🍉 Paris in Love

7.6K 439 32
                                    

Song List: Percayalah - Afgan ft Raisa

"Hati-hati dengan orang-orang terdekatmu. Boleh jadi mereka sedang menyimpan bangkai busuk di belakangmu."

_Mahesa_

Kalau lupa alur bisa baca part sebelumnya dulu yaa. Sorry author lama up karena lagi nyari inspirasi:vvvV

61 || PARIS IN LOVE

Tepat pada pukul dua belas malam saat puncaknya acara baru saja terlaksana, pria berjas hitam itu dengan wajah menunduk khas orang bersembunyi, berjalan menyamari di antara kerumunan orang menuju lantai dua. Di tengah cahaya yang temaram, ia harus menajamkan penglihatannya untuk menyisir jalan yang sedang dilalui.

Barra tak bisa berpikir sehat sejak tadi ia melihat Alea pergi menaiki tangga dan tak kunjung kembali setelahnya. Ia takut terjadi sesuatu dengan istrinya di atas sana dan tak ada yang menolongnya.

"Sayang?" Suaranya menggema di lorong yang nampak tak ada tanda-tanda kehidupan di sana. Benar-benar sunyi.

Ia membuka satu-persatu pintu yang ada di lorong panjang itu. Hasilnya nihil. Ia tetap tak menemukan apa-apa.

"Alea?" panggilnya sekali lagi, dengan suara yang lebih keras.

Betapa terkejutnya Barra saat hendak membuka pintu yang paling ujung, ia justru menemukan Mahesa baru saja keluar dari ruangan itu. Pria itu nampak tergesa. Ekspresinya sama sekali tak terbaca.

"Ngapain lo di sini?" heran Barra, mengintip ke dalam kamar. Ia lalu beralih pada Mahesa yang gerak-geriknya sudah seperti maling terpergok mencuri.

Bukannya menjawab, cowok itu justru berlalu begitu saja, berjalan sangat cepat mendekati tangga. Sosoknya lalu menghilang setelah menuruni anak tangga paling atas, menuju bawah.

Baru hendak menutup pintu, Barra kembali dikejutkan dengan sosok lain yang keluar dari kamar itu.

"Loh Sayang? Ngapain di sini?" Barra bertanya dengan raut bingung bercampur terkejut. Perempuan itu nampak gelagapan, melakukan gesture seperti sedang menyembunyikan sesuatu.

"Kamu berduaan sama Mahesa?" Barra bertanya, tapi dari nadanya terdengar seperti menuduh. Entah hanya perasaan Alea, atau memang begitu faktanya.

Kontan saja Alea menggeleng panik. "Nggak kok, tadi-"

"Mahesa dari kamar ini, terus kamu juga keluar dari sini," potong Barra cepat, menatap tajam tepat pada ke-dua bola mata Alea. Tangannya yang masih memegang gagang pintu mulai mengeluarkan urat-urat di punggungnya. Napasnya menderu kencang.

Alea tahu, Barra tengah dirundung emosi yang meledak-ledak. Ia lalu mendekat, menempelkan tangannya tepat di dada bidang suaminya yang masih tak terkontrol, mengusapnya dengan lembut untuk mengendalikan emosi Barra agar tidak kian menjadi.

"Dengerin aku dulu," bisik Alea, masih terus mengusap dada Barra. Perlahan, napas pria itu tak lagi memburu, berangsur normal.

"Tadi dia mau bicara sama aku-"

"Harus berduaan di dalem?" sela Barra lagi dengan ketus, menepis tangan Alea, namun perempuan itu dengan sabar meraihnya lagi. Meski sedikit kecewa mengetahui fakta jika Barra masih tidak bisa mengontrol tempramentalnya, Alea akan belajar terbiasa dan menerima.

"Tadi di luar Barra," ujar Alea berusaha menjelaskan dengan sabar. "Tapi ada orang lain naik juga ke sini, jadi dia tarik aku ke dalem," sambungnya.

"Aku tau itu salah, tapi itu bukan sengaja," imbuh Alea lagi, lalu meraih tangan Barra di bawah sana, menggenggam dengan erat.

ALEA'S Journey Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang