P E M B U K A A N
•Tokoh dalam cerita Toxic hanyalah imajinasi penulis, tidak ada sangkut pautnya dengan kehidupan RL visualnya•⚠️Bijaklah dalam berkomentar⚠️
***
Akbar terjaga pukul 00.25.
Kepalanya menoleh ke samping dan mendapati Anjing terlelap di sampingnya. Sedikit mengecewakan karena ia sudah berharap banyak jika ibu angkat dari hewan itulah yang berbaring mengisi sisi dingin di sampingnya. Cowok itu bangkit. Memaksa mata kantuknya untuk terbuka sempurna, kepalanya bergerak mengamati sekitar. Melihat tubuh Mia dibungkus selimut di sofa, Akbar menurunkan kedua kakinya."Bisa-bisanya gue tergila-gila sama cewek nggak jelas ini."
"Goblok, nggak punya etika, stres, bar-bar, ceroboh, dan nggak tau diri."
Akbar mencibir soal seleranya. Untuk mendapatkan cewek yang jauh lebih dari Mia, bukan perkara sulit untuknya.Bisa-bisanya ia memilih Mia yang sangat jauh dari kata ideal sebagai pasangan.
Malas memikirkan seleranya yang aneh, cowok itu pun membopong Mia dan dibaringkan di ranjang.
"Jagain mama, Njing. Papa mau pulang," ucap Akbar seraya mengelus kucing yang meringkuk di sebelah Mia.
Gemas dengan kucing itu, Akbar pun mencium kening pemiliknya yang ternyata jauh lebih menggemaskan saat terlelap. Senyum miringnya terbit, mengejek dirinya yang munafik.
"Sleep tight, mamanya Anjing," bisik Akbar setelah menarik selimut sampai sebatas dada Mia.
Sebelum meninggalkan kamar cewek itu, Akbar memastikan jika jendela sudah terkunci. Pasalnya Mia ini ceroboh. Dan benar saja, jendela belum dikunci. Akbar tidak bisa membayangkan betapa kacau hidup Mia jika tanpa campur tangannya. Takut akan kekacauan itulah yang membuat Akbar berat jauh-jauh dari Mia. Sekalipun berada di dekat cewek itu hanyalah bencana untuknya.
Sudah yakin Mia aman ditinggal sendirian, Akbar pulang ke rumah.
"Kirain mau nginep di rumah Mia," ujar Tari yang membukakan pintu untuk putra bungsunya.
"Mama kok belum tidur?" tanya Akbar mengalihkan topik. Cowok itu menerobos masuk dan melangkah menuju ruang keluarga. Teringat dengan siaran langsung pertandingan klub sepak bola kebanggaannya, Akbar langsung menyalakan televisi. Niat untuk istirahat terurung, ada yang lebih menarik dari itu.
"Maaa," panggil Akbar yang sudah bersila di sofa sembari memeluk bantal.
"Mau dibikinin apa?"
"Ngerepotin Mama nggak?"
"Nggak ada yang namanya ngerepotin kalau buat kamu."
"Pengin wedang jahe, Ma. Dingin. Kayaknya wedang jahe cocok buat nonton bola."
KAMU SEDANG MEMBACA
Toxic
Teen FictionAKBAR ADJI PANGESTU [A K B A R] Yang orang lain tahu, Akbar itu: •Kalem. •Baik hati. •Pintar. •Ramah. •Jomblo. Yang Mia tahu, Akbar (pacar sintingnya) itu: RACUN yang paling mematikan. •Kalem? Rasanya Mia ingin merekam tingkah Akbar di bela...