2. Utari dan Langit

42.2K 2.1K 29
                                    

Dear Diary,

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Dear Diary,

Hari ini Langit mengajakku menikah. Anak itu memang aneh dan ajaib. Entah apa yang ada dipikirannya, aku tidak bisa mengerti. Diary, aku harus menjawab apa ke Langit? Aku tidak tahu harus menjawab apa, karena aku tahu yang diinginkan Langit bukan aku.

-Utari-

--------------------

Januari 2017

Namaku Utari Najmia Attala, biasa dipanggil Utari. Perempuan biasa dengan tampang biasa. Kulit sawo matang, rambut pendek sebahu, muka oval, hidung cukup mancung, bibir tipis, dan mata hitam legam dengan sedikit bintik coklat. Cantik? Sepertinya tidak. Manis? Mungkin ya. Satu-satunya kelebihanku adalah tinggi badan yang di atas rata-rata, 170 sentimeter, cukup tinggi untuk ukuran perempuan. Lalu apa hubungannya tinggi badan dengan cerita ini? Jawabannya tidak ada, aku hanya ingin memberitahu sedikit kelebihanku saja. Hehehe.

Aku seorang dokter umum di salah satu RS swasta di Jakarta. Sudah empat tahun bekerja disana. Setelah selama berjuang empat tahun menempuh Pendidikan Kedokteran dan dua tahun menjadi co-assistant, akhirnya aku bisa lulus dan langsung bekerja di RS, sampai sekarang. Bangga? Lumayan bangga. Bagaimanapun juga menjadi dokter untuk menolong orang itu menyenangkan. Bisa menyembuhkan orang sakit menjadi sehat itu membahagiakan. Apalagi kalau pasien mengucapkan 'terima kasih Dok', rasanya hilang semua keletihan. Bahagia itu sederhana kan?

Ting.

Setelah membereskan barang di kamar jaga dokter, aku membuka handphone untuk melihat pesan whatsapp yang tiba-tiba berbunyi. Tanpa sadar bibirku tersenyum melihat nama pengirimnya. Langit.

[Langit] Utari, udah selesai kerjanya kan? Makan yuk, aku jemput.

[Utari] Ok pak bos. Jemput di depan IGD ya.

Jawabku sambil keluar dari kamar jaga.

"Mbak, Utari pulang duluan ya, besok aku masuk pagi lagi ya Mbak," kataku sambil lalu kepada dokter jaga pengganti.

"Buru-buru amat Dok, dijemput pacar ya?" goda salah satu perawat ruangan yang melihatku akan berlari.

"Bukan pacar Mbak, tapi pak bos. Hehehe," aku menjawab dengan bercanda, setengah berlari menuju depan IGD.

Di depan IGD, aku menoleh ke kanan dan kiri. Tiba-tiba dari kejauhan terlihat mobil mewah keluaran terbaru berwarna hitam menuju ke arahku dan berhenti tepat di depan. Langsung aku buka pintu mobil itu, dan berkata pada laki-laki yang berada di belakang kemudi.

"Mobil baru lagi? Halah dasar tukang pamer," ujarku tanpa basa-basi.

"Hai Langit. Apa kabar hari ini? Terima kasih ya udah jemput aku. Harusnya kamu ngomong begitu Utari, kok datang langsung mengomel," ujar Langit sembari mengacak rambutku lembut.

"Oh, hai Langit, apa kabar hari ini? Terima kasih ya sudah jemput. Makan apa kita sekarang? Mobil baru ya? Dasar tukang pamer," kataku sambil tertawa.

Langit Untuk Utari [END, KK]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang