39|Acceptence

270 34 17
                                    

"I never thought that I was born to deserve this kind of love, I'm the lucky one to have you in my life."

***

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

***

"Wanita gak berguna!" suara pukulan bertubi-tubi, seisi rumah kacau balau, seorang pria yang tengah di bawah pengaruh alkohol menendangi istrinya berkali-kali. Wajah cantik wanita itu tak lagi mulus seperti saat pertama kali pria itu mengenalnya, wajah cantik berkulit putih itu kini di penuhi lebam di setiap inci.

Sementara itu bocah laki-laki tengah bersembunyi di balik pintu, menutup dirinya dengan selimut, menghalau teriakan serta sumpah serapah juga suara pukulan juga tendagan dari ruang tengah. Ia menahan air matanya meski sebenarnya ia sangat ingin menangis, ada banyak bisikan yang memintanya untuk keluar dari persembunyian dan menyelamatkan sang ibu dari amukan ayahnya yang tak terkendali, namun perasaan takutnya jauh lebih besar.

Dia mengintip, kepalanya menyembul di balik selimut, memberanikan diri mengintip dari balik pintu kamarnya setelah tak mendengar suara apapun dari ruang tengah. Tak ada siapa pun disana, hanya barang-barang berserakan serta furniture tua yang amburadul tak beraturan, serta kue ulang tahunnya yang berserakan di lantai.

Ini hari ulang tahunnya, yang seharusnya ia bahagia ditengah cinta dari kedua orang tuanya. Namun yang terjadi adalah sebaliknya, ulang tahun menyenangkan yang hanya bisa ia lukis dalam imajinasinya dan hanya dapat ia llihat dari layar televisi milik tetangga sebelah. Usia yang masih terlalu kecil untuk menyicipi kerasnya dunia, ia di paksa untuk menjadi dewasa oleh keadaan.

Hingga pada akhirnya ia tumbuh menjadi sosok yang kaku, penuh akan ketakutan dalam memulai suatu hubungan dengan orang lain.

**

"Kak Dion!" Windy menepuk pundakku lembut, rasa sesak yang beberapa lalu masih menyelimutiku perlahan mulai pudar. Kutatap matanya, kurasa aku kini mengerti apa arti dari sebuah ketulusan.

"Ayo tiup lilinnya" katanya memintaku meniup lilin yang bertengger di kue ulang tahun yang ia peruntukkan untukku.

Aku tersenyum, lalu aku tiup lilin di kue ulang tahun pertamaku. Ya, ini kali pertama aku melihat kue ulang tahun sesempurna dan seindah itu. Dulu aku bahkan tak berani untuk sekedar berharap tentang sebuah hari ulang tahun yang damai, dan untuk pertama kalinya aku merasa bahwa aku kini mulai punya alasan untuk bahagia.

"Ini aku buat sendiri loh kue nya, aku gak tahu kak Dion bakal suka atau gak" katanya lagi sembari memotong kue dan mulai meletakkannya di atas piring lalu menyodorkannya padaku.

"Hmm...enak" aslinya aku tidak suka kue atau hal-hal yang terasa manis, namun begitu kue buatan Windy menyentuh permukaan lidahku, rasa hangat menjalar memenuhi hatiku. Kurasa Windy sudah berhasil menembus satu dinding tebal yang bertahun-tahun aku bangun.

"Thanks yah, ini kue terenak yang pernah aku cicipi" ucapku mengusap puncak kepalanya.

"Masa sih?" katanya tak percaya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 05, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Mr Psychopath & Me😈Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang