-18-

73 41 8
                                    

Waktu terus berlalu, kini Aya dan keempat sahabatnya memilih untuk kuliah satu kampus, namun kali ini ada yang berbeda, Nino tak hanya sekedar mahasiswa saja, dia sekarang sudah menjadi seorang photographer profesional, sedangkan Aya masih terus menggeluti dunia grasstrack, belakangan ini dia masih menjadi juara bertahan disetiap kejurnas dan kejurda powertrack, namun ada yang berbeda, Nino tak lagi memiliki waktu untuk menemaninya mengikuti perlomba karena Nino lebih memilih untuk menyelesaikan pekerjaannya.

Terkadang Aya juga merasa lelah menjadi kekasih Nino, karena Aya harus memendam kecemburuannya saat melihat Nino harus berdekatan dan akrab kepada setiap model-model perempuan, seakan Nino tak mengerti perasaan yang dirasakan oleh Aya selama ini.

Sementara itu persahabatan Aya dengan Oki masih terjalin dengan baik, Oki masih berharap bisa menjadi kekasih sahabatnya itu, sekalipun dia masih menjadi kekasih Laila. Tak disangka, ternyata Laila selama ini mengetahui bahwa kekasihnya itu tak pernah mencintainya, namun Laila tak mau membahasnya dengan Oki, bahkan Laila tahu jika kekasihnya itu hanya mencintai Aya saja.

"Sayang, sore nanti kamu bisa temanin aku ke mall kan?" memegang tangan Oki.

Sedang menyetir mobil "Maaf ya Laila, aku hari ini nggak bisa, aku harus cek  motor trail Aya yang baru saja dipakai dalam kejurnas kemarin. Kamu kan bisa pergi bareng teman-teman sosialita kamu." Jelas Oki.

Dalam hati Laila "Hmmm sudah ketebak, pasti Aya lagi, Aya lagi." Melepaskan tangannya "Ya sudah deh, aku ke mall-nya kapan-kapan aja"

"Kenapa?" melihat kearah Laila.

"Aku-kan pengennya bareng kamu, selama ini setiap aku ngajak kamu, pasti kamu selalu menyibukkan diri untuk Aya"

"Kamu kok jadi ngomongnya begitu sih? Kamu tahukan..."

Memotong pembicaraan Oki "Aya itu sahabat aku, siapa lagi yang bisa membantunya selain aku, sedangkan keluarganya nggak pernah perduli dan memperhatikannya sama sekali. Itukan yang mau kamu katakan?. Bosan dengarnya"

Oki yang terdiam.

Di kantor papa Oki terlihat sedang ada tamu bisnis yang tak lain adalah papa dan mama Aya. Mereka sedang membahas perkembangan proyek yang sedang dikerjakan oleh papa dan mama Aya sebagai developer yang membangun properti milik papa Oki, ini yang pertama kalinya mereka bertemu di ruang kerja papa Oki, karena biasanya mereka bertemu di cafe. Betapa terkejutnya papa dan mama Aya saat melihat ada foto Aya bersama keluarga Oki yang dibingkai dengan ukuran besar di ruangan kerja papa Oki. Karena melihat orang tua Aya terfokus melihat foto tersebut, papa Oki pun memulai skenarionya.

"Hhmmm itu foto keluarga saya" menunjuk kearah foto yang ada di dinding, "yang itu istri saya, yang itu anak saya satu-satunya. Nah, gadis yang berfoto dengan kami itu adalah Aya, saya berkeinginan sekali ingin mengangkatnya sebagai anak perempuan saya, akan tetapi dia belum memberi keputusan apa-apa sampai sekarang." Jelas papa Oki.

"Maaf sebelumnya pak, apa bapak tidak takut kejatuhan sial karena sembarangan ingin mengadopsi anak?." Tanya mama Aya.

"Mengapa harus sial? Sejak Aya datang di kehidupan kami, keluarga kami semakin penuh cinta, mungkin karena saya belum memiliki anak perempuan, dia membawa kedamaian untuk saya dan istri. Bahkan, proyek-proyek saya semakin bertambah sejak adanya dia. Tetapi saya prihatin dengannya buk, pak, karena kedua orang tuanya begitu tidak menginginkannya ada di keluarga mereka, saya sungguh kasihan dengan kedua orang tuanya, telah di karuniakan gadis secantik dan sebaik itu, tapi tidak bersyukur memilikinya dan saya rasa pasti dulu mereka sudah berdoa setiap hari agar di karuniakan anak perempuan dan setelah diberikan Tuhan, ehh mereka sia-siakan. Padahal rezeki setiap anak itu ada loh. Saya sudah sering berdoa tapi sampai saat ini belum dikaruniakan anak perempuan. Bahkan, anak ini sering disiksa mamanya sendiri juga, saya pernah ingin melaporkan mamanya itu kepihak yang berwajib atas tuduhan kekerasan terhadap anak. Tapi, hati anak ini sungguh baik. Padahal sering sekali tertekan batin, namun tetap mengasihi mamanya, padahal cerita anak ini, dia sama sekali tidak pernah diakui oleh mamanya sendiri sebagai anak yang dilahirkan mamanya. Kalau saya jadi dia, saya akan bunuh tuh mamanya atau memutuskan hubungan darah dengannya. Masa ia ada mama durhaka, ya nggak pak Ilham? bu Sarah? Bagaimana menurut bapak dan ibu, apakah kedua orang tua Aya ini masih patut dikatakan orang tua yang baik?" singgung papa Oki.

Live The Dream (Completed)Where stories live. Discover now