21. Jangan salah paham!

2.6K 309 9
                                    

Sorry for typo:)

Happy Reading
.
.
.

"Gue gak peduli sama lo, gue peduli supaya gue keliatan jadi Kakak yang baik di depan teman-teman lo." Delon~

Zakri segera berlari ke arah Delon. Seluruh anak Alastor panik dan khawatir.

Delon memperbaiki posisi tubuh Roy, ia menggendong tubuh Roy di belakang tubuhnya.

Nampak dari gurat wajahnya ia juga, khawatir. "Kak, kita bawa Roy kerumah sakit aja. Cepet, pendarahan dia makin parah?! Hiks," ucap Rey pada Delon sesegukan.

"Bang, lo mending cepet bawa Roy kerumah sakit sebelum luka di kepalaya makin parah!" Ucap Zakri berusaha bersikap setenang mungkin.

Delon memejam matanya sebentar kemudian menghela napas ringan. Sebelumnya ia tidak pernah dalam posisi genting seperti ini.

Dan untuk pertama kalinya juga ia menggendong tubuh Roy. Dari sejak Roy kecil, ia tak pernah menggendong Roy bahkan menyentuhnya. Ia hanya peduli pada Rey dulu. Tapi, sekarang ia bersentuhan secara langsung dengan kulit halus milik Roy.

Tesss.

Darah Roy menetes di pundak Delon, dan Delon dapat mencium bau anyir.

"Okey, gue bakal bawa dia kerumah sakit sekarang. Ayo Rey!" Ucap Delon.

Rey mengangguk. "Kami ikut!" Seru semua anak Alastor pada Delon.

Delon menggeleng. "Enggak, kalian tinggal aja. Kalian butuh istirahat juga, biar kami berdua Rey aja!" Ucap Delon pada anak Alastor.

"Pinjam aja mobil gue dulu!? Motor lo berdua serahin sama kita!" Ucap Iqbal seraya melempar kunci mobil nya ke arah Rey.

"Kalian pake motor 'kan? " tanya Iqbal lagi.

Rey dan Delon kompak mengangguk.
"Thanks!" Ucap Rey tulus seraya menghapus air matanya.

"Kalo itu tentang bos, kami gak masalah ngelakuin apapun buat dia! Karna dia udah banyak bantu kami semua!" Ucap Iqbal tegas dan tulus.

Hati Rey terenyuh mendengar ucapan Iqbal. Sungguh, solidaritas yang tinggi sekali.

"Iya..."

****

Di rumah sakit Melati di Jakarta Pusat, seorang pemuda terbaring tak berdaya di ranjang rumah sakit.

Kepalanya di perban dan tangannya yang robek juga di perban.

Dan salah satu pemuda yang hampir mirip dengannya sedang menangis sesegukan di pelukan seseorang.

"Udah Rey?! Jangan nangis lagi, dari kemarin malam kamu terus nangis?!" Ucap Delon seraya mengelus punggung bergetar milik Rey.

Rey menarik ingusnya ke atas kemudian berkata. "Kak, waktu Roy bangun jangan marah sama dia ya?!" Ucap Rey langsung melepas pelukannya dari Delon kemudian menatap manik sang kakak dengan penuh harap.

"Dia gak salah...!" Tambah Rey lagi.

Delon tersenyum lembut. "Iya, Kakak janji gak akan marah sama dia. Tapi, sekarang kamu pulang dulu bersihin diri kamu dulu, ya?!" Ucap Delon pada Rey seraya mengelus puncak kepala Rey sayang.

DOENTE [END]✅Where stories live. Discover now