🍉 Paksaan Windy

17.7K 591 6
                                    

[Follow sebelum baca, tinggalkan jejak juga 🤗]

Oh iy maybe kalian bingung ceritanya kenapa ganti lagi wkwk, author emg ada niat revisi dikit, cuma kemarin keburu kepublish. Jadi bakal berubah dikit dari kemarin, tapi author bakal berusaha buat bikin lebih baik dari kemarin yang menurut author banyak plot hole dan kekurangannya. Alurnya gak ganti, cuma ada yang berubah dikit.

So, author minta maaf bgt hehe, dan semoga setelah ini gak ada kendala lagi yang bikin update lama kayak kemarin. Karena kalau maksain yang kemarin, author bnr² ngerasa ngeganjel dan gak nyaman nulis. Maaf udah bikin nunggu, neomu mianhe wkwk

Diusahain bakal rajin up, maaf yh teman. Acu cayang kalian hshahha

01 || PAKSAAN WINDY

"Guys minta waktunya sebentar ya. Gue mau bagiin undangan."

Suara bariton milik laki-laki bertinggi semampai yang baru saja masuk menyita seluruh perhatian siswa XII IPA 1. Tiga orang masuk membawa setumpuk kertas berwarna hitam yang tidak mereka tahu apa kertas itu.

"Lusa gue ulang tahun. Satu angkatan gue undang. Gue harap pada dateng. Ramein aja lah guys."

Windy menoleh ke samping, menatap berbinar pada Alea yang nampak tak antusias. Untuk apa dia antusias, dia saja tidak kenal siapa mereka.

Tiga siswa tadi kemudian berkeliling membagikan undangan. Semuanya mendapatkan tanpa terlewat satu pun.

Begitu mereka sudah keluar, Windy langsung menggeser kursinya lebih mendekat pada Alea. Alea tahu, ada udang di balik batu.

"Lo dateng kan?" Windy menatap curiga pada Alea yang sama sekali tidak menyentuh undangan berwarna hitam di atas novelnya.

Alea menggeleng masih dengan terfokus pada gambarannya. Windy melotot tidak menyangka. Dia menyentuh bahu Alea, menatapnya serius.

"Lo harus dateng," tegas Windy menekankan, ditanggapi Alea dengan ekspresi malas.

Gadis itu menghembuskan napasnya perlahan. "Ngapain aku dateng Windyy? Aku aja gak kenal orangnya."

"Haduh Leaa. Yang ulang tahun Fero, gue harus dateng ke sana. Lo tau kan gue suka banget sama dia sejak dulu. Kapan lagi ada momen kayak gini," celotehnya, lalu menatap penuh harap ke dalam mata Alea.

"Ya kan kamu yang suka dia. Bukan aku," balas Alea sekenanya, semakin membuat Windy kesal sendiri.

"Fiks lo tega sama gue. Ya kali gue ke sana sendirian. Dateng dong Le, kan cuma lo sahabat gue. Gue mana punya temen lagi selain lo."

Tangan Alea yang semula menari di atas kertas gambarnya dengan pensil kemudian berhenti bergerak. Dia menatap Windy yang terlihat murung.

"Harusnya aku yang bilang gitu loh. Kamu banyak loh temennya. Banyak yang mau temenan sama kamu. Aku yang cuma punya kamu. Kalau bukan kamu sama siapa lagi coba akunya."

Windy melebarkan senyumnya. Kemudian dia menatap Alea serius. "Jadi? Lo mau kan temenin gue?"

Alea menggidikkan bahunya. "Ya mau gimana lagi? Emang kamu bakal bolehin aku gak ikut?"

"Yess. Makasyong Leaa. Pulang sekolah lo harus ikut gue cari kado sih. Gue harus kasih yang spesial buat mas crush! Senengnyaa."

Alea tak menggubris Windy yang sedang dilanda euforia akan pesta ulang tahun sosok bernama Fero itu. Omong-omong, dia sering sekali mendengar Windy menyebut nama itu, namun hingga sekarang, Alea belum tahu dengan jelas siapa sosok Fero itu.

ALEA'S Journey Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang