🍉 Sisi Lain Alea

7.5K 397 11
                                    

Part ini agak nganu++.

Gweh tetep up meskipun blm nyampe target wkwk. It's okey gweh makasih bgt kalian baca. Makasih juga ya yg vote wkwk.

Song List: Simfoni Hitam- Sherina Munaf.

45 || SISI LAIN ALEA

"Keracunan makanan?" kejut Alea setelah Dokter Bina menjelaskan pasal penyebab Barra tiba-tiba tumbang.

Dokter Bina mengangguk seraya meletakkan sebuah resep di nakas untuk nantinya ditebus di apotek. "Lebih tepatnya, mungkin suami kamu alergi. Nanti bisa kamu tanyai langsung apa yang dia makan dan dia alergi apa. Dia pingsan karena daya tahan tubuhnya lemah."

"Nggak ada yang serius, Dok?" timpal Sienna bertanya.

"Nggak ada. Dari tanda-tanda yang muncul, suami Alea memang alergi. Nanti setelah istirahat yang cukup dan minum obat, panasnya juga akan hilang. Kalau ini bukan yang pertama, dia pasti bisa mengatasi."

"Makasih Dok. Maaf merepotkan malam-malam. Pulangnya biar diantar supir ya," tutur Alea, berdiri untuk mengantar Dokter Bina yang sudah menyelesaikan tugasnya. Ia merasa tak enak hati memanggil dokter itu di luar jam kerja yang seharusnya digunakan istirahat.

"Terima kasih, Alea."

Sienna mencegah saat Alea hendak mengantar Dokter Bina keluar. "Biar Mama. Kamu di sini aja."

Menurut, ia kembali duduk di tepi ranjang, tepat di samping Barra yang masih tak sadarkan diri. Seraya menunggu cowok itu sadar, ia menebak-nebak, apa kira-kira penyebab alergi Barra kumat. Makanan yang selama ini dia masak tak pernah memberi reaksi seperti itu di diri Barra.

Saat mendengar suara lenguhan dan tak ada orang lain selain dia dan Barra, Alea lekas-lekas mengecek apakah Barra telah bangun dari pingsannya. "Bar? Udah sadar?" tanyanya, menyentuh pipi Barra, dan laki-laki itu mengangguk.

"Tiduran aja, jangan banyak gerak dulu." Alea mencegah saat Barra hendak duduk. Ia meraih segelas air di nakas, kemudian memberikannya pada Barra. "Ini minum dulu, pelan-pelan," sambungnya, lalu menuntun Barra untuk meminum beberapa teguk air putih agar sedikit bertenaga.

"Lo nggak kaget liat gue bentol-bentol gini? Jelek nggak?" tanya Barra, lalu terkekeh kecil. Alea kesal melihat itu. Sempat-sempatnya Barra bercanda.

"Kamu alergi apa? Kok nggak pernah bilang ke aku? Selama ini aku masakin kamu, kamu nggak pernah kayak gini."

"Ya lo masakin nggak pake bahan yang bikin gue alergi," terang Barra, kembali memaksa duduk padahal Alea sudah berusaha mencegahnya. Bebal.

Saat menyibak selimut, Barra menghela napas panjang melihat tangan dan kakinya masih dipenuhi bentol-bentol merah. "Jadi kayak polkadot gue," gumam Barra.

"Barra!" kesal Alea, memukul laki-laki itu dengan bantal. Gurauannya sama sekali tidak lucu, tapi cowok itu justru tertawa sangat puas. Mungkin Barra tertawa bukan karena candaannya, tapi mentertawakan kekesalan Alea.

Tiba-tiba saja, laki-laki itu mengangkat kaosnya. Ia menunduk untuk mengecek kondisi perutnya. "Liat dong, bentol juga nggak?" suruh Barra pada Alea, lalu tiba-tiba menghadapkan perutnya pada Alea.

ALEA'S Journey Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang