "namanya Naura, ingin sekali rasanya menggendongnya, tapi sepertinya saya tak layak, karena pasti Bryan masih kecewa dengan sikap saya kala itu" menghapus air matanya.

Dalam hati kecilnya sebenarnya mama Aya merasa bersalah karena sudah membuat keluarganya menjadi porak-poranda seperti saat ini, dia sama sekali tidak menyangka bahwa sikapnya selama ini sudah sungguh keterlaluan dan nggak mungkin lagi bisa memperbaikinya seperti sediakala. Saat ini hanya tinggal dia seorang saja, suami dan anak-anaknya sudah tak memperdulikannya lagi, sekalipun Dian dan suaminya masih satu rumah dengannya, akan tetapi mereka tetap tak mau memperdulikannya, semuanya bungkam dan tak mau saling berbicara. Keadaan seperti inilah yang membuat hati mama merasa sepi dan merasa sadar diri, sehinga omongan dari bibik pagi tadi, dapat menggeser kerasnya hatinya itu walau hanya sedikit.

"Saya nggak mungkin menarik kembali kata-kata saya yang pernah saya keluarkan dahulu. Bahwa anak itu memang pembawa sial dalam keluarga saya. Dan saya nggak mungkin menjilat kembali ludah yang pernah saya buang. Biarlah semuanya tetap seperti ini, mungkin suatu hari nanti waktu yang akan memulihkannya, karena waktu juga yang membuat ini semua bisa terjadi. Aya, anak itu memang pembawa sial, buktinya semua perpecahan ini bermula dan terjadi karena dia, semua karena dia...!" mencampakkan semua barang-barang yang ada di kamarnya "semua karena dia...!" menangis dan duduk perlahan. "Saya nggak mau rumah tangga saya dan keluarga saya pecah seperti ini, saya ingin semuanya seperti sediakala, saya merindukan suami saya dan kedua putra saya yang dulu begitu menuruti semua perkataan saya"

Perasaan emosi yang sedang meluap di dalam diri mama Aya, membuat kamarnya terlihat berantakan sekali, tangisannya membuat dia menyesali sedikit sikapnya yang salah selama ini, namun masih tetap membenci putrinya Aya. Bibik yang menyadari bahwa majikannya belum makan siang, mempersiapkan makan siang untuk dibawa ke kamar majikannya. Dan betapa terkejutnya bibik saat melihat kondisi kamar dan kondisi majikannya itu. Bibik pun membersihkan dan merapikan kamar majikannya.

"Bu, ibu nggak apa-apakan? ibu makan siang dulu ya, karena ini sudah jam dua siang, ibu belum ada makan saya lihat" meletakkan makanan dan minuman di meja.

"Saya nggak selera makan bik, simpan aja makanannya dulu, nanti setelah saya selera pasti saya akan makan, saya butuh istirahat"

"Tapi bu, nanti ibu sakit, kalau ibu sakit bagaimana ibu bisa kerja?"

"Saya baik-baik saja, tolong tinggalkan saya untuk sendiri dulu ya bik"

"Baik bu" menyelimuti majikannya, saya permisi dulu, nanti jika ibu perlu sesuatu tolong panggil saya ya bu"

Mengangguk.

Live The Dream (Completed)Where stories live. Discover now