Part 5

2.4K 286 35
                                    


Happy Reading

Sampai pulang sekolah Chika tak lagi mendatangi kelas Mira untuk bicara. Memandangi senyum dan tawa Mira dari kejauhan rasanya sudah cukup melegakan hati Chika. Daripada Mira kesal lagi, akan lebih baik membiarkan dirinya berjarak di sekolah.

"Jadi nganterin aku pulang kan, Vi? Aku dah ngomong supir biar ga dijemput." Chika duduk di kursi depan Vivi. Anak Pak Badrun itu menunggu Flo yang mencatat buku Vivi.

"Duh, gimana ya, Chik?" Wajah Vivi terlihat cemas, mengetuk dagu dengan jari.

"Yaah, ngga bisa ya?" keluh Chika, mendudukkan lagi bokongnya di kursi.

"Masalahnya gue takut jatoh, Chik, kalo pulang sama elo," ungkap Vivi dengan alis menyatu. Gestur tangannya meniru motor jatuh.

"Emang Vivi ga biasa boncengin?" Chika jadi iba.

"Gue takut jatuh cinta sama elu, Chik." Suara Vivi lalu terkekeh kencang.

Chika melongo, "Eeeet dah Badrun. Chika udah serius juga. Gue cium sawan lo, Drun!" Ia menepuk keras bahu Vivi.

"Gue rasa rasa antum, Vi, dan sobat Tuhan ini cocok berjodoh dunia wal akhirat," timpal Flo menggumam.

"Idiiih, geje lu, Flo!" Chika mengerucutkan bibirnya, bersiap berdiri.

"Sempurnakan, Flo!" sergah Vivi menimpali, melempar senyum cringe ke Chika.

"Ikutin, Chik. Asy...hadu...alla...." sahut Flora tanpa tawa. Ia tahan dalam hati. Tak pantas memandu rohani Chika sambil bergurau.

Cup

"Sawan, sawan deh lu anak Badrun!" Chika mencium pipi Vivi lalu berlari keluar sambil tertawa.

Vivi tercenung dalam diam. Matanya menjurus lurus ke depan. Kosong. Tak percaya tindakan Chika barusan.

"Astaghfirullah, Vi. Apa mau gue bacain Yasin agar antum kembali ke jalan kebenaran?" Flo menepuk bahu Vivi.

"Diem lu kaktus!" Vivi meraih buku tulis dari Flo dan menyusul Chika ke parkiran.

"Lha baru mau ngupil, eh nulis!" Flo membanting pulpennya. Mendesah kesal.

Di parkiran Chika sudah berdiri menunggu. Vivi memberikan helm ke Chika.

"Ihh, pakein, Vi," sahut Chika manja, kakinya menghentak parkiran.

Seperti anugerah terindah Vivi bisa memakaikan helm ke Chika. Gummy smile dan raut wajah yang mendukungnya selalu memesona siapapun, bahkan Vivi. Keempat manik mereka saling beradu pandang sementara jemari Vivi mengaitkan helm Chika.

"Co cwit..." gumam Chika.

"Seneng amat liat anak orang sawan," Dahi Vivi berkerut, matanya tetap menatap wajah Chika. Sengaja dilamain benerin helm Chika.

"Ada penetralnya, Vi." Chika tersenyum.

Gantian Vivi memakai helm dan mencolokkan kunci motor, "Pa'an? Disembur?"

"Dicium pipi satunya lagi. Ehehehe...." Tawa knalpot Chika pun keluar.

"Seneng yaa bikin orang kaga bisa tidur."

"Ooo, Chika baru tau ada efek sampingnya," pungkas Chika.

"Dah lah, tar aja bahasnya. Ayok dah naik, keburu sore." Vivi menarik tangan Chika agar segera naik ke belakang motor. Tangan Chika melingkar di perut Vivi alih - alih memegang pinggang. "Eh, Chik, tapi ke rumah gue dulu ya? Tar gue nganterin dagangan nyokap sekalian nganter lo balik." Vivi sedikit melirik ke belakang, menghargai lawan bicara.

Dia [ChiMi] [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang