-16-

73 46 11
                                    

Keesokan paginya, Aya langsung pamit kepada mama Oki untuk pergi keluar, karena ada urusan pribadi. Saat itu Oki belum bangun dari tidurnya. Di depan rumah Kiki dan Roy sudah menunggu Aya. Karena sudah izin dan pamit kepada mama Oki, Aya mempercepat langkahnya menemui kedua temannya itu. Mereka bertiga langsung berangkat ke lokasi yang akan mereka survei. Di dalam mobil saat dalam perjalanan,

"Gue nggak tahu lagi harus bagaimana berterimakasih kepada kalian, kalian banyak banget bantuin gue." Ungkap Aya kepada Roy dan Kiki.

"Astaga Ay, lagi-lagi ngomongnya seperti itu. Bosen gue dengarnya." Ucap Roy yang sedang menyetir mobil.

"Ia nih si Aya, kita-kan udah lama temenan, udahlah Ay. Yang penting elu aman dan bahagia aja, tiap hari gue lihat senyuman lu, udah senang banget gue." Sambung Kiki dari bangku belakang.

"Nggak enak hati gue jadinya"

"Nah, terus itu yang dibahas, mending kita ganti topik aja, elu udah tahu belum atau udah ngerasa nggak, kalau si Nino itu punya perasaan sama lu?." Tanya Roy.

"Belum tahu gue tapi memang akhir-akhir ini, tuh anak sering banget nge-chat gue, gombalin gue bahkan kemarin waktu gue nemanin dia nyari baju ke mall dia sempat beberapa kali megang dan gandeng tangan gue"

"Terus elu perasaannya gimana ke Nino?." Tanya Kiki.

"Hhmm perasaan gue saat itu sih senang aja hahahaha"

"Jangan-jangan elu punya perasaan yang sama seperti Nino?"

"Sedikit sih" senyum-senyum sendiri.

"Bisa ya gitu, sedikit. Lalu apa elu tahu kalau Oki juga punya perasaan ke elu?." Tanya Roy kembali.

"Nggak tahu"

"Ay... Ay... masa elu nggak lihat sih selama kita nemanin elu ngikutin kejurnas beberapa waktu yang lalu, mereka itu aneh, kalau elu lagi dekat sama Nino, nah si Oki pasti cemburu. Begitu juga sebaliknya"

"Ia bener tuh Ay, gue juga merasa seperti itu." Ucap Kiki.

"Lah, kalau mereka berdua sama-sama suka gue, terus gue harus pilih yang mana coba?"

"Pilih apa yang ada di hati lu, yang buat elu selalu bahagia, yang membuat elu selalu merasa nyaman. Pokoknya apa kata hati elu dah" Roy yang memberi saran kepada Aya.

"Gue sih, kalau bisa nggak memilih diantara mereka. Gue nggak mau menghancurkan pertemann kita ini hanya karena status pacaran. Nanti pas udah putus aja, bakalan nggak bisa ngumpul-ngumpul lagi"

"Bener juga sih apa yang elu bilang Ay, jarang-jarang ada yang udah putus lalu tetap menjalin pertemanan yang baik kembali. Lalu bagaimana mengenai pembangunan nanti Ay, emang elu ngerti jadi kontraktor gitu?." Tanya Roy lagi.

"Ya pasti ngertilah dia Roy, secara salah satu bisnis keluarganya kan kontraktor. Ya kan Ay?." Ucap Kiki.

"Tepat sekali elu Ki, kalau nyokap dan bokap gue nggak di rumah, gue sering mempelajari bisnis mereka, terutama dalam pembangunan properti gitu. Jadi gue tahulah total anggarannya yang harus disediakan, tinggal nyari tukangnya aja. Kalau mandornya gue langsung deh"

"Hebat lu Ay, kalau gitu nanti saat pendaftaran kuliah, elu pilih jurusan tehnik sipil aja"

"Ahh kagak mau, gue mau ambil jurusan Ekonomi aja, biar bisnis gue bisa gue jalani dengan baik"

"Gue dukung elu Ay"

"Sama gue juga akan dukung elu Ay." Ucap Roy.

"Thank bray-bray gue yang baik hati"

Live The Dream (Completed)Where stories live. Discover now