25|Cuek

216 47 21
                                    

Apa Cuma aku yang merasa bahwa kak Dion cuek banget? Maksudku dia emang cuek, tapi jika sedang bersamaku dan kawan-kawannya dia sedkit lebih ramah, meskipun tetap aja cuek. Namun entah mengapa rasanya beberapa hari ini tingkat kecuekannya bertambah lebih tinggi dari sebelumnya. Daripada cuek, lebih tepatnya kak Dion terlihat seperti menghindariku.

"Aku lama yah? Yuk makan" lamunanku buyar saat kak Sihan tiba-tiba saja muncul di balik punggungku.

Begitu aku balik badan, saat itulah aku bertukar tatap dengan kak Dion. Ekspresi wajahnya datar seperti biasa, terlihat seperti singa betina yang siap menerkam mangsanya.

"Gue ajak Windy juga Yon" kak Sihan tersenyum ke arah kak Dion yang terlihat tak berniat membalas senyumannya sama sekali.

"Gue skip, gue lupa kalau ada kerjaan yang belum gue kelarin" ucapnya menepuk pundak kak Sihan pelan. Ia sama sekali menghindari kontak mata denganku, sejujurnya aku ingin sekali mengetahui apa yang terpikirkan di dalam pikirannya itu hingga dia bersikap seolah aku ini makhluk tak kasat mata, tapi berapa kalipun aku pikirkan, aku sama sekali tak dapat menebak apa isi pikiran kak Dion sekarang karena cowok itu selalu mematut ekspresi yang sama, hingga sulit bagiku untuk menerka isi pikirannya.

"Yaudah, gue gak bisa maksa. Kita duluan yah, bye" sebelum beranjak pergi pun, sorot mataku masih terpaku pada kak Dion, namun cowok itu sama sekali tak bergeming. Rasanya aku kesal sekali, aku tahu aku tak berhak untuk kesal. Karena bagaimanapun itu hak nya untuk mengabaikanku, aku jadi heran kenapa juga aku menyukai pria dingin sepertinya disaat ada banyak pria potensial disekitarku meski tak ada jaminan mereka menyukaiku.

Setibanya di salah satu kedai favorite tempat biasa aku dan kak Sihan makan siang, aku tak bicara sedikitpun bahkan saat makanan sudah terhidang di depan mataku.

"Win? Kamu mikirin apa sih?" kak Sihan mengetuk meja untuk menyadarkanku dari lamunan.

"Ha? G-gak kok" ucapku lantas beralih pada hidangan makan siangku.

"kamu gak stress karena bentar lagi UTS dan tugas besar kamu masih stuck di tempat semula kan?" kak Sihan menggeleng pelan lantas menatapku dengan tatap memastikan.

"Hmm..mungkin" gumamku pelan. Tapi sejujurnya aku tidak terlalu memikirkan tugas besarku dan Ujian yang sebetar lagi tiba, karena aku yakin bahwa aku bisa melewati mereka dengan mudah. Tapi masalahnya, kak Dion saat ini memenuhi pikiranku. Apa ada kesalahan yang tak aku sadari tempo hari saat party di apartemennya.

Atau apa mungkin dia gak bercanda soal aku yang merepotkan baginya? Apa aku semerepotkan itu hingga kak Dion memilih menghindar? Aku emang ngarep dia perhatian sih, tapi apa aku pernah minta dianterin atau diperhatikan? Aku kan gak minta, dia nya aja yang suka ngasih perhatian tiba-tiba, bikin anak orang jadi makin ngarep aja.

"Kak,..." Ku panggil kak Sihan lantas ku tatap lekat.

"Hmm?" cowok itu menatapku sembari sibuk mengunyah makanannya.

"Aku ngerepotin banget yah anaknya?" ku tatap kak Sihan serius, keningku berkerut. Sebanyak apapun ku pikirkan, aku gak berniat menjadi orang yang merepotkan, hanya kebetulan saja ketika aku sedang sial kak Dion ada disana, dan lagi aku gak pernah memintanya untuk menolong atau memperhatikanku, lalu dimana letak kesalahanku sampai cowok itu menghindariku beberapa hari ini.

"Ngerepotin? Gak kok, malah menurutku kamu cewek yang independent dan gak mau ngerepotin orang lain. Kenapa tiba-tiba nanya gitu?" kak Sihan mengernyit, meski beberapa kali meminta bantuan kak Sihan, aku juga sering menolak tiap kali kak Sihan menawariku untuk agar aku bisa memanfaatkannya sesering mungkin.

Sebenarnya dimana letak kesalahanku. Seharusnya kak Dion berterus terang ketimbang mendiamkanku dan terus menghindar gak jelas begitu. Seharusnya sejak awal dia gak usah perhatian kalau ujung-ujungnya bakal merasa di repotkan, merepotkan perasaan orang lain saja.

Mr Psychopath & Me😈Where stories live. Discover now