Kejutan

391 89 23
                                    

'brakk'

"SELAMAT PAGI KELASKU YANG BERSERI..."

teriak Attariq dengan kencang di sandingkan dengan gebrakan pada pintu ruang kelasnya.

"Berisik banget, Riq."
"Ganggu banget sumpah, lo."
"Napa si lo pagi-pagi dah kumat?"

Attariq yang mendengar teman-temannya menggerutukannya hanya dapat tersenyum malu-malu.

"Ya maap dong, abangkan lagi seneng..." Attariq menatap ke arah teman-temannya sambil menjulurkan tangannya berbentuk damai.

'Plakk'

"Seneng lo bikin kesel tau gak." Ucap Asta–mantan Attariq yang kebetulan menjadi teman sekelasnya lagi.

"Asik banget Attariq pagi-pagi kena jatah mantan..." Rajidan menggoda Attariq yang sedang mengelus pundaknya yang di pukul kuat oleh Asta.

"Jatah mantan, mata lo sipit!" teriak Attariq sebal. Rajidan yang mendengar itu hanya dapat tertawa kencang. Sedangkan Asta memilih untuk pergi ke tempat duduknya kembali.

"Udah duduk lo, berdiri aja lo kea pajangan." Ucap Asta sewot. Dengan sebal Attariq duduk di bangkunya yang berada di sebelah Devan.

"Lah Devan tumben telat." Attariq melihat kursi Devan masih bersih sekali, berbeda ketika sudah ada Devan yang menduduki singgahsananya.

"Dia gak sekolah." Ucap Aidan singkat.

"Lah kok gak ngasih tau?" kali ini Rajidan yang bertanya. Dan Aidan menunjukkan pesan dari Devan yang menyatakan dia tidak sekolah karena menjemput Denna dan kedua orang tuanya di bandara.

"Bilang aja mau bolos karena hari ini ada sejarah. Pake segala rajin bener jemputin orang. Napas aja kalo bisa ga napas sangking magernya." Caci Attariq setelah melihat pesan Devan bak malaikat itu.

Rajidan langsung menatap Attariq dan Attariq menatapnya kembali.

"Plis, kamu ngaca. Kamu juga gitu kalau mau bolos." Ucap Rajidan sambil menatap Attariq lelah.

"Berisik ah, Ba. Dulu juga yang ngajakin gue bolos elo!" sewot Attariq yang tak bisa di balas Rajidan karena guru mereka datang untuk memulai literasi kelas mereka.

Kelas di mulai dengan damai pada jam pertama karena Attariq mengikutinya dengan khitmat.

***

Jam istirahat pun berkumandang, semua orang berbondong-bondong keluar dari kelas mereka. Tak terkecuali oleh Annabell yang mencari pacarnya.

"DEVAN SAYANG...." teriak Annabell sambil masuk ke dalam kelas Devan.

Attariq, Aidan serta Rajidan yang baru saja mau keluar langsung terhalang oleh datangnya Annabell yang sudah menenteng banyak makanan.

"Bebeb Devan mana?" tanya Annabell sambil tersenyum centil.

"Lo gak liat dia disini kan? Ya berarti gak ada!" ucap Aidan sewot. Annabell menatap kelas yang sudah kosong melompong di sisakan mereka berempat saja.

"Lagi pula aneh, kamu kan pacarnya dia. Masak kamu gak tau dia hari ini dateng apa engga?" ucapan Rajidan mampu membuat Annabell yang tadinya tersenyum jadi datar.

"Idihh... Masa pacaran gak ada chat-chatan putus aja kali, lo bukan prioritas Devan." Attariq berkata seperti itu memang sudah dari lubuk hatinya yang terdalam.

"Gue bawain makanan buat dia sama kalian. Mau gak?" tawar Annabell kepada ketiga teman pacarnya ini dan mengabaikan ucapan Rajidan dan Attariq yang menyakitkan.

"Kalau ga mau juga ga masalah. Gue bisa kasih anak-anak kelas gue." Annabell terlihat normal.

Mereka bertiga pun setuju untuk makan bersama Annabell di luar kelas.

Tentu saja mereka menjadi gunjingan para tetangga. Terlebih lagi posisi Annabell yang sudah naik pangkat menjadi pacarnya Devan.

Mereka makan dalam sunyi dimana Annabell terus memperhatikan ketiga teman pacar sewaannya ini.

"Jangan dilihat terus, nanti naksir." Ucap Rajidan sambil memakan telur yang ada di piringnya dengan khitmat.

Annabell yang tertangkap basah menatap dirinya pun salah tingkah.

"Idih bisa juga lo salah tingkah," Attariq yang sudah dari lahir mempunyai bibir tajam ini mencebik melihat Annabell.

Annabell yang dikatakan seperti itu pun langsung menatap Attariq sini.

"Mau gue colok tu mata belok biar ikutan sipit kaya Baba?" tanya Attariq sewot. Annabell pun memakan kembali makanannya.

Sedangkan Attariq menatap Annabell curiga. Walaupun tak diperlihatkannya.

"Makanannya enak. Terimakasih." Rajidan langsung membereskan tempat yang ia pakai.

"Eh mau dibawa kemana?" tanya Annabell heran.

"Mau saya cuci dulu bentar, nanti kamu di rumah cuci lagi. Ini biar tas nya gak kotor." Rajidan dengan santainya menuju wastafel kelas diikuti dengan Aidan.

Sisa Attariq dan Annabell yang masih di meja makan.

"Pilih salah satu, jangan dua. Jangan jadi boomerang." Nada bicara Attariq sangat serius sampai Annabell saja kaget mendengar ucapan Attariq barusan.

Belum sempat membalas Attariq langsung menyusul kedua temannya serta merta membawa piring Annabell juga.

Annabell tertegun sebentar karena ucapan Attariq. Lalu kemudian tersenyum, Attariq salah tangkap. Bukan itu maksudnya sebenarnya.

Annabell juga tersenyum kecut, Rajidan ternyata diam-diam sangat detail.

"Pantes semua orang suka ama elo, Dan."

The somvlak 2Wo Geschichten leben. Entdecke jetzt