Menikmati hari pertama dengan segala kejadian tidak terduga, Ella melihat sekitar, menunggu jemputan dari Papanya, kata beliau sih sebentar lagi akan sampai.
Mengunyah cimol yang dia beli tadi, kepala Ella menoleh ke kanan dan kiri, dia melihat banyak murid sedang menunggu kendaraan umum atau bis lewat. Sengaja memang Ella duduk di halte bis, dia malas harus menunggu kehadiran Raven di lapangan parkir.
Ella merasa dia akan terlihat sombong; seakan-akan sedang memainkan peran putri dari kerajaan saja, padahal baik Ella mau pun keluarganya adalah figuran yang nama saja tidak muncul dalam novel.
Takutnya jika Ella sedikit saja menganggu alur novel——kehidupan damai yang telah ia jalani bertahun-tahun akan lenyap dalam sekejap. Errr, membayangkan hal tersebut membuat bulu kuduk Ella meremang.
Menakutkan lebih dari kemunculan setan. Cimol Ella habis namun kehadiran Raven juga tak kunjung terlihat, sedikit sebal, Ella membuka ponsel, segera menghubungi nomer sang Papa. Ketika panggilan di angkat sang empu, Ella langsung bertanya keberadaan Raven, beliau menjawab dengan suara merasa bersalah, memberikan alasan jelas jika dirinya terjebak macet.
Rasa marah Ella surut, ya, bukan salah Raven, lagian Raven juga meluangkan waktu dari kesibukannya di kantor hanya demi menjemput putrinya. Tak apa, Ella akan menunggu sedikit lebih lama. Seusai memutus panggilan telepon, Ella bangkit berdiri, dia melihat sekeliling, mencari gerobak jualan lagi.
Perut Ella cukup lapar, tetapi di lihat lagi, sudah tak ada tukang jualan, deh.
Bergemuruh kesal, Ella akhirnya memilih guna memasuki area sekolah lagi, dia akan menuju kantin.
Untuk menuju kantin, dia di haruskan melewati lapangan basket. Ketika melewati lapangan; Ella sempat melihat beberapa orang berkumpul di sana, suara marah dari sana cukup untuk Ella dengar dari jarak sejauh ini, Ella tidak mau ambil pusing, dia berpikiran bahwa di lapangan sana sedang mulainya adegan dari novel.
Tidak menguntungkan Ella jika dia terlibat.
Dari pada mengurus kejadian novel, Ella melanjutkan perjalanan menuju kantin, perutnya selalu menjadi prioritas utama Ella. Dan untung saja masih ada beberapa penjual masih setia di kantin.
Kegirangan, Ella menghampiri satu-satu stand, dia memesan satu dari setiap stand. Duduk seraya menunggu, Ella di kejutkan oleh kehadiran orang-orang dari lapangan tadi.
Buru-buru menutup wajah menggunakan ponsel, Ella bersumpah, dia tidak ingat mereka semua akan berakhir di kantin, bukankah adegan selanjutnya di parkiran?
Masih meruntuki kehadiran mereka, Ella juga ikut menghubungi Raven lagi——kebetulan pula makanan miliknya sudah selesai di buatkan, seraya membayar, Ella menempelkan ponsel ke telinga, "Papa udah sampe?" Tanya Ella.
"Okee, Anel langsung lari, nih!" Ella menjawab setelah Raven mengatakan jika dia sudah sampai di depan sekolah.
Mematikan sambungan telepon, Ella sama sekali tak mau melihat para penganggu dirinya tadi, Ella langsung berlari melewati mereka semua, menganggap bahwa kehadiran mereka tak kasat mata.
"Wah, gila tuh cewek." Sahut salah satu dari pria di sana.
"Dia liat kita kaya lihat setan." Sambung lainnya.
Nemesis
"Ayo main golf sama Papa," Raven menendang pelan kaki Ella yang sedang selonjoran di karpet, melihat kelakuan Papanya; Ella melototi Raven, "MAMAH, PAPA TENDANG-TENDANG ANEL, NIH!" Ella berteriak lumayan nyaring, kalau bisa harus terdengar oleh Elea.
أنت تقرأ
Nemesis [Hiatus]
أدب المراهقينJangan jadi dark readers, vote, komen, follow🙏 yang ga lakuin, semoga hidupmu suram __________________ Ranella Nemesis Kalingga, salah satu pemeran figuran kaya raya yang hanya lewat sekelebat dalam cerita novel online. Peran yang sama sekali tidak...