37|First Date

157 33 12
                                    

Dion

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Dion

•••

Ini kali pertama aku bangun tidur dengan perasaan hati yang sangat nyaman dan tenang, dan yang paling penting adalah ini pertama kalinya aku tak lagi bermimpi tentang hari itu. Mungkin sudah waktunya untuk berhenti mengunjungi psikiater. Dan hari ini aku sudah mengatur jadwal konsultasi bersama dokterku sebelum berkencan dengan Windy, aku yakin ada alasan mengapa cewek itu meminta untuk bertemu disiang hari meski sebenarnya aku langsung ingin bertemu begitu membuka mata.

"Pagi Dok" sapaku pada Dokter Ardhan yang sudah selama 5 tahun belakangan ini jadi dinding pendengar dari semua cerita dan juga keresahan masa lalu yang selalu menghantuiku setiap malam.

"You look happy" Ucap Dokter Ardhan menyodorkan secangkir kopi seperti biasanya.

"do I really look happy?" kuseruput secangkir kopi pahit yang biasa dokter Ardhan seduh kan untukku tiap kali aku datang kemari.

"More happier, and I guess kamu udah jadian sama cewek itu" tebakan yang tepat sasaran dan hanya aku balas dengan senyuman serta anggukan kecil.

"Gimana anxiety kamu? Akhir-akhir ini kambuh nggak?" seperti biasa, dokter Ardhan akan menanyakan tentang serangan panik yang sering tiba-tiba aku alami.

"Hmm.. nggak sih Dok" aku mencoba mengingat kapan terakhir kali aku terkena serangan panik.

"Berarti terakhir gara-gara insiden itu yah? Yang kamu diserang tiba-tiba sama saudara tiri kamu?" aku sempat lupa tentang hal itu, mungkin karena akhir-akhir ini hanya Windy yang memenuhi pikiranku, hingga aku lupa kejadian hari itu.

Hari dimana aku bertemu untuk pertama kalinya dengan wanita yang tak pernah ingin aku temui seumur hidupku, hari itu perasaanku gelisah tak karuan. Keringat dingin membasahi tubuhku, dunia disekitarku tampak gelap tanpa cahaya sedikitpun.

Saat itulah laki-laki brengsek itu menyerangku, hal terakhir yang aku lihat sebelum tumbang adalah tangannya yang menghantam batu yang mengenai kepalaku. Entah siapa yang berbaik hati melarikanku ke rumah sakit hari itu, jika tak cepat ditangani mungkin hari itu aku hanya tinggal nama karena mati kehabisan darah.

Dan orang pertama yang muncul dihadapanku begitu aku sadar adalah Windy, sejak hari itu serangan panik ku tak pernah kambuh, aku baru menyadarinya sekarang, itupun karena dokter Ardhan mengungkitnya kembali.

"Kamu itu emang butuh orang baru dan juga suasana baru. Apalagi sekarang kamu sudah punya pacar, saya harap kondisi kamu jadi semakin baik lagi" ucap Dokter Ardhan yang terlihat ikut bahagia mendengar kabar tentang aku dan Windy.

"Tapi kok bisa yah Dok anxiety saya tiba-tiba nggak kambuh? Biasanya kan sering banget, sampai saya takut mau keluar apartemen" aku jadi penasaran kenapa serangan panik yang sering kambuh tak tahu tempat itu tiba-tiba seolah menghilang.

Mr Psychopath & Me😈Where stories live. Discover now